2 : I can't

10.9K 965 85
                                    

Desau penuh kegelisahan memenuhi kamar dengan penerangan minim. Bunyi getaran yang menegangkan sekaligus menggairahkan membuat rasa ingin tau terbakar.

Jimin di sana, bersama Jungkook tentu saja. Terbaring pasrah dengan tubuh melengkung indah dan selangkangan yang terbuka lebar. Jangan tanyakan padaku dimana Jungkook berada. Karena sekarang, pemuda kekar itu tengah menikmati pekerjaannya di bawah sana.

"Aakh! Aaahh! Jung-hh! Sudahh~ ngah~!" Jimin mendesah untuk yang kesekian kalinya. Menggeram dengan suara seraknya, saking tak kuasa menahan kenikmatan yang diterima tubuhnya. Bulu matanya bergetar cantik, peluh terus berlomba-lomba membasahi tubuhnya. Pun dengan mulutnya yang terbuka lebar; ia mendesah tanpa suara saat merasakan Jungkook mempercepat kulumannya di bawah sana. "HHHAH! MMH! D-DEK-ATH! nngah!" Matanya melotot lebar dan ia mulai mengejang hebat saat merasakan sesuatu mulai berkumpul di ujung kelaminnya.

Mengetahui Jimin yang akan segera mencapai pelepasan, Jungkook semakin mempercepat kuluman mulutnya. Dijilatnya penis mungil kekasihnya yang sudah benar-benar tegak dan memerah. Dihisapnya dan digigiti urat-urat menonjol yang tingkat sensitifnya semakin bertambah. Jungkook memberi stimulasi terus menerus sampai Jimin mengangkat pantat dan terlonjak menyemburkan sperma.

Jungkook menjauhkan tubuhnya saat Jimin menyemburkan spermanya. Matanya yang gelap memperhatikan semburan putih kental yang mengudara lalu terjatuh mengotori tubuh si submissive. Ia berbinar, berkilat dan terbakar. Begitu mengagumi bagaimana cairan itu keluar dengan sangat banyak hingga membuat Jimin terengah kepayahan.

Sekitar 30 menit yang lalu, Jungkook sudah memberikan Jimin hadiah. Dominan itu menyuruh Jimin membuka sisa pakaian yang melekat sementara dirinya mengambil beberapa alat yang ingin dipakaikannya pada Jimin dalam permainan kali ini. Jungkook mengambil dua vibrator kecil berwarna pink, selotip dan perban. Vibrator-vibrator kecil itu ditempelkannya pada kedua puting mencuat Jimin dan merekatkannya dengan selotip. Jimin yang pada awalnya sudah terangsang dan sensitif, semakin berteriak hebat karena merasakan dinginnya mainan kesayangan Jungkook yang tertempel di titik sensitifnya.

Jungkook menjilat bibirnya begitu melihat darah yang mengering di pergelangan tangan si kecil. Ia mendekatkan wajahnya dan membaui darah itu dengan kedua mata terpejam. Ekspresinya terlihat begitu menikmati tanpa ada kernyitan seperti kebanyakan orang saat mencium bau darah. Lidahnya bahkan tidak segan menyapa kulit kemerahan itu—menjilatnya perlahan-lahan diiringi dengan rintihan perih yang dikeluarkan Jimin.

Jungkook menyayangi pergelangan tangan Jimin. Kedua tangannya memerangkap lengan Jimin—bibirnya terus memberi kecupan dan jilatan sementara hidungnya membaui dengan napas memburu yang terdengar berat. Tidak dipedulikannya rengekan kesakitan Jimin. Ia menulikan pendengarannya. Karena membersihkan dan memanjakan pergerlangan tangan yang terluka itu adalah hal yang paling penting baginya saat itu.

Setelah puas menciumi dan memanjakan pergelangan tangan itu, Jungkook membalutnya dengan perban. Pergerakannya terlihat begitu hati-hati dan penuh kelembutan. Hingga keseluruhan perban sudah membalut seluruh luka Jimin, wajahnya kembali mendekati tangan si mungil, memberi kecupan sayang pada telapak tangan yang berkeringat hebat.

"Hhh.. Aah.. Jungkook!" Belum puas Jimin mengais oksigen, getaran yang dirasakan pada area dadanya memaksanya untuk kembali sadar. Matanya kembali terpejam dan bibirnya ia gigit sekuat tenaga demi menahan desahan yang sudah di ujung lidah. Tubuhnya kembali menggeliat layaknya cacing kepanasan, dan tidak butuh waktu lama, penis yang tadinya sudah mulai tenang, kembali bangun menunjukkan kehidupan.

"Do you like it?" Jungkook bertanya dengan suaranya yang serak. Tangannya terangkat menggapai helaian rambut Jimin yang lepek luar biasa. "Ini hadiahku. Katakan padaku, apa kau menyukainya?"

Jealous [8]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang