02 - Renjun's Classmates

681 102 30
                                    

Ini hari pertamanya ke sekolah dan susah payah mereka bertiga mencari nama mereka yang terpampang di papan pengumuman, mencari kelas mana mereka ditempatkan. Dengan tinggi yang rata-rata, Renjun sebenarnya bisa membaca kertas yang ditempel di hadapannya dengan mudah. Sayangnya, sepertinya siswa di sini tidak ada yang tingginya normal, semuanya di atas rata-rata laki-laki korea yang membuatnya terdesak ketika berada di tengah mereka. Jeno dan Jaemin yang menyadari hilangnya Renjun di tengah lautan siswa baru segera menerobos.

"Minggir minggir, Renjun hilang! Kakak gue hilang! Kakak gue hilang!"

Nah ini dia yang membuat Renjun merasa tercekik. Bisa-bisanya dua saudara tidak sedarahnya ini membuatnya malu di hari pertama sekolah. Sebenarnya mereka tidak terkenal-terkenal amat di SMA ini karena banyak yang lebih terkenal. Anehnya, tetap saja orang-orang tahu tentang mereka. Buktinya saat ini tiba-tiba saja mereka bisa membuka jalan dan membuat Jeno dan Jaemin segera menemukannya. Apa sih? Semudah itu ya menemukannya yang membaur di kerumunan?

"Hehehe, jangan hilang-hilang dong Jun."

Dahi Renjun berkerut menyadari Jaemin segera memeluknya. Di lain sisi, Jeno segera mendekati papan pengumuman, melihat nama-nama mereka dan di kelas mana mereka berada.

"TIDAAAAAKKK!!!"

Jeno tiba-tiba berteriak histeris. Oke, Renjun sebenarnya tidak jahat tetapi untuk saat ini ia tersenyum mendengar teriakan ketakutan Jeno.

"Kita tidak sekelas."

Puji Tuhan. Tuhan memang tahu penderitaannya bersama kedua orang berisik ini dengan berbaik hati memisahkan mereka.

"Gak mau! Aku mau sama Injun."

"Aku juga gak mau sama orang lain.  Aku mau cari Papa buat jadiin kita sekelas!"

Astaga. Belum juga sehari sudah mau bikin repot Papa angkat mereka. Renjun sebagai yang tertua langsung berdeham sedikit lebih keras.

"Kalau kalian bikin Papa repot, aku bakal pindah ke asrama campuran."

"Huh?"

"Mau? Kalian sudah tahu kalau aku serius kan?" tawar Renjun lagi.

Jeno dan Jaemin segera mengingat formulir pendaftaran asrama yang mereka temukan di laci meja Renjun. Mau dirobek tapi ternyata itu kopiannya saja, alias yang aslinya sudah terbang ke manajemen asrama. Waktu itu, mereka berdua sampai memohon-mohon ke Papa mereka untuk melarang sayangnya Papa mereka justru memuji Renjun dan mengatakan akan mendukung apapun bentuk kemandirian Renjun.

Mereka yang tidak rela. Melihat Jeno dan Jaemin terdiam membuat Renjun tidak tega juga.

"Kita cuma berpisah saat belajar saja kok. Kan aku 24 jam sama kalian juga."

"Oke!"


~


Singkatnya, mereka sudah ada di kelas masing-masing. Renjun di X-1, Jeno di X-2, dan Jaemin di X-3. Renjun yang baru masuk kelas tercengang, karena tiba-tiba saja seseorang memukul bahunya sok dekat sambil berbicara riang.

"Kamu Renjun si sulung trio macan itu kan?"

Ya Tuhan. Kenapa juga sebutan trio macan itu terdengar ke sini. Ya, tidak salah sih karena sekolah ini satu kompleks dengan SMP-nya dulu, tapi kan tidak begini juga.

Dulu memang saat SMP mereka sangat terkenal sebagai trio macan, kependekan dari trio manusia cakep dan mapan. Yah, sekali lagi jika mau diingat, Papa mereka adalah salah satu pendiri sekolah ini, dan latar belakang mereka bertiga pun tidak miskin miskin amat. Tapi sekali lagi kan tidak disebut begini juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ATTACHMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang