#Page: 05 - Ucapan Aneh

418 82 24
                                    

📒 Selamat Membaca 📒

Hari ini, hari Jum'at tepatnya tanggal 22 Desember 2017 pukul 14.37 WIB. Seluruh kerabat dekat juga jauh berkumpul dalam satu ruangan yang sangat memilukan.

Nenekku sedang berada di samping kiri Ibu seraya memijat-mijat pelan bagian tangannya. Sementara aku duduk di kursi dengan angan-angan yang jauh memandang.

Tiba-tiba Ibu melambaikan tangan kanannya ke udara sebagai intruksi untukku supaya mendekat ke hadapannya.

"Sini, Ulfa." Nenekku memperjelas atas permintaan Ibu.

Aku pun mendekat dan mendudukkan pantat di pinggir kiri Ibu sehingga nenekku sedikit bergeser ke arah lain.

"Aku mau pulang," ungkap Ibu dengan mimik wajah sendu.

"Mau pulang ke mana?" tanya nenek sembari mendekatkan wajahnya.

"Aku mau pulang." Ibu berucap masih dengan kalimat yang sama.

"Ini rumah kamu. Rumah yang kamu idam-idamkan. Sekarang mau pulang kemana? Istighfar!" Nasihat dari nenek membuat dadaku nyeri.

Kalimat apa itu? Sungguh kalimat menyedihkan yang pernah aku dengar.

Aku tetap berusaha menahan bendungan air yang sedari tadi sudah berkaca-kaca.

"Aku khawatir." Ibu semakin mengucapkan kata-kata aneh lagi.

"Khawatir kenapa?" ujar nenekku mengelus tubuh Ibu.

"Khawatir sama Ulfa," celetuknya lalu membuncahkan tangis.

Seberapa kuat aku harus bertahan untuk mengatasi air mata ini? Aku sudah tidak kuat apalagi saat Ibu mulai mengatakan hal-hal aneh yang tak kumengerti apa maksudnya.

Aku mencoba berpikir positif. Karena jika seorang hamba berprasangka baik pada Tuhan-Nya, maka Allah juga akan berprasangka baik pula pada makhluk-Nya.

Pikiranku kalut. Namun, tetap saja selalu ada pikiran-pikiran buruk yang berusaha menyelinap dan menerobos akal sehat hingga aku berpikiran yang tak layak untuk dipikirkan.

Aku menyerah daripada menyesal lebih baik mengekspresikannya sekarang juga. Aku tak peduli lagi orang-orang yang berada di sekitar akan berkata apa.

Aku mendekap tubuh Ibu seerat mungkin dan berpikir tidak akan pernah sejengkal pun untuk melepaskannya.

Air mataku membanjiri seluruh pakaian karena dipakai untuk mengusapnya, tetapi itu nihil tetap saja air itu merembes keluar.

Hingga terdengar isakan dan sedu sedanku merobek keheningan. Ibu juga begitu. Tangisannya menjadi saksi untuk hari ini.

"Jaga diri baik-baik, jangan meninggalkan ibadah, jadi anak yang sholehah, dilimpahkan rezekinya, dimudahkan mendapatkan jodoh," ungkap Ibu menyampaikan doa sekaligus keinginannya.

Rangkaian kalimat apa lagi ini? Sungguh aku menbenci kalimat itu. Aku harap aku salah dengar.

Wasiat. Aku mulai berpikir ke sana. Perkataan terakhir seseorang yang akan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku mencoba menjauhkan pikiran-pikiran sialan itu. Pikiran itu mencoba merasuki akal dan membuatnya hancur berkeping-keping.

Sampai Jumpa di Surga ✔Where stories live. Discover now