-tak sejalan-

47 8 0
                                    

Made : 28 Mei 2018
Genre : friends

***

Matahari belum menampakan sinarnya, hanya ada warna jingga di ufuk timur. Angin semilir terasa sangat menusuk kulit, dan membuat siapapun akan merasakan sejuknya. Pohon yang bergerak kesana-kemari seperti sedang dibangunkan tidurnya oleh angin. Embun yang membasahi rumput membuat harum bunga yang terhirup. Ah, kau harus bersyukur pada Yang Maha Kuasa.

Hari terakhir ujian, rasanya membuat aku malas karena hari pertama selalu menyenangkan, begitupun sebaliknya.

"Kau sudah belajar?" tanya seseorang di sampingku, kala aku sedang merasakan jalanan tanpa polusi.

"Sudah, tapi tetap saja aku tak paham. Entah mengapa aku malas setiap hari terakhir ujian." jawabku tanpa menoleh kewajahnya. Tapi dia melihatku terus.

"Bukannya kau selalu malas?" ejeknya yang membuat aku menatap sinis kearahnya. Dan dia terkekeh kecil.

"Bukankah kau juga, saudara Brious Esientain." jawabku dengan nada tak kalah mengejek. Ya, kami selalu memakai nama lengkap saat marah ataupun kesal.

"Ah, kau pembaca pikiran yang handal."

"Aku bukan si pembaca pikiran. Tapi kita ini teman, aku mengenalmu sejak kau dilahirkan."

"Bukankah, aku duluan yang lahir? Setelah itu kau," Aku sudah malas meladeni omongan bodoh. Lebih baik aku terus berjalan dan merasakan udara di pagi hari, daripada tanya-jawab dengan orang ini. "Kau sangat manis saat marah."

Ah, apa aku harus memukulnya dengan batu di pinggir jalan?

"Kau selalu memancing keributan denganku, aku bisa saja membantingmu."

Dia tertawa terbahak, dan itu membuat kupingku terasa sangat panas. "Aku juga bisa membantingmu lebih dulu. Aku sudah sabuk hitam lho." Aku menatapnya tajam dan dia tertawa melihat reaksiku. Ah, aku akan mogok bicara saja dengannya.

*

Di kelas dia terus bicara, apa mulutnya tidak capek kalau bicara tidak ada yang meladeni?

"Aku sangat ingin melihatmu marah seperti tadi," pintanya dan aku terus mencatat apa yang guru itu tulis. Aku tak menghiraukan ucapannya tadi, dan sebelum-sebelumnya karena aku akan mogok ngomong dengannya.

"Kau jangan mau dengannya, dia itu garang," ucapnya kepada teman di belakangku, yang katanya suka padaku. Dan sekali lagi,

Aku ingin membantingnya.

"Hahaha, aku tidak menyukainya. Apa kau menyukainya?" tak ada jawaban dari orang yang duduk di sampingku. Tapi, aku bisa melihatnya dari ekor mataku, wajahnya merah.

"Ri? Apa kau mau makan bersamaku di kantin?" tanya teman cowok yang duduk di depanku. Aku akan memanas-manasi orang itu.

"Ayo, aku juga tidak ada orang yang ingin diajak ngobrol." kulihat dari ekor mataku yang menatap tajam seseorang yang tadi mengajak ku.

Dia bangun dari duduknya dan sepertinya rahangnya mulai mengeras. "Aku ikut denganmu," ujarnya yang membuatku menatapnya bingung, dan juga orang di sampingku.

"Oh, baiklah."

Aku duduk bersampingan dengan cowok yang mengajak tadi. Dan di seberangku cowok yang membuat aku hampir mati karena naik darah. Tampaknya dia sedikit kesal aku terus berbincang dan tertawa dengan cowok di sampingku, ya, aku ingin memanas-manasi orang itu.

"Shiori, aku ingin bicara denganmu." Brious bangkit dari duduknya, kemudian tangannya terulur di depanku.

Aku dan anak laki-laki yang duduk di sampingku ini mengerutkan keningnya bingun dengan ucapan Brious. Aku hanya bisa saling pandang.

"Eh?" tangannya menarikku agar berdiri.

"Kau tidak ikut, Andreas." tatapan tajamnya beralih kemanik mata Andreas. Andreas tidak tahu ada apa dengan anak ini.

Tbc
(Tapi boong ci)

A.n :

Kalian tebak sendiri, kalian pasti bisa tebak.

Ok, ini emang gaje. Tapi...,

Lagi dan lagi aku udah gak tahan mau publish. Tanganku bisa kriting kalo kutahan terus.

Ini udah bulukan di draf. Jadi kalo mau baca, baca aja. Kalo mau pergi, pergi aja, tapi jangan berantem. Pergi dengan damai, ok.

Kalo suka, bolehlah bintangnya *kedip mata genit.

Jangan lupa mampir ke work ku yang baru. TWO COLD (teen-fic) dan ini yang lumayan lama GREEN WORLD (sci-fi + fantasy)

Ok, see you!

* Floweryum

Short Story CollectionWhere stories live. Discover now