22. Jealous

28.2K 3.9K 169
                                    

Vote dulu yaaa.. Apaan mau up cepet vote nya dikit banget part kemarin 😆😆

***

Satu minggu setelah aku kembali dari masa liburku kemarin, rutinitas kerja kembali padat seperti biasa. Baru-baru ini pekerjaan kami memang sedang banyak-banyak nya, karena tengah dibebani tanggung jawab menangani anggaran pembangunan cabang baru di Bandung. Pabrik baru yang akan dibuka pada tahun ini ditargetkan harus selesai sebelum hari raya Natal. Inilah mengapa divisi keuangan tak pernah absen dalam setiap kegiatan.

Anggaran merupakan hal yang vital, maka selagi adanya kegiatan didalam suatu perusahaan, keluar-masuknya pencatatan Anggaran tak akan pernah ada habisnya. Dan ini juga lah yang menyebabkan gaji divisi keuangan walaupun hanya karyawan biasa sepertiku bisa hampir setara dengan gaji Manager Pemasaran dikantor ini.

"Nisa, ikut Mas rapat buat proyek Bandung ya. Yang penting nanti kamu rangkum"

"Iya, Mas"

"Rapatnya dimulai bentar lagi, jam sembilan udah harus siap semua"

"Iya" Langsung saja aku menyiapkan Note dan tablet yang akan kugunakan mencatat inti sari rapat yang akan berlangsung tiga puluh menit lagi itu.

Untuk kali ini aku agak malas mengikuti rapat bersama Mas Rio. Kenapa tidak mengajak yang lain saja dalam rapat kali ini? Mbak Tari misal nya? Atau mungkin Mbak Anggita? Ini proyek pembuatan pabrik baru, otomatis hampir semua direksi ada untuk membahas proyek baru tersebut. Danendra pun juga otomatis ada, dan aku sangat malas untuk bertatap muka lagi dengannya. Yah walaupun selama beberapa hari ini aku tidak pernah melihat pria itu. Mungkin saja sibuk, sampai kesempatan untuk melihat batang hidungnya saja hampir nihil.

Aku sekarang sudah memasuki ruang rapat bersama Mas Rio. Aura pria ini jika sudah bercampur dengan para petinggi kantor semakin berwibawa saja. Jika saja sedang bercanda bersama kami didalam ruang akunting wibawanya mampu jatuh begitu saja saking selengeknya dia.

Kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan, satu manager divisi juga membawa satu notulen untuk membantu mencatat intisari rapat agar tidak kerepotan. Aku duduk disebelah Mas Rio agar lebih memudahkan kami berkomunikasi secara singkat nantinya dalam membicarakan data.

Saat semuanya sudah duduk ditempatnya masing-masing suasana ruangan masih belum kondusif, masih banyak yang berbicara santai saat ini.

"Nis minum dulu, nanti ga fokus" Mas Rio menggeser air mineral beserta gelas yang ada didepanku untuk lebih dekat lagi kearahku.

"Mas Rio nih bisa aja." Aku tersenyum kemudian meraih air mineral yang tadi digeser Mas Rio kemudian membukanya.

"Santai aja jangan tegang" Mas Rio mengikuti gerakanku dengan membuka air untuk ia minum.

"Takut ada yang kelewat nanti Mas, ga pernah ikut rapat proyek besar sih Mas" ku tuangkan air mineral yang ada didalam botol tadi kedalam gelas bening berkaki ini, kemudian meneguknya separuh. Tidak lucu jika ditengah rapat aku harus meminta izin kekamar mandi kan?

"Wah bolehlah sering-sering ikut sama Mas, biar terbiasa" Mas Rio tertawa diakhir kalimatnya, memperlihatkan lesung pipinya yang hanya sebelah itu padaku.

"Rolling lah Mas, emang Nisa sekretaris Mas apa" aku ikut tertawa menanggapi ucapan Mas Rio. Namun sedetik kemudian tawa ku redup saat seseorang memasuki ruang rapat ini sehingga membuat ruangan menjadi lebih kondusif. Siapa lagi kalau bukan Danendra, diikuti sekretarisnya Mbak Ana yang mengekor dibelakangnya.

Kulihat pria itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruang rapat, memperhatikan setiap orang yang ada didalam sini. Sampai ketika pandangan kami berdua bertemu, buru-buru aku mengalihkan pandanganku kesembarang arah.

MARRIAGEPHOBIA  (DICTATOR BOSS 1st VERSION)Where stories live. Discover now