-ulang tahun-

33 2 0
                                    

Made : 27 April 2018
Revisi : 18 Mei
Genre : teen-fic.

***

Malam yang sunyi nan sepi, hanya ada taburan bintang di atas langit dan juga bulan yang sedang tersenyum mendengar derikan jangkrik yang sedang bernyanyi. Cahaya malam yang berwarna biru kehitam-hitaman, membuat siapa saja terpesona saat berada di dunia ini. Begitupun aku, bintang yang sedang tumpang-tindih membuat semuanya indah.

Aku sedang berbaring di atas rumput yang dingin, bersama seseorang yang kemarin baru saja menyatakan perasaannya kepadaku.

Dia yang mengajaknya ke sini entah untuk apa, dan sekarang kami tengah menatap langit malam beralaskan rumput yang dingin.

"Lo itu kayak kunang-kunang, selalu bercahaya." ah, kata-kata yang mainstream.

"Kenapa gak bintang?" tanyaku tanpa menengok kearahnya.

"Kalo lo jadi bintang, nanti lo jauh dari gue. Dan gue akan selalu kangen lo, tapi lo muncul cuma malam hari." tanganku serasa hangat, ah, dia menggengamnya.

"Tapi, kunang-kunang juga keluarnya malam doang."

"Senggaknya lo nggak jauh dari gue." kata-kata playboy itu selalu membuat hati nge-fly yah.

Tidak ada suara yang dia keluarkan, hanya ada suara nyanyian jangkrik dari semak-semak itu. Dan akupun tak mau memancingnya lagi.

Apa kalian akan bertanya buat apa aku datang ke tempat ini malam-malam?

Ya, kita beda kelas memang, aku kelas XI IPA 2 dan dia kelas XII IPA 1. Sekolah kami mengadakan camping dari kelas sebelas dan kelas duabelas. Dia mengajakku kesini, karena di sana katanya bosen, ya, mau gimana lagi aku gak ngelak. Karena aku menerima dia sebagai pacarku.

Dia bangkit dari tidurannya, tentu aku juga karena tanganku masih bergandengan dengannya.

Aku hanya berjalan di belakangnya, tubuh yang tegap dengan otot yang kekar dan tingginya sekitar 176 cm. Busana yang dia kenakan sangat padu dengan celananya, pandai sekali dia memilih baju.

Aku menyusulnya dan berjalan beriringan di sampingnya. Tinggi tubuhku hanya sebahunya itupun kurang. Ah, tanganku masih setia di dalam genggamannya, hangat, di dingin nya malam.

"Mau aku gendong aja?" tawarnya dan aku terkejut dengan sebutan 'aku'.

Tanpa persetujuan dariku aku sudah berada di atas punggungnya. Dan berpegangan bahunya. "Kamu enteng banget sih?" tanyanya dan aku mendengus sebal. Ya, aku kecil, pendek, kurus. Itu yang selalu disebut oleh teman-temanku di sekolah. Terus saja sebut sesukamu, aku tidak akan marah, hanya dongkol dalam hati. Tapi mungkin, jika kesabaran ini habis akan kuledakkan rumah orang itu yang berbicara begitu.

"Mungkin emang kamu yang babon." jawabku sarkas.

Hanya ada kekehan kecil dari bibir tipisnya, dan aku meraba-raba wajahnya untuk mencari matanya, ketika ketemu aku langsung menutupnya.

"Nanti jatoh. Awas aja kalo sampe jatoh ya, aku gelitikin nanti," ah, aku takut kalau di gelitikin dia. Jadi, aku melepaskan tanganku dari matanya dan beralih seperti tadi. "Haha, takut juga rupanya."

"Kamu kalo gelitikin pake nafsu. Aku gak suka."

Dia tertawa lagi.

*

Kemah sangat sepi, apa semua orang sudah pada tidur?

"Kamu masuk aja duluan." aku turun dari punggung kekar itu dan menyingkap tenda.

Tidak ada siapa-siapa.

Aku bangun, dari jongkokku dan memutar tubuh kebelakang. Banyak sekali teman-temanku di sana, ada yang membawa air seember, tepung terigu, telur, kue, dan balon-balon berwarna cerah.

Air itu ditumpahkan keatas kepalaku, terigu dan telur, yang terus menerus menghampiri kepalaku. Begitupun dengan orang yang tadi bersamaku, dia menyiramku dengan air. Aku hanya bisa diam dan mengusap wajahku yang basah, dan bau amis.

Ah, sial, aku selalu tertipu.

Setelah barang-barang bodoh itu habis, aku memberanikan diri bertanya kepada orang-orang terdekatku, "emang siapa yang ulangtahun?" semua saling tatap-menatap orang yang berada di sampingnya.

"Bukannya lo ulangtahun sekarang?" tanya teman perempuan ku. Ya, aku tak pernah sedikitpun mengumbar hari ulang tahunku, sebab inilah yang akan terjadi.

"Enggak. Emang kalian tau dari mana gue ulang tahun?" tak ada yang menjawab, bahkan seorang yang tadi mengajakku pergi juga entah di mana.

Orang yang tadi melempariku dengan barang-barang itu saling pandang kesamping kanan dan kiri, "mana tuh anak." gumam salah satu cowok, mungkin temannya dia.

"Halo, hbd ya, kamu. Nih, kuenya berdoa dulu sebelum tiup." dia datang dengan kuenya.

Aku mengambil kuenya, meniup lilinnya, dan mencabutinya. Setelah itu...,

Kuambil sedikit kue itu, dan kutaruh di wajahnya. "Hahaha, sebenarnya yang ulang tahun ini." kataku dan dia mengusap-ngusap wajahnya yang penuh dengan kue coklat.

Semua orang yang tadi langsung mengambil alih, menyiramnya dengan air, kemudian kuenya ditaruh di atas kepalanya. Aku hanya bisa tertawa puas, melihat dia yang meronta-ronta dari amukkan masa.

Dia memegang bahuku, "kamu kok jahat sih?"

Aku tertawa mendengar katanya dengan sedikit ekspresi panik di wajahnya, "emang kamu yang ulang tahun?" tanyaku balik dan dia hanya tersenyum.

Berarti benar? Dia yang ulang tahun? Sebenarnya aku juga sedang ulang tahun.

"Kamu juga ya...?" dia tersenyum puas melihat ekspresiku yang entah seperti apa.

Kurasa sekarang wajahku panas, seperti ada yang membakar.

Masa kembali menyiram air itu, dan kue-kue pun ikut bertumpang-tindih di atas kepalaku-dan dia.

Dia melindungiku dari air dan terigu-terigu yang entah berapa banyak mereka persiapkan. Aku mendongak, benar ternyata kepala dan tangannya melindungiku dari terigu, jadi dia yang kena barang itu semua.

***

A.n :

Ok, gak jelas emang. Tapi aku tetep kekeuh mau publish ini.

Aku juga gak yakin kalo ada yang-dengan baik hatinya memberi bintang untuk part ini :'(

Semoga kalian gak muntah ya? Nanti puasanya batal. Eh, gak deng.

See you!

Floweryum 🌻

Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang