Esay!

20 2 0
                                    

Siang ini, suasana kampus begitu ramai, seperti biasanya membuat kebisingan digendang telingaku, begitu mengganggu. Perempuan itu masih saja duduk dengan buku yang dibacanya. Hitam kulitnya tertutup dengan baju berlengan panjang, rambut yang terurai, sedikit bergelombang namun begitu rapih. Ingin sekali aku mendekatinya dan berkenalan dengannya, tapi tidak ada nyaliku berkata kepadanya.

Beberapa jam berlalu, satu persatu mahasiswa pergi meninggalkan kelas, tanda bahwa perkuliahan hari ini sudah selesai, begitu juga aku. Hari – hariku memang tidak ada yang spesial, karena tidak ada sedikit pun rasa keberanianku untuk memulai sesuatu, yang mungkin bisa merubah cara pandangku, atau cara hidupku.

Sore ini aku melihat lagi perempuan hitam tadi. Namun dia tidak sedang memegang buku bacaannya, melainkan sedang duduk termenung dideretan anak tangga dekat dengan kelasku. Aku tidak tahu darimana asalnya perempuan hitam itu, ada suatu dorongan yang membuatku ingin sekali mendekatinya, hingga kubulatkan tekatku untuk mencoba berbicara dengannya.

"Hei... sendiri aja mbak?" sapaku sembari duduk disebelahnya.

"Eh iya nih," jawab perempuan itu.

"Oh iya, kenalan enggak salah ya mbak?" tanyaku.

"Hehe... Nita... kamu siapa?" tanyanya kembali dan menjulurkan tangannya.

"Rino," jawabku menyambut tangan itu, ternyata namanya Nita.

Kami pun berkenalan, banyak yang kami bicarakan, mulai dari asal kami masing – masing yang ternyata satu kabupaten denganku, wajar jika aku tidak mengenalinya karena kabupaten tempat asalku cukup luas wilayahnya, dengan dibagi beberapa desa, dan kebanyakan diantara anak muda ditempat asalku tidak terlalu suka bergaul dengan desa – desa lainnya, termasuk pula diriku.

Hanya pertanyaan sederhana. Hingga sudah menunjukan jam lima sore. Nita pun berpamitan denganku, aku pun ikut beranjak dari anak tangga, berdua kami menapaki satu persatu anak tangga, dan sesekali menyempatkan untuk melirik wajah hitam itu, tepatnya hitam manis.

"Gimana kalau aku anterin kamu Ta?" tanyaku menawarkan dia pulang.

"Duh gimana ya... aku udah dijemput soalnya, lain kali aja ya," jawabnya.

"Oh iya deh tak apa lain kali saja, baru kenal juga kan," kataku memaklumi, memang terlalu terburu – buru pikirku, membuatku sedikit malu.

"Aku duluan ya Rin, udah ditunggu didepan gerbang soalnya," katanya segera beranjak meninggalkanku, dan aku hanya tersenyum seolah mengikhlaskannya pergi.

Aku melihat dia seperti terburu – buru, dan aku tidak berpikiran kalau yang menjemput itu adalah pacarnya, namun aku melihatnya dijemput oleh mobil putih, sangat mewah untuk kalangan mahasiswa sepertiku ini. Seketika itu hatiku merasakan adanya sebuah kekalahan dalam diriku. Bagaimana tidak, aku hanya mengendarai motor kecil, dan dia dijemput oleh mobil mewah, meski pun aku belum tahu, siapa dibalik mobil itu, temannya ataukah itu pacarnya? Yang aku tahu Nita bukan berasal dari kota Padang, dan pastinya dia adalah anak kos, hanya itu. Sudahlah kenapa aku terlalu memikirkan hal itu.

Aku pun mengendarai motor kesayanganku menuju kebilik asalku, Gang Sepertiga No. 13. Sesampainya aku dikamar kosku, aku kembali beraktifitas seperti biasa, menggeliat diatas lantai dan dihembus oleh kipas angin yang berputar tidak terlalu kencang, sesekali aku mendekatkan kepalaku didepan kipas angin, agar aku bisa merasakan anginnya dengan kencang. Damai sekali rasanya, hingga aku tak sadar pandanganku mulai gelap, mataku pun mulai terpejam dan tenggelam dalam sebuah keheningan, hening dan gelap adalah satu – satunya temanku saat ini.

Sadarku hanya sebentar aku berbicara, namun sesuatu itu bisa membuat tidurku menjadi nyenyak, mungkinkah aku akan bertemu dengannya dalam mimpi? Ataukah dia sendiri yang akan membangunkanku? Mungkin aku termasuk kriteria lelaki yang mudah untuk jatuh cinta, namun tidak jarang aku harus menerima kekecewaan. Bodohnya kekecawaan itu tercipta bukan karena sebuah penolakan, melainkan dari sebuah kelalaian. Aku seumpama menulis dengan tinta putih diatas kertas putih. Tidak ada yang tahu, kertas pun hanya bisa merasakan goresan dan pena hanya bisa meraba.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 07, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Alegori StigmaWhere stories live. Discover now