2.

159 42 11
                                    

Meski di pertandingan sebelumnya Ghaida dan timnya tak mampu membawa pulang medali emas, setidaknya kepala sekolah masih bangga pada mereka ketika mengumumkan medali perak di upacara senin lalu. Sedikit kecewa ada di hati sang gadis, namun seluruh temannya memberi support agar tidak bersedih maupun kecewa.

Begitu juga dengan Gavin yang ada di telfon, sedari tadi hanya membalas ucapan Ghaida dengan gumaman suara seraknya.

"Vin, aku serius ih. Bangun yang bener kenapa? Udah pagi tau, keluar sana olahraga," omel Ghaida.

Dijawab lagi gumaman oleh Gavin yang malas bangkit dari kasurnya.

Alvaro dengan santai mengunyah roti sarapan yang tak sempat disentuhnya dirumah berjalan dibelakang Ghaida. Takut takut gadis yang suka mengomel itu salah jalan atau lupa jalan ke kelasnya sendiri.

"Iya, ini aku mau beli bubur didepan buat sarapan," Ghaida menjawab pertanyaan Gavin soal sarapan.

Alvaro langsung ke bangkunya yang sudah di penuhi anak laki laki lainnya yang sibuk dengan game online di ponsel masing masing.

"Va, katanya sih orang yang cuma nanya udah makan apa belum bakal kalah sama orang yang ngasih makan langsung," Adrian sengaja mengeraskan suaranya berniat mengusili Ghaida yang masih on the phone.

Gadis itu menoleh dan menunjukkan kepalan tangannya, mengancam.

"Aku denger loh."

"Nggak usah didengerin, Adrian sinting," kata Ghaida.
"Yaudah pokoknya nanti pulang sekolah aku sama anak anak OSIS kerumah kamu, kamu santai aja nggak usah rapih rapih, ada Naya nggak usah ganjen!"

"Iya."

Ghaida sudah kembali ke topik yang memang sedari tadi mereka bahas.

"Kamu nggak usah ngapa ngapain, nanti anak anak cuma mau mastiin. Nggak usah banyak polah."

"Astaga, iyaaa"

"Bener loh? Awas aja kalau ganjen ganjen sok ganteng!"

"Ya ampun iya Dida sayangkuuu."

Gadis yang dipanggil Dida itu mengulas senyum, bahagia bisa menggoda prianya. Iya yakin kalau sekarang Gavin dihadapannya pasti tak tahan untuk tidak mencubit dirinya.

"Nah gitu dong. Udah olahraga sana, aku mau ngerjain PR dulu. Dadah Gavin sayang!" Ucap Ghaida di akhir telfonnya.

"Buset, masih pagi Dida!" Protes Adrian yang sedari tadi menguping jarak jauh.

"Eh bacot ya lo, sini ribut sama gue?!" Tantang Ghaida.

Tak lama mereka pun saling berteriak mengumpat.

_

Raffa si waketos yang udah naik tahta jadi ketua OSIS nyamperin Ghaida pas pulang sekolah. Hari ini dia sama anak anak OSIS lainnya berencana ke rumah Gavin buat ngurus proposal dan surat surat serah terima jabatan.

Gavin dulunya adalah ketua OSIS di sekolah mereka, namun dirinya berhenti sekolah semenjak empat bulan yang lalu. Tepatnya saat tahun pertamanya di kelas dua belas.

Tau kenapa?

Bukan, Gavin bukan anak nakal yang kena skorsing atau drop out karena tingkahnya. Jelas aja, dia ketua OSIS!

Tapi Gavin sakit. Dia divonis sakit saat liburan kenaikan kelas dua belas, sakit yang mengharuskan Gavin full bed rest sampai sembuh. Makanya, ia menunda kelulusannya setahun.

Maka, berhentilah dia dari sekolah. Jabatannya dicopot dan di serahkan kepada walinya, Raffael Anderson. Yang sebenernya nggak meyakinkan buat jadi ketua kelas.

"Lo nggak usah tanya macem macem Raf, jangan bikin dia pusing. Minta tanda tangan aja kan? Kalian jangan berisik, jangan banyak polah," perintah Ghaida sebelum mereka masuk kedalam rumah Gavin.

"Bawel anjir Dida, iya gue ngerti," jawab Raffa kemudian memilih untuk menekan bell.

[]

Swallowed Up The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang