00 - Renjun's Family

1.9K 235 29
                                    


Hidup Renjun itu tidak biasa. Diangkat menjadi anak asuh konglomerat dari kecil, meski faktanya dia masih memiliki kedua orang tua kandung (Renjun tidak dibuang kok, apalagi dibeli), memiliki dua saudara angkat yang seumuran hingga disangka kembar tiga, berteman dan bertetangga dengan keluarga konglomerat (teman berbeda kasta biasanya ada maunya). Seharusnya, hidup Renjun memang tidak biasa kan?

Masalahnya, Renjun ingin hidup biasa. Dia ingin merasakan hidup menjadi rakyat biasa, kalau bisa rakyat jelata pun tak apa, asal tak selamanya. Sayangnya, dengan hak asuh di tangan keluarga angkatnya, Renjun tak punya pilihan selain mengikuti alur yang diyakini oleh keluarga kandungnya sebagai sesuatu yang terbaik bagi masa depan Renjun.

Renjun anak yang berbakat, kok. Dia pandai melukis, menyanyi, dan menari. Kecerdasannya pun patut diacungi jempol. Meraih peringkat teratas di sekolahnya adalah hal yang wajib kalau tidak bisa disebut sebagai kebiasaan. Keluarga kandungnya pun cukup mapan, menengah ke atas setidaknya. Namun, entah karena perjanjian apa, Renjun pun dipindahtangankan.

Awalnya Renjun menolak, tentu saja.

"Kok Papa dan Mama tega ngebuang Renjun?"

"Nggak ngebuang sayang, ini demi kebaikanmu dan keluarga kita."

Mama Renjun menenangkan Renjun yang sudah menangis tersedu-sedu, kala itu.

"Mama ngejual Renjun?"

Makin mewek, Renjun mulai menangis di lantai.

"Aduh, nggak, Renjun. Mama gak mungkin ngejual kamu, sayang. Duit kita masih banyak kok."

Waktu itu Mama Renjun sempat bertengkar dengan si Papa yang keukeuh memindahkan Renjun dari Cina ke Korea. Kata beliau sih,

"Renjun itu perlu di-trigger biar bisa besar dan mandiri."

Sayangnya, argumen itu tidak kuat di mata seorang Mama Renjun.

"Renjun masih kecil, Pa. Mandi sendiri aja dia nggak bisa."

Kenyataannya, kalau tentang mandi sendiri, Renjun sih sudah bisa sejak sebelum masuk TK. Mamanya saja yang terlalu sibuk sampai mengira pembantunya yang mengurus semuanya.

"Makanya Ma, Renjun kita titip ke Soo Man aja. Dia lagi membangun sekolah unggulan berasrama yang isinya bibit unggul semua. Fasilitasnya bagus dan ada supervisor tiap anak. Renjun pasti bisa hidup mandiri di sana."

"Renjun masih kecil lo, Pa. Masa ditinggal di asrama?"

"Tenang Ma. Tinggal di asramanya nanti kalau Renjun sudah siap. Sekarang sampai nanti Renjun besar, tinggalnya di rumah si Soo Man."

"Tapi, Pa..."

"Udah Ma. Kita juga nggak bisa ngurus Renjun. Mama kerja, Papa juga kerja. Daripada Renjun tidak terurus, mending dia diasuh Soo Man."

Kenyataannya, Renjun yang saat ini kelas 5 SD tidak pernah merasa tidak terurus. Dia punya pembantu kok.

"Tapi, Pa..."

"Ssst, ini demi kebaikan Renjun. Mama juga nggak mau kan Renjun jadi manja."

Dahi Renjut berkerut saat itu, air matanya mengalir tapi meweknya malah berganti menjadi sesenggukan.

"Renjun nggak manja, kok, hik."

"Iya iya, yang nggak manja, yang nangis."

"Tapi kan Renjun nggak manja, hik.."

"Aduh, minum air dulu, sayang."

Mamanya panik dan dengan menghabiskan seluruh tenaga dan pikiran, akhirnya Renjun menerima kenyataan bahwa mulai saat itu, dia akan tinggal berpisah dengan keluarganya. Sungguh, sampai kini, Renjun masih belum menerima alasan kenapa dirinya dibegitukan.

ATTACHMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang