Comfort

56 7 4
                                    


Ferdian POV

Aku sudah memeriksa bagian lemari, tidak ada yang mencurigakan. Aku pun menoleh ke arah Athena yang tampaknya sedang memeriksa bagian tong sampah. Tiba-tiba aku melihat tubuh Athena yang terhuyung.

"Athena!" seruku sambil menahan Athena agar tidak terjatuh, kulihat isi tong sampah tersebut, terdapat sebuah kantong kresek hitam berisi leci yang sudah basi sepertinya.

Athena terus memberontak, dia berteriak tidak karuan.

"Stop! Pergi! Lepasin! Get off me!" serunya sambil memberontak. Kulihat wajahnya pucat. Tubuhnya bergetar hebat dan perlahan air matanya turun.

"Athena ini aku," kataku pelan.

"Si...siapa?"

"Ferdian."

Perlahan Athena mulai tenang, "Oh... Ferdian..." gumamnya parau.

"Kamu nggak apa-apa?" Athena mengangguk pelan.

Aku membantu Athena berdiri. Tampaknya dia sudah mendingan.

"Aku bawa plastiknya saja....uhhh...." dia nyaris terjatuh dan dengan sigap aku menangkapnya. "Aku aja," kataku sambil mengambil plastik tersebut.

Setelah memberikan plastik tersebut kepada anak buahku (Komisi IV: Kesenian dan Ekstrakulikuler) aku mengambil air mineral dan memberikannya kepada Athena yang sedang duduk diayunan.

"Nih," kataku. Samar-samar aku mendengar Athena berucap terima kasih kemudian menenguk air mineral tersebut.

"Mau istirahat? Sekarang sudah masuk jam makan siang." Tawarku. "Aku traktir makan siang!" potongnya cepat. Aku pun heran.

"Atas alasan apa mentraktir ku?" tanyaku heran. "Sebagai ucapan terima kasih atas bantuan yang tadi. I'll treat you. Sekali-sekali nggak apa-apa kan?" dia balas bertanya.

"Mau makan di mana?" aku pun berpikir.

"Bagaimana kalau di sana?" aku pun menunjuk sebuah restoran BBQ Jepang. "Mau BBQ?" tawarku.

"BBQ on Me." Katanya.

Aku mengamati Athena yang sibuk membolak-balik daging bakar sambil sesekali mengunyah makanannya itu.

"Kamu makannya banyak juga." Tawaku pelan. "Memang, tiap hari aku bisa makan lebih dari 6x.." jawabnya acuh.

"Nggak cacingan?"

"Nggak," jawabnya acuh sambil fokus membolak-balikan daging bakar.

"Tapi tetap kurus kok bisa sih? Clarissa aja nggak berani makan banyak-banyak."

"Penakut itu Namanya," ujarnya acuh.

"By the way, kenapa kamu kaget melihat kantong berisi leci?" tanyaku. Mendadak ia terdiam.

"Dulu aku punya seorang teman. Dia meninggal karena kebanyakan makan leci disaat perut kosong, well dari situ lah dia terkena penyakit otak yang mematikan. Dia dihukum makan leci oleh kedua orangtua nya karena nilai ujiannya hancur."

"Mati konyol, aneh kan?"

"Sejak saat itu lah aku membenci leci, no, bukan benci tapi trauma." Ceritanya Panjang lebar.

"My deep condolences." Ujarku. "No problem, it's not your fault after all."

"Tapi aku paham kalau kita nggak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, aku bisa melakukan banyak hal disaat aku sedih agar aku bisa gembira lagi."

DIGNITY Where stories live. Discover now