(23) Bagaimana rasanya (?)

33.8K 1.7K 109
                                    

Author

"Larissa, apa yang kamu fikirkan sayang?" ucap Gia mengelus pundak Larissa yang sedari tadi diam tak bergeming. Sudah dari tadi malam selepas kedatangan Larissa ke rumah kedua orang tuanya ia selalu mengurung diri di kamar.

Gia yang khawatir melihat keadaan anaknya kini,juga ditambah lagi dengan wajah sembab Larissa menambah kekhawatiran dalam dirinya.

"Nggak pa-pa umi." Alibi Larissa.

"Umi perempuan yang melahirkan kamu, menjagamu, dan nggak mungkin umi nggak tahu kalau kamu  sedang memiliki masalah."

"ceritalah nak." titah Gia.

Larissa mendongakkan wajahnya dan mulai bercerita.

"Umi, mas Zayn nggak mencintai Larissa. Ia sudah bercerita tentang kisah yang berada di masa lalunya termasuk perasaannya yang jatuh kepada Humaira."

Gia mengerutkan keningnya, "Humaira?"

Larissa mengangguk dan mulai bercerita tentang Zayn dan Humaira.

Lalu Gia tersenyum, dalam hatinya juga ikut merasakan rasa perih yang di rasakan Larissa. Gia membelai puncak kepala Larissa dengan lembut.

"Nak, wanita hebat bukanlah ia yang berhasil dalam kariernya. Tapi wanita yang hebat adalah dia yang mampu bersabar dengan segala kehendak Allah Swt." nasihat Gia yang merasuki lubuk hati terdalam Larissa.

"Mencintai seseorang karena Allah tidak berharap untuk dicintai kembali, namun yang kamu cintai pasti akan sadar kalau kamu mencintainya.
Larissa yakin kah? Kalau Allah yang maha  membolak-balikan hati manusia?" tanya Gia yang memeluk Larissa.

Larissa mengangguk sekilas.
"Kalau begitu, kamu serahkanlah padanya, adukan lah apa yang Rissa rasakan sekarang."

"Peluklah Zayn dalam doa, mintalah pada Sang Maha Cinta untuk menghadirkan rasa cinta di tengah-tengah kalian." sambung Gia yang melepaskan pelukan mereka lalu memegang lengan Larissa.

Kini, Larissa menatap Gia dengan mata yang berlinang air mata. Tanpa bisa dibendung, air matanya selalu mengalir tanpa henti. Rasanya sakit sekali menyadari Zayn tidak memiliki cinta untuknya.

"Larisaa anak umi, adalah wanita yang sholeha, Rissa pasti bisa menghadapinya." ujar Gia.

"Humaira sedang terobsesi dengan Zayn, begitulah kalau cinta yang salah telah menguasai diri seseorang, doakan Humaira juga Ris. Agar dia kembali ke jalan yang benar." seru Gia.

Larissa menghapus air matanya, "Terimakasih umi, umi mengingatkan Rissa kembali tentang mengadu hanyalah kepada-Nya." Larissa tersenyum tipis lalu memeluk Gia.

Gia tersenyum tidak lagi berkata-kata, ia bangga pada anak perempuanya, selalu dapat bersabar untuk menyikap segala kehendak-Nya.

-------

Zayn memarkirkan mobilnya ke pekarangan rumah Haris, jantungnya tidak dapat berdetak normal, ia akan sangat gugup untuk bertemu Haris.

"Lu harus bisa Zayn, lu pasti bisa." Ucap Zayn pada dirinya sendiri.

Zayn mengetuk pintu minimalis yang berwarna putih itu. Lalu keluarlah seorang wanita paruh baya, Gia. Mertuanya.

"Assalamualaikum, umi" salam Zayn sambil menyalami punggung tangan Gia.

"Walaikumsalam Zayn, mari masuk." Gia menyuruh Zayn masuk ke dalam, Zayn mengangguk dan langsung dipersilahkan duduk ke sofa yang berada di ruang tamu.

Kekasih Surga [REVISI]Where stories live. Discover now