dua belas

3.3K 102 0
                                    

Malam. Pukul 12.00 p.m

Terlihat seorang lelaki dengan perawakan gagah tengah berdiri di depan jendela kamarnya, memandang gemerlapnya dunia malam di jakarta yang tiada habis.

Sesekali lelaki itu menghela nafasnya. Sudah berjam-jam dia hanya berdiri dan menatap kosong ke keluar. Dia sama sekali tidak merasakan lelah ataupun pegal pada kakinya.

"Rel..."

Panggilan itu mengalihkan pandangannya,
Dia memutar kepala ke seseorang yang memanggilnya.

"kenapa sa ? Ada yang sakit , hem?" tanya Radika lembut.

Ya orang itu adalah Radika Varellino yang sudah beberapa hari ini menghilang ntah tanpa kabar, dan membuat sosok Avreya Quenna dan Avreta Quenna kehilangan sosoknya. Meski yang sangat merasakan tentu saja Avreya.

"nggak rel," jawab gadis itu.

"ya udah kamu tidur lagi ya, ini masih malem" ucap Radika lembut sambil membelai rambut gadis itu.

"tapi aku mau kamu juga tidur ya rel" gadis itu menatap lekat Radika.

Radika pun hanya menggangguk sebagai jawabannya dan mulai mengusap rambut gadis di pelukannya saat ini.

Tanpa Radika tau jauh dari sana, ada seorang gadis yang juga sangat membutuhkan dirinya.

***

Paginya Radika sudah berangkat sekolah seperti biasa. Namun kali ini ada yang berbeda, Radika tidak sendirian melainkan ia di temani oleh seorang gadis cantik yang kini tengah memeluk lenganny mesra.

Avreya diam mematung di koridor sekolah melihat pemandangan itu semua. Entah mengapa dadanya terasa sesak.

Setelah berhari - hari tidak masuk sekolah, dan sekarang Radika datang dengan membawa kejutan.

"re,," Alexa mengusap pelan lengan Avreya, kemudian memandang Kenzi dan memberi kode mata padanya.

"kekelas yuk, bentar lagi bell" ajak Kenzi.

Avreya masih diam, namun dia tak menolak saat Alexa dan Kenzi menariknya ke kelas.

Namun setelah sampai kelas, hal mengejutkan masih saja terjadi.
Radika duduk bersama gadis itu, dan terlihat sangat intens sekali.

Avreya menghela nafasnya pelan, kemudian duduk di bangku paling depan bersama perempuan nerd di kelasnya yang bernama Vina.
Sementara di belakang Rubi, Cello , Alexa dan Kenzi saling lirik memberi kode.

Mereka sebenarnya tau siapa gadis itu, bahkan sangat kenal. Namun bagaimanapun, Avreya sekarang juga sahabat mereka. Jadi mereka tidak mungkin mengabaikan Avreya begitu saja.

"gue gak tega sama reya nih,,," bisik Alexa pada Kenzi , Rubi dan Cello.

"iya gua juga" jawab mereka bertiga barengan.

"lagian ngapain sih itu tuan putri pake balik segala,?" Kenzi mendengus kesal.

"iya, udah bagus dia di amrik aja," tambah Alexa yang juga kesal.

"udah woy, ntar biar kita aja yang ngomong sama radika," ucap Rubi berusaha menengkan sahabatnya.

Semua mengangguk setuju dengan ucapan Rubi, dan karena bell masuk sudah berbunyi akhirnya merekapun tenggelam dalam pelajaran.

***

"dik, lo tau ngga kalo lo itu pecundang ?" hina Rubi dengan nada santai.

Radika menatap Rubi tajam, saat ini mereka tengah berada di rooftop sekolah karena sedang istirahat.

"maksud lo apa ngomong gitu hah,?" radika menarik ujung kerah seragam Rubi,

Rubi sendiri hanya menyeringai melihat reaksi Radika.

"iya lo tuh banci dik jadi cowok," kini Cello yang menghina Radika.

"brengsek, maksud lo apa ?" Radika melepas kerah sragam Rubi dengan keras dan menatap tajam kedua sahabatnya.

"gua rasa lu cukup pinter buat ngerti omongan kita dik, " Rubi menepuk bahu Radika, lalu memberi kode agar pergi kepada Cello.

Kini tinggal Radika seorang diri di rooftop sekolah. Dia terduduk lemas di bangku yang ada disana. Pikirannya kacau.

Ya Radika cukup paham apa yang di maksud Cello dan Rubi.
Dia  memang bodoh, pecundang, dan banci untuk jadi seorang cowok.

"ARRRGGGGGGHHHHHHH....." teriak Radika dengan keras , berharap hatinya sedikit merasa lega.

"rel...." suara itu membuat Radika langsung menoleh ke belakang.

Disana , ia seorang gadis yang dulu sangat Radika puja dan lindungi tengah menatap Radika lembut.

Perlahan gadis itu berjalan menuju dirinya dan duduk tepat disamping Radika.

"Aku, aku kembali di waktu yang gak tepat ya rel..." kata gadis itu dengan senyum yang merekah di bibirnya.

"kamu ngomong apa sih tha ? Kamu gak salah kok," Radika menggenggam erat tangan gadis yang bernama Agatha Aprilia itu.

Iya Agatha Aprilia adalah gadis dimasalalu Radika. Dia adalah satu-satunya gadis yang mampu membuat seorang Radika Varelino jatuh berulang kali hanya untuk membuat gadisnya tetap disisinya.  Bahkan dia merelakan persahabatannya dengan Anzhel retak hanya demi gadis itu.

"rel, kamu tau ga..." ucap Agatha menggantung, dia melepaskan genggaman tangan Radika.

Radika diam menanti lanjutan dari ucapan Agatha.

"waktu itu, bukan Anzhel yang cium aku, tapi aku yang cium dia." Agatha menatap Radika sendu.

Ya akhirnya dia bisa jujur pada Radika. Setelah 2 tahun berlalu, mungkin kini saatnya dia berani jujur pada radika tentang kejadian waktu itu.

Radika menggeleng kuat mendengarkan ucapan Agatha,"kamu pasti bohong kan tha sama aku, ? Ayo kamu bilang kalo kamu bohong tha ,plis"

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Agatha. Dia melepaskan tangan radika yang berada di pipinya.

Agatha menggeleng lemah dan tersenyum pada radika meski air matanya terus mengalir.

"kenapa tha?" tanya radika sendu, tanpa sadar ia juga menangis .

"maaf," bisik Agatha karena menahan tangisnya.

Radika berdiri dan lengsung meninggalkan Agatha begitu saja. Dia harus menenangkan dirinya untuk sekarang. Dia sangat amat kacau.
Agatha sendiri hanya bisa menangis pilu setelah kepergian Radika.

****

See you next :')

Vote and comment ya :'))))

My Bad Boy FriendWhere stories live. Discover now