13

3.8K 787 202
                                    


Seperti biasa. Apdet tengah malam.

Selamat bacaa...

*** 

Mr. Choi terbahak begitu kencangnya saat ia mendapat sebuah kabar dari orang kepercayaannya bahwa mereka sudah berhasil memancing Daniel untuk menyerahkan diri. Sebagai bentuk rasa suka cita atas keberhasilannya, Mr. Choi mengajak beberapa orang kepercayaannya untuk berpesta ria di pulau pribadi yang ia sewa dengan harga mahal. Beragam macam minuman keras beralkohol tersedia di sana.

"Minum sepuas kalian. Aku memberikan secara gratis hanya untuk malam ini. Hahaha..."

Orang-orang kepercayaan yang berpesta ikut tertawa. Mereka menikmati minuman keras seolah tak akan ada hari esok. Kesadaran mereka mulai menurun, bahkan ada yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di salah satu sofa.

"Ada kabar baik apa sehingga kamu mengadakan pesta secara mendadak seperti ini?" sang wanita simpanan Mr. Choi bergelayut sembari menikmati wine di tangannya.

"Aku sedang bahagia hari ini. Dua pengkhianat itu akhirnya menyerahkan diri pada kita. Sebentar lagi, kita akan hidup tenang tanpa dihantui perasaan takut. Mereka sudah musnah demikian juga dengan barang buktinya." Mr. Choi merangkul pundak sang wanita simpanan, lalu bersulang bersama.

Mereka tertawa bersama, menikmati malam mereka dalam kepuasan, tanpa mereka sadari bahwa posisi mereka sedang diintai.

"Apa kita harus sergap sekarang?"

Sultan menahan pergerakan Bayu yang tampak lebih bersemangat dan tak sabaran dibanding dirinya. Padahal, pria itu awalnya mendumel kesal karena Sultan mengajaknya melakukan pengintaian berbahaya tersebut.

Usai melakukan serangkaian penyelidikan terhadap warga pulau seberang mengenai pulau pribadi yang saat ini sudah ditutup untuk umum, akhirnya Sultan dan Bayu berhasil mencari celah untuk tiba ke Pulau Air.

Tak mudah memang. Untuk melancarkan aksi mereka, Sultan dan Bayu terpaksa bersakit-sakit agar tidak mendatangkan kecurigaan Mr. Choi dan orang kepercayaannya. Jika biasanya menyeberang antar pulau menggunakan boat khusus, maka Sultan dan Bayu memilih menggunakan perahu dayung tanpa mesin untuk tiba di sana. Bukan perkara mudah mendayung di tengah hantaman ombak. Namun, inilah tugas mereka. Menuntaskan kasus semaksimal mungkin meskipun tenaga dan nyawa menjadi korban.

"Jangan gegabah, Bayu. Kita hanya berdua di sini, sedangkan mereka ada puluhan. Jika kita salah langkah, kita bisa mati tanpa jejak di pulau ini. Sebaiknya kita meminta bantuan kepolisian terdekat untuk menyusul kita."

Bayu mengangguk. Kali ini ia menuruti apa kata sang ketua tim karena ia sendiri sudah membuktikan bahwa perkataan Sultan itu bisa dipercaya seratus persen, dan Bayu memahami bahwa usaha keras yang dilakukan akan membawa hasil yang memuaskan juga.

Sementara Bayu berusaha menghubungi kepolisian Kepulauan Seribu, Sultan melangkah semakin mendekat ke arah penginapan tempat orang-orang jahat tersebut sedang berpesta. Dengan langkah mengendap-endap, telinganya tiba-tiba mendengar suara kapal menderu dari arah laut. Sultan mengernyit. Ia membatalkan niatnya mengintai lebih dekat orang-orang di dalam pesta. Ia mencolek bahu Bayu hingga pria itu berbalik dan mematikan ponselnya.

"Ada yang datang dari arah sana." Sultan menunjuk arah datangnya kapal.

"Kapal?" Bayu memastikan dan diangguki Sultan serius.

"Kita bisa mendapatkan bukti kuat jika kita berhasil membongkar isi kapal tersebut." Sultan mengeluarkan pistol dari saku bagian dalam jasnya, siap bertarung.

Permen Kaki Aya (Tamat) ✓Where stories live. Discover now