UN

8.4K 763 95
                                    

Sore itu angin berhembus membawa hawa dingin bersamanya. Dedaunan pohon maple yang sudah memerah sesekali ikut terjatuh terbawa hembusan angin musim gugur. Regent's Park kala itu cukup ramai, mengingat ini merupakan akhir pekan. Seorang gadis dengan rambut cokelat almond berada di antara keramaian taman. Tubuh langsingnya terbalut jaket kulit hitam yang dipadukan dengan syal abu-abu gelap melilit di leher dan beanie senada menutup kepalanya. Kaki jenjangnya yang berbalut skinny jeans berwarna biru gelap disempurnakan dengan boot hitam. Sling bag La Perla keluaran terbaru tersampir di bahunya. Tangan kanannya menggenggam kopi dari salah satu gerai ternama. Nama Lisa tertulis pada gelas tersebut.

Meskipun sore itu cukup dingin, senyuman gadis bernama Lisa tersebut tak juga luntur dari bibirnya. Senyumnya justru semakin terkembang mengingat besok pagi ia akan kembali ke Seoul. Rumah. Bayangan senyum hangat milik lelaki yang menjadi tunangannya sejak dua tahun lalu menghinggapi pikirannya begitu ia mengingat rumah. Bagi Lisa, pulang ke rumah berarti kembali pulang ke pelukan Sehun.

Ah, Sehun. Hanya mengingat nama tersebut saja jantungnya kembali berdebar. Ia merindukan tunangannya. Berada dalam hubungan jarak jauh dengan Sehun tidaklah terlalu sulit baginya. Kurang lebih sudah setahun Lisa bertolak dari Seoul ke London untuk menempuh pendidikan masternya di sini. Satu tahun berada dalam hubungan jarak jauh tidak menimbulkan masalah yang berarti bagi keduanya. Komunikasi di antara keduanya berjalan dengan lancar. Tidak ada alasan bagi Lisa untuk tidak mempercayai Sehun.

Ia mempercayai Sehun dengan sepenuh hatinya. Begitu juga dengan Sehun yang mempercayainya. Hubungan mereka sudah terjalin lama. Keduanya sudah berkencan selama tiga tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk bertunangan. Lima tahun menjalin hubungan dengan Sehun tentunya membuat Lisa tidak perlu lagi meragukan kesetiaan Sehun.

Lisa telah berada di depan pintu apartemennya ketika ponselnya berdering sekilas menandakan sebuah pesan masuk. Gadis itu memilih untuk membuka pintu terlebih dahulu, kemudian mengganti boot yang ia kenakan dengan sandal berbulu kesayangannya. Ia baru membuka pesan tersebut setelah mendudukkan dirinya di atas ranjangnya. Jisoo, sahabatnya yang berada di Seoul mengiriminya sebuah pesan yang disertai sebuah foto.

Lisa harus mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa apa yang ia lihat tidaklah salah. Ia menarik nafas dalam-dalam setelah meyakini matanya tidak salah melihat. Gadis itu diam selama lima menit, mencoba menenangkan perasaannya yang kacau. Kemudian, setelah merasa cukup tenang, ia segera menelepon Jisoo. Tidak butuh waktu lama untuk panggilan tersebut diangkat. Lisa berasumsi sahabatnya itu menunggunya untuk bereaksi.

"Where are you right now?" Lisa segera bertanya begitu suara Jisoo terdengar di seberang sana. Ia berterima kasih setelah mendengar jawaban dari Jisoo. Ia segera menutup panggilan tersebut dan beralih menelepon orang lain.

Kali ini, butuh waktu cukup lama sebelum panggilan Lisa diangkat. Membuat perasaannya semakin kacau. Tapi Lisa tidak boleh gegabah, ia harus bersikap tenang jika tidak ingin membuat segalanya lebih rumit. Ia kembali menarik nafas dalam, mencoba menetralisir pikirannya. Sebuah suara berat menyapa gendang telinganya saat ia akhirnya berhasil menenangkan perasaannya.

"Hi, are you busy right now?" Lisa berusaha bertanya dengan tenang. Hening sejenak sebelum suara berat itu kembali terdengar.

"A little bit, why?" Of course you are.

"Oh, where are you? Am I interrupting something important?" Lisa kembali bertanya. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah.

"Aku berada di kantor, sedang berusaha untuk menyelesaikan laporan." Liar.

infidélitéWhere stories live. Discover now