34

1.6K 195 17
                                    

Hari ini Lea sengaja membuat sendiri makan siang untuk Arkan sebagai bentuk permintaan maafnya kemarin. Yeah, hitung-hitung Lea juga harus memberi sedikit penghargaan untuk Arkan yang selalu sabar menghadapinya. Kalau saja pacarnya saat ini bukan Arkan, mungkin Lea sudah dari jauh-jauh hari dicampakkan.

Pukul memang belum menunjukkan waktu istirahat, tetapi Lea yang sedang jam kosong saat ini sudah terduduk dibangku depan kelas Arkan dengan senyum cerah yang terukir lebar dibibir. Pikirannya melayang jauh, memikirkan bagaimana reaksi Arkan ketika tau bahwa Leaㅡsi gadis brutal yang berstatus sebagai pacarnya ini bisa memasak dengan baik. Bakat memasak ibunya memang turun pada darah daging seorang Tallea Ambarita.

Sampai bel berbunyi beberapa saat kemudian, Lea langsung berdiri dari duduknya guna menyambut pacarnya itu. Pertama-tama guru fisika yang waktu itu memarahinya tepat didepan Arkan yang keluarㅡah waktu itu benar-benar memalukan. Lea juga baru-baru saja menyadari bahwa lelaki itu memerhatikannya ketika dibentak sang guru.

Lea tersenyum kaku ketika guru tersebut menatapnya heran, tapi kemudian pria paruh baya itu pergi acuh dari hadapannya. Gadis itu mendecih sebal dan memutar mata.

Murid-murid dari kelas tersebut mulai keluar, tetapi tidak semuanya. Ah, jangan lupakan kalau ini adalah kelas IPA-1 yang pasti muridnya adalah anak-anak rajin juga kebanggaan sekolah mereka. Sudah pasti pula waktu istirahat, banyak murid kelas ini memilih untuk menetap dibangku dan belajar dengan tenang daripada harus ke kantin yang hanya membuang waktu saja karena antrian yang panjang juga harus berdesak-desakan. Mereka memiliki otak yang cukup pintar untuk membawa sendiri bekal dari rumah.

Lea jadi terkagum-kagum karena Arkan mampu menjadi murid dikelas ini, sedangkan dirinya? Boro-boro masuk kelas ini, dikelasnya saja masih sering mendapat nilai merah.

Arkan-kan memang pinter, ya jadi gue enggak perlu heran lah ya dia masuk dikelas ini, batin Lea, menelusuri ruangan tersebut dengan matanya. Dan sosok Arkan yang masih terlihat membaca buku dibangku tengah mencuri perhatiannya, "Tuhkan, waktu istirahat pendek gini aja masih nyempetin belajar coba," gumam Lea kesal.

Lea melambai-lambai dan berbisik memanggil nama prianya, berharap Arkan terganggu karena kelas itu cukup hening meskipun murid yang menetap dikelas saat ini terbilang banyak. Gotcha, lelaki itu menoleh ketika merasa seseorang tengah memanggilnya menggunakan sebuah gerakan.

Arkan mengulum senyumnya saat mendapati Lea berdiri didekat pintu sambil menunjukkan kotak bekal berwarna hijau ditangannya. Gadis itu tersenyum lebar, lagi-lagi membuat jantung Arkan tak bisa berhenti berdetak hanya karena hal kecil itu.

Lelaki itu menutup bukunya dan melangkah keluar dari kelas.

"Arkan ih," Lea mengerucutkan bibirnya sebal.

"Kenapa, hm?"

"Waktu istirahat itu pendek, ngapain sih kamu pake belajar segala?"

"Loh," Arkan tertawa, "Bukannya sekolah emang buat belajar?"

"Iya, tapi di jam KBM. Kalo istirahat mah, ke kantin aja sih."

"Lea emang ya," Arkan tidak tahan untuk tidak mengacak rambut gadisnya gemas, "Otaknya suka lain dari yang lain."

"Biarin," Lea memeletkan lidahnya, mengejek Arkan. Kemudian ia mengangkat kotak bekalnya kehadapan lelaki itu, "Yaudah ih, aku udah bawa ini. Ayo kita makan!"

"Aduh, gimana ya," Arkan menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.

"Kenapa?" Tanya Lea, sedikit kecewa melihat reaksi Arkan yang sepertinya bukan pertanda baik.

"Aku..."

"Kamu enggak mau makan bareng aku?"

"Hah? Bukan," bantah Arkan.

"Terus?"

"Aku enggak mau makan kalau kamu enggak nyuapin aku."

Lea bersemu, kemudian memukul lengan Arkan kesal, "Ih aku kira kenapa! Aku udah panik tau."

Arkan tertawa keras melihat wajah memerah Lea setelah ia berhasil mengerjai gadis itu.

"Gombal," hardik Lea.

"Fakta tau," Arkan merangkul pundak gadisnya, "Yuk."

Lea mengangguk, menyandarkan kepalanya dibahu lebar Arkan sambil mereka berdua melangkah kearah kantin.

"Eh kamu tau enggak?"

"Apa?"

"Ini aku masak sendiri loh."

"Hah serius?"

"Iya, beneran!"

"Layak makan enggak?"

"Maksudnya?"

"Kali aja gosong atauㅡaw!"

"Nyebelin."

"Suka banget sih nyubit, entar badan aku biru-biru gara-gara kamu gimana?"

"Enggak peduli! Siapa suruh nakal."

"Nakalnya ke kamu aja kok, enggak ke yang lain."

"Arkan!"

"Hahahaha, iyaiya."

•••

Btw yang bawah itu obrolan mereka sepanjang koridor mau ke kantin gitu. 😂

 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[22-04-2018]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[22-04-2018]

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang