Chapter 3

2.4K 413 28
                                    

Sasuke menoleh kearah jam dinding rumahnya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, ia pun menoleh kearah jendela rumahnya yang sudah di buka gordennya sehingga ia bisa melihat betapa cantiknya Oto ketika musim salju, tetapi sayangnya tidak ada orang yang bisa menikmatinya karena beberapa kejadian mengerikan beberapa hari ini, yang mana Sasuke sendiri tidak tahu penyebabnya, dan Sasuke masih sangat penasaran dengan nama Naruto, siapa Naruto hingga mampu membuat orang-orang di kota ini ketakutan bukan main. Selain itu, kenapa baru boleh keluar rumah setelah jam delapan pagi lalu tidak boleh keluar rumah lagi jika sudah jam tiga sore, Sasuke cukup bingung dan penasaran.

Sasuke membuka pintu rumahnya dan kembali menutupnya tanpa lupa untuk menguncinya lebih dulu, karena ia harus pergi sebentar ke mini market untuk belanja.

"Selamat pagi Uchiha-san." Sapa seorang pria paruh baya yang tak lain adalah tetangganya sendiri.

"Selamat pagi Hirosi-san." Balas Sasuke ramah, keduanya pun berjalan bersama menyusuri trotoar.

"Sumimasen Hirosi-san, aku ingin bertanya tentang kejadian beberapa hari ini, selalu di kaitkan dengan nama Na-"

"Jangan sebut namanya!" sergah tuan Hirosi cepat, keduanya berhenti berjalan dan saling berhadapan. Tuan Hirosi mengatur napasnya untuk sejenak karena sedikit memburu saat Sasuke hendak mengatakan nama terlarang itu.

"Ada apa?" tanya Sasuke bingung.

"Jika nanti setelah musim dingin berakhir, aku akan menceritakannya, itu pun jika anda masih di kota kecil ini, tetapi saya harap selama musim dingin ini anda harus mengikuti praturan yang ada di kota ini." Kata tuan Hirosi, dan Sasuke hanya mengangguk pelan karena tidak ingin memperpanjang yang mungkin nanti bisa menyebabkan warga kota ini marah jika ia berusaha untuk mencari tahu.

"Selamat pagi, semoga pagi paman menyenangkan dan terimalah permen ini sebagai jimat keberuntungan!" seru beberapa gadis muda yang datang menghampiri mereka seraya memberikan beberapa bungkus permen lolipop aneka rasa.

"Terima kasih." Ucap Sasuke pelan dan mereka pun tersenyum senang karena bisa melihat pria yang cukup tampan di pagi yang cerah ini, meski salju masih berjatuhan sedikit demi sedikit.

"Simpan permen itu, jika ada anak kecil bermantel merah meminta permen kepadamu maka berikan saja permennya, dan jika dia malah menjual korek api, maka belilah tanpa mengejeknya, berikan ia uang kecil saja sudah cukup, lalu pergi. Dengan begitu kau akan selamat." Pesan tuan Hirosi sebelum akhirnya pamit untuk pergi menuju halte bis terdekat, sedangkan Sasuke harus berjalan lima puluh meter lagi ke depan untuk sampai ke mini market.

Sasuke tahu siapa yang tuan Hirosi maksud, ia sudah beberapa kali bertemu gadis kecil itu, tapi apa yang tuan Hirosi maksud dengan kata "kau akan selamat?"

Sasuke menggelengkan kepalanya pelan dan kembali melanjutkan jalannya menuju mini market, dan tak lupa membeli permen rasa buah-buahan, karena mungkin saja nanti gadis kecil itu akan berkunjung dan meminta permen kepadanya.

oOo

Sore telah menjelang, semua orang sudah masuk dan bersembunyi di dalam rumah mereka masing-masing, kabut tebal mulai menyelimuti kota bersamaan dengan turunnya salju. Sasuke bisa melihat dari balik jendela rumahya, saat butiran-butiran salju itu turun dan menumpuk di atas jalanan yang semulanya sudah di bersikan oleh penduduk kota.

Sasuke hanya duduk diam di dekat perapian sambil menikmati kopi hangat dari mug kecil yang ada di tangannya, tanpa jemu memandangi pemandangan di luar jendela. Suasana di kota ini sangat mencekam dan di penuhi ketakutan, pikirnya dalam diam.

Lalu tanpa sengaja kedua netranya melihat gadis kecil bermantel merah sedang berjalan menyusuri jalanan yang berada di depan pagar rumahnya, gadis itu menundukan kepalanya dalam sambil sesekali menendang tumpukan salju.

Api Harapan [END Tersedia Versi PDF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang