15

4.7K 188 0
                                    

Nyatanya namamu ada dalam hatiku, tapi namaku tak pernah terlintas di benakmu.

***

Aku diantar Azka pulang, aku hanya diam tak banyak bicara begitu juga dengan Azka, tak lama kemudian sampailah di depan rumahku.

"Gak mampir dulu Ka?" tanyaku yang dijawab gelengan Azka. "Gak usah deh, gue mau langsung ke rumah Tante Caca aja," ucap Azka membuatku mengangguk-anggukkan kepala.

"Makasih deh kalau gitu, udah diantar," ucapku seraya tersenyum.

"Iya sama-sama, makasih juga udah mau dengerin curhatan gue," ucap Azka membuatku mengacungkan jempol.

Aku pun segera keluar dari mobil Azka dan Azka segera melesat pergi. Aku masuk dalam rumah.

"Assalamualaikum," ucapku. "Waalaikumsalam," ucap seorang perempuan membuatku menoleh. Lah? Sepertinya aku pernah melihat, tapi dimana ya?

"Hai, aku Fifi," ucap perempuan itu seraya tersenyum seketika aku tersadar.

"OH KAK FIFI, PACARNYA KAK HIKAM KAN?" ucapku dengan nada suara tinggi membuat Kak Hikam tiba-tiba muncul.

"Baru dateng udah bikin rusuh aja lo," ucap Kak Hikam. "Biarin aja sih," ucapku kemudian aku mendekati Kak Hikam.

Aku pun berbisik, "pacar lo?" tanyaku yang membuat Kak Hikam tersenyum.

"Yaya dong, udah kenalan belum?" tanya Kak Hikam kemudian aku hanya menggeleng. "Kenalan dulu gih," ucap Kak Hikam aku pun mengangguk.

"Hai Kak Fi, aku Rahma," ucapku memperkenalkan diri. "Hai juga Rahma, salam kenal ya," ucap Kak Fifi. "Iya kak, aku ke kamar dulu ya," ucapku. "Iya," jawab Kak Fifi.

Aku pun segera melesat menuju kamarku, aku membaringkan tubuhku ke kasurku. Mataku terpejam, rasanya kelas 11 ini akan lebih melelahkan daripada kelas 10.

Akhirnya aku memilih berganti baju dengan kaos dan celana pendek. Aku segera mengurai rambutku. Angin dari jendela yang aku buka mulai menerpa wajahku.

"Dek," ketokan pintu mulai terdengar bersamaan suara Kak Hikam yang memanggilku, aku pun membuka pintu kamar.

"Apa?" tanyaku. "Makan yuk, ditunggu Fifi itu, nenek sama kakek lagi keluar," ucap Kak Hikam, aku pun mulai mengangguk.

"Si Vino mana? Kok gak kelihatan batang hidungnya?" tanyaku seraya mencari-cari sepupu kampret itu.

"Lagi keluar sama pacarnya, biasalah," jawab Kak Hikam.

Aku berdecak. "Gak lo, gak Vino suka kelayapan sama pacar," sindirku, membuat Kak Hikam mengacak rambutku. "Makanya cari pacar," ejeknya membuatku sebal.

Aku duduk di samping Kak Fifi, awalnya hanya hening yang terjadi, sampai Kak Hikam yang mulai mencairkan suasana dengan candaannya.

"Eh iya, kamu kelas berapa Ra?" tanya Kak Fifi. "Kelas 11 kak," jawabku.

"Sekolah di SMA Tunas Bangsa?" tanya Kak Fifi. "Iya kak, kenapa emang?" tanyaku.

"Adekku sekolah di situ juga tau, namanya Risa anak 11 Ipa 3 kalau gak salah," ucapnya membuatku tersentak.

"Oh Risa! Dia mah sekelas sama aku. Pantes, aku lihat Kak Fifi kek kayak lihat siapa, ternyata Kak Fifi kakaknya Risa," ucapku membuat Kak Fifi tersenyum.

"Risa mau temenan sama lo Dek?" tanya Kak Hikam membuatku menginjak kakinya. "Lah lo pikir?" tanyaku sebal. "Gue pikir gak mau," ucap Kak Hikam membuatku sebal.

Pengagum RahasiaWhere stories live. Discover now