Kim Sehun selalu menganggap dirinya beruntung. Tak peduli dengan kenyataan bahwa dia orang miskin yang yatim piatu. Menampik kebenaran bahwa dirinya tengah sakit keras dan bisa meninggal kapan saja. Sehun itu tipe orang yang selalu optimis dengan hidupnya, atau mungkin, selalu mencoba optimis.
Seperti saat ini, sedari tadi dia mencoba meyakinkan adik satu-satunya untuk percaya padanya. Dia sedang mencoba memasak, meskipun menurut Taeoh, itu lebih terlihat seperti sedang mencoba menghancurkan dapur kecil mereka.
Karena kenyataannya, sejak tadi yang dilakukan Sehun hanya memotong acak semua bahan makanan yang ada di dalam lemari pendingin.
"Hyung sedang buat apa, sih?" Taeoh kesal. Perutnya lapar, sedari tadi sehun hanya memintanya untuk bersabar.
Anak berumur tujuh tahun ini sudah berkali-kali bilang agar mereka menunggu Kai pulang saja. Sehun itu nol besar dalam urusan pekerjaan rumah apapun.
"Hyung sedang membuat sup Tae-ya. Sabar sedikit lagi, ini sudah hampir selesai." Kali ini sehun menyahuti. Ujung bibirnya ia gigit sedikit, mencoba berkonsentrasi. Memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Sehun memang tidak bisa memasak, tapi dia pernah melihat iklan produk MSG di TV, dan itu terlihat mudah. Dia hanya perlu mencampur semua sayuran yang ada, menambahkan air sebanyak-banyaknya, menambahkan penyedap rasa, dan selesai.
Tapi yang jadi masalahnya sekarang, Sehun bahkan tidak tahu penyedap rasa itu bungkusnya seperti apa. Sungguh, dia bingung. Rasanya ingin mengumpat. Tapi Chanyeol bilang mengumpat itu tidak baik. padahal Kai sering melakukannya.
Saat ini dua bocah beda usia itu hanya berdua di rumah. Tidak ada Kai dan tidak pula ada Chanyeol. Sebenarnya itu hal yang biasa, yang tidak biasa adalah kedua kakak yang bisa diandalkan itu lupa tidak membuatkan mereka makanan sebelum pergi bekerja. Jadilah saat ini Sehun dan Taeoh kelaparan.
Mereka tidak punya ramen atau pun makanan instan lainnya. Chanyeol tidak pernah membiarkan adik-adiknya makan makanan tidak sehat. Terutama Sehun. Tidak baik, katanya.
Taeoh menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan di atas meja makan. Frustasi sekali rasanya. Kalau tidak ingat perkataan ayahnya bahwa laki-laki itu tidak bolah cengeng, sepertinya dia sudah akan menangis dari tadi. Kakinya yang menggantung di kursi sudah ia hentakkan sedari tadi.
"Hyuuung, sudahlah! Tunggu Kai Hyung saja. Hyung hanya merusak dapur, tahu!"
Sehun pura-pura tidak dengar. Dia itu sekarang sedang mencoba untuk menjadi kakak yang bisa diandalkan. Tapi sayangnya, Taeoh tidak berpikir demikian. Otak kecilnya justru sedang mengasihani Kai hyung-nya. Kekacauan yang dibuat Sehun ini, pasti Kai yang akan bereskan nantinya. Padahal kan Kai hyung sudah lelah karena harus bekerja, pikirnya.
"Nah, selesai!" seru Sehun. Lengannya ia gunakan untuk mengelap titik-titik keringat di dahinya, Sehun tersenyum bangga. Ini mahakarya.
Sementara Taeoh mengangkat kepala tanpa minat. Memandang rendah panci yang masih mengepulkan uap panas di hadapannya. Kalau boleh jujur, bahkan dari penampilannya pun, sup ini sangat tidak menggugah selera makannya. Sama sekali tidak.
"Hyung yakin ini bisa dimakan?"
"Tentu saja! Jangan merendahkan Hyung seperti itu Tae-ya. Kau hanya belum mencobanya saja."
Selain optimis, Sehun itu terlalu percaya diri mendekati sombong. Dengan ragu, Taeoh menyuapkan sesendok kecil sup ke dalam mulutnya. Raut wajah lucunya berubah datar.
YOU ARE READING
The Dearest
FanfictionHidup sebagai empat bersaudara tanpa orangtua bukanlah hal yang mudah. Anak-anak keluarga Kim harus rela merasakan sulitnya bertahan hidup di tengah berbagai cobaan yang datang. Tapi bagi mereka, selama masih bisa bersama, itu sudah cukup. Jika pa...