3.

185 40 13
                                    

Hari ini serah terima jabatan, walaupun bukan anggota OSIS, Ghaida ikut lelah mengurus laporan penanggung jawaban sebagai perantara OSIS dan Gavin. Harusnya Ghaida ikut bangga kalau yang menyerahkan bendera OSIS di depan sana adalah Gavin.

Selesai acara serah terima jabatan, murid murid berhamburan kekelas masing masing sudah gerah senin paginya menjadi sangat molor. Begitu juga Ghaida dan temen sekelasnya yang langsung mengganti pakaian ke pakaian olahraga.

Sebelum ke lapangan, sang gadis menyempatkan diri untuk menelfon Gavin.

"Selamat ya pak ketu, udah sertijab."

"Kan bukan aku yang sertijab Didaaa bilang gitunya ke Raffa dong?"

"Aku malah bersyukur Raffa sertijab. Ketos bukan dia lagi, nggak jadi hancur sekolah ini. Lagian kenapa sih anak anak cewek pada milih Raffa?! Tampangnya aja udah keliatan bandel, sok sokan jadi anak OSIS, bolos rapat mulu kan dia sebelum jadi ketos?" Cerocos Ghaida yang direspon oleh tawa Gavin.

"Tapi dia sukses kan menjabat jadi ketos? Proker jalan semua dalam empat bulan. Lagian emang tampangnya kenapa? Dia kan err- ganteng?"

"Gantengan kamu lah, jauh!" Gadis itu meninggikan suara, membela Gavin.

"Iya gue ganteng. Cepet kelapangan, malah ngebucin," Alvaro muncul di ambang pintu dengan wajah kesalnya.

Dahi sang adam sudah mengkerut. Pasti disuruh Pak Hugi buat manggil Ghaida yang absen di lapangan.

"Alvaro ya? Yaudah gih sana lapangan, lagi olahraga kan?"

"Iya nih yang, Alvaro rese banget," ia menjulurkan kakinya menendang sang adam berniat ngusir. Tapi Alvaro malah balas menggodanya.
"Alvaro diem nggak?! Yaudah yang, nanti kutelfon lagi."

Ghaida memutus sambungan telfonnya sebelum menginjak kaki Alvaro sengaja, membuat sang adam meringis kesakitan.

"Nggak usah rese deh jomblo, makanya kalau mau gebet cewek tuh liat liat dulu, punya pacar apa enggak," Ghaida menyindir Alvaro dan gebetannya seakan tau bagaimana caranya memancing pria itu.

"Eh, sialan lo," Alvaro mempercepat langkah mengejar Ghaida yang berlari.

Nah, gitu dong. Emosi.

Jadinya mereka kejar kejaran sampai di lapangan pun, padahal yang lainnya lagi sibuk menjaga keseimbangan ketika pemanasan menangkat kaki. Kalau Pak Hugi si guru olahraga itu nggak teriak teriak, mereka nggak bakal berhenti kali.

"Kalian ini, temen temennya lagi pemamasan malah India Indiaan!" Protes Pak Hugi dengan mimik lucunya.

Ghaida dan Alvaro berdiri bersebelahan menahan tawa melihat ekspresi Pak Hugi sambil berteriak 'iya pak' secara kompak.

"Bapak jodohin nanti kalian," katanya lagi.

"Idih nggak mau pak! Saya mau sama Gavin aja," protes Ghaida.

"Emang siapa yang mau sama lo? Pak, Ghaida masa depannya suram pak, nggak mau!" Alvaro nggak mau kalah.

Pak Hugi lagi lagi menggeleng, tingkah anak muridnya ada ada saja sih.

"Udah udah, pemanasan sana kalian!"

Setelagnya Alvaro diikuti Ghaida masuk kedalam barisan melakukan pemanasan sebelum pelajaran olahraga.

[]

Part ini rasanya lebih Ghaida X Alvaro ya wkwk.

Huh hah. Apa kabar?

salam,
Acha.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Swallowed Up The StarsWhere stories live. Discover now