Bantuan

1.5K 102 2
                                    

Suara langkah kaki Kak Jaka dan Mawar memenuhi koridor sekolah. Mereka sampai di UKS tempat Kirana 'diamankan' Kak Jaka nampak syok melihat kondisi Kirana yang berteriak teriak. Mawar lebih terkejut lagi, kakinya seolah dipaku kelantai. Dia seperti mengenal sosok yang merasuki Kirana. Apa mungkin dia... Mawar dengan segera menghapus semua yang ada di dalam pikirannya.

Mawar berjalan mendekati Kirana. Seperti ada sesuatu yang menariknya. Tapi, baru dua langkah kakinya melangkah, Mawar merasa lemah, dia  hampir jatuh. Untunglah, Kak Jaka dengan sigap menangkapnya dan membantu berdiri. Tatapan mereka bertemu, Mawar merasa ada yang aneh pada hatinya. Seperti... sebuah desiran. Dengan cepat Mawar berdiri.

"Lepaskan ikatannya," kata Mawar, dengan cepat, ikatan di tangan dan kaki Kirana di buka.

Kirana yang sedari tadi meronta kini berjalan layaknya zombi. Rambut panjang yang acak-acakan menutupi wajahnya. Kirana melengking nyaring. Seluruh orang menutup telinga.

"Aaaaaa! Bebaskan aku, lepaskan! Aku ingin menemuinya! Lepaskan! Biarkan! Dendamku mengakar! Lepaskaaan! Aaaaaaaaaaaaaaa!" Kirana berterik, dia mencakar wajahnya sendiri. Kini, darah segar mengalir dari lubang hidungnya.

Mawar melihat sesosok wanita yang menggunakan baju putih yang lusuh, ada bercak merah. Tangan kiri nya tampak  mengeluarkan darah. Wajah wanita itu pucat, bibirnya pecah-pecah dan tampak mengeluarkan darah. Matanya sayu, bagian bola mata wanita itu sudah tidak berwarna hitam lagi, melainkan agak kekuningan. Ya, wanita yang di lihat Kirana saat itu. Wanita ini mengendalikan tubuh dan pikiran Kirana. Mawar merasa matanya menghangat. Apa itu...

Dengan cepat, Mawar menghampiri Kirana dan memeluknya. Kak Jaka agak terkejut. Dia mendekati dua gadis itu dengan tatapan heran. Mawar memimdahkan posisi badannya menjadi di belakang Kirana. Mawar meutup mata dan mulut Kirana. Air mata terus tumpah. Kirana mulai berontak. Dia menendang dan memukul Mawar. Sesekali, Mawar merintih kesakitan karena perutnya terkena sikutan dari Kirana. Mawar membisikkan sesuatu.

"Kepadamu yang merasukinya, keluarlah. Jangan sakiti dia, dia tidak bersalah. Kepadamu yang merasukinya, keluarlah. Jangan sakiti dia, dia tidak bersalah," bisik Mawar disertai tangisan.

Kirana tersungkur. Para guru membaringkannya di atas kasur beralaskan sprai berwarna hijau. Mawar sempoyongan, pandangannya memburam dan pingsan. Kak Jaka yang berdiri di belakangnya dengan sigap menangkap tubuh Mawar. Desiran aneh menghampiri hatinya. Wajah cantik Mawar berubah pucat. Mulutnya yang sedikit terbuka menampilkan gigi kelinci yang mewarnai senyumnya.

Mawar ditidurkan di atas sebuah kasur tepat di sebelah Kirana. UKS kini di penuhi banyak orang. Entah karena penasaran, khawatir, atau ingin melihat dua gadis cantik yang kini terbaring lemah. Kak Jaka mengusap wajahnya frustasi. Tapi, tidak lama kemudian, Mawar mulai membuka mata. Kak Jaka yang dari tadi duduk, kini sudah berdiri di samping dipan. Senyumnya mengembang. Mawar yang melihat senyum Kak Jaka segera membalasnya walaupun senyumnya terlihat rapuh, meskipun begitu, senyum Mawar nampak sangat tulus. Mawar menghembuskan napas. Lagi-lagi dia tersenyum.

"Aku senang bisa menyelamatkan Kirana," kata Mawar.

Kak Jaka hanya tersenyum. Pandangannya mengarah ke Kirana yang mulai menggerak-gerakkan jari telunjuk. Kirana tampak merintih. Mawar yang baru sadar segera mengubah posisi yang semula berbaring menjadi duduk. Dengan bantuan Kak Jaka, Mawar berdiri mendekati Kirana.

"Lu baru sadar," kata Kak Jaka sembari merangkul Mawar yang nyaris terjatuh.

"Jangan peduli sama aku, peduli sama Kirana aja," Mawar memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Yaudah," Kak Jaka menyerah.

Aku cuma khawatir. Kak Jaka hanya bisa menatap nanar Mawar. Diam-diam senyumnya mengembang. Jantungnya berdegup kencang. Seperti ada sesuatu yang tak normal, Kak Jaka berusaha agar tetap datar. Mawar melihat Kirana. Gadis itu kini hanya mengerutkan kening dan menutup mata. Batinnya dan Kirana bertemu.

Sixth Sense [COMPLETED]Where stories live. Discover now