Chapter 9

711 62 0
                                    

Hi, semua!

Kita lanjut lagi, yuk! Kali ini para bocah coba ikut ngebahas masalah rumah! Apa yang mereka bicarakan?

Happy reading!

---------------------------------------------------------


"Jadi, menurutmu, James—" Rose melipat tangannya di depan dada geram, sementara James tetap teguh pada posisi duduknya yang nyaman, "rumah ini masih hutang?"

"Wahhh!!!" para sepupu Rose yang lain langsung bersorak bersamaan. Meskipun suara mereka tertahan, para orang tua yang sedang berkumpul di ruang keluarga menoleh bersamaan. Angelina berteriak paling keras untuk menanyakan ada masalah apa.

Roxanne siap membuka mulut namun sayang, segera disumpal oleh kepalan tangan Fred. Benar, sebuah kepalan tangan Fred, "jangan! Ini urusan kita—" ancam Fred dengan tatapan tajamnya. Roxanne hampir muntah karena jijik.

James kembali mengutarakan pendapatnya. "Tapi memang yang aku dengar dari Mum dan Dad saat di dapur—"

"Kau menguping lagi, James?" potong Al. Kakaknya kembali berulah.

"Jangan keras-keras, Al. Mau kau aku buat hampir muntah seperti Roxanne tadi, hah?" tawar James sambil menunjukkan kepalan tangannya. Cara itu sering dilakukan Fred dan James ketika mengancam saudara ataupun sepupu-sepupunya untuk tidak mengadu. Sedikit ekstrim memang, tapi itu sangat ampuh.

Al memilih beringsut lemas kembali bersandar di tembok ruang tengah rumah keluarga Ron dan Hermione. Ia sudah lelah selalu bertengkar dengan James, jadilah.. lebih baik diam daripada cari masalah dengan Mummy, batin Al pasrah. "Jangan hiraukan kata-kata James, Rosie. Dia tukang membual." Bisik Al pada Rose.

"Kakak kita memang suka penasaran dengan masalah orang lain. Oh, Al, aku bersyukur masih memiliki kakak kalem sepertimu," kini Lily yang berbisik pada Al.

Masih dengan keyakinannya, James melanjutkan lagi penjelasannya. "Jadi, aku mendengar Dad bercerita ke Mummy kalau Uncle Ron itu tidak mendapatkan uang tunjangan Kementerian. Tapi lihat sekarang," James merentangkan tangannya menunjukkan kemegahan rumah baru keluarga pamannya itu, "rumah ini sudah kalian tempati. Coba sekarang pikirkan, dapat darimana uangnya?"

"Betul itu, aku setuju padamu, Jamie! Cerdas! Aku saja bingung darimana bisa mendapat uang sebanyak itu." Tambah Fred mendukung penuh sepupu paling tersayangnya.

Rose masih tak terima. Ia tak habis pikir tentang gosip rumah barunya. Jika rumahnya masih hutang, mengapa ia dan keluarganya bisa tinggal di sana. Kalaupun ayahnya yang berhutang.. "Dad bisa dikejar-kejar penagih hutang kalau tidak bisa membayarnya, seperti yang pernah aku tonton di bioskop. Harga rumah ini tak semurah membeli permen—" batin Rose dihantui rasa takut berlebihan. Sebenarnya ia tak mau mudah percaya begitu saja. Tapi, James dan Fred sukses membuatnya kepikiran.

Hermione datang dari arah dapur membawa kue berwarna kuning keemasan dengan kepulan asap masih terbang di atasnya. Bau harus khas mentega tak bisa dielakkan lagi. "Biar aku yang bawa, aku tak yakin kue ini utuh saat kau taruh di atas meja. Kembali duduk!" bentak Hermione pada Ron. Ia tak mau menerima bantuan Ron kali ini. Berpegang pada pengalaman sebelum-sebelumnya, apabila akan menghidangkan kue, jangan pernah menyerahkan tugas itu pada Ron. Jika ketika kue keluar dari oven berbentuk persegi, jika Ron yang membawanya bisa jadi kue akan sampai di atas meja dengan bentuk jajaran genjang.

"Anak-anak, ada camilan. Ayo, ke sini!" teriak Hermione dari arah ruang keluarga.

"Ow, tentu saja, Aunt Mione. Kami segera ke sana!" teriak James. Ia langsung berdiri diikuti Fred yang siap mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Hey!" Rose berteriak menahan mereka, "kalian belum selesai menjelaskan semuanya!" teriak Rose tak digubris.

Semua anak ternyata turut pergi menuju ruang keluarga menghampiri orang tua mereka. tinggallah Rose diam diri di tempat duduknya tadi. Pikirannya melayang-layang, salah satu sifat berlebihan Ron menurun pada Rose. Berlebihan khawatir.

"Rosie, kau kenapa, sayang?" Hermione melirik bingung pada putrinya ketika acara makan malam tiba, Rose memilih banyak diam dibandingkan berkomentar banyak tentang masakan ibunya malam ini. celotehan para sepupu, serta paman dan bibinya tidak membuatnya sama sekali bisa melupakan perkataan James itu.

Rose menggeleng meyakinkan tidak terjadi apa-apa. Agar ibunya tidak curiga, Rose melanjutkan makan malamnya meski masih diam seribu bahasa.

Terkadang, Rose tak sepintar apa yang orang katakan. Rose anak yang pemikir. Tidak hanya tentang ilmu pengetahuan atau ilmu-ilmu lainnya, Rose bisa mudah terpengaruh jika ada orang lain yang memberitahunya tentang hal-hal baru ataupun masalah yang belum ia ketahui asal muasalnya. Secara sederhana, Rose mudah terpengaruh.

"Kalau benar rumahmu ini dari hasil hutang, bisa-bisa kau diusir kalau Uncle Ron tidak bisa melunasinya," kata Lucy yang memang suka sekali terbawa suasana. Lebih tepatnya ia dan Dominique, dua ratu drama dari keluarga Weasley.

"Kalau yang pernah aku baca dari novel-novel milik Mummy, ada sebuah pepatah aneh yang pernah aku baca dari cerita itu. Lawanlah dengan complain." Ujar Dominuque mendapat persetujuan Lucy.

Rose terdiam tak paham, "maksudnya? Apa hubungan dengan melawan dan.. complain? Melawan itu bertengkar—"

"Aduh! Rosie, kau butuh membaca novel, cantik, jangan kamus melulu—" Lucy menepuk dahinya geram, "begini, Rosie, maksud pepatah aneh yang dikatakan Domie itu artinya, kau harus melakukan sesuatu untuk ditunjukkan sebagai bentuk keluhanmu agar lawanmu luluh. Rumah ini, kau bisa menujukkan sesuatu yang buruk agar pemiliki lama rumah ini merasa tak enak pada keluargamu dan membiarkanmu untuk tetap tinggal. Ada yang rusaklah, kotorlah, atau ada yang.. yah pokoknya sesuatu yang tidak bagus. Kau bisa bilang kalau.. 'anda menjual rumah ini saja dalam keadaan buruk sekali. Kami belum punya uang. Uang kami habis untuk membenarkan tembok yang jebol ini,' misalnya," tutur Lucy coba mempraktekkan gaya marah-marah dalam drama televisi Muggle favoritnya.

"Kau harus bisa berakting, Rosie," tambah Dominique.

Rose melihat ke sekelilingnya. Para paman dan bibinya tampak bersiap untuk pulang. Benar saja, malam semakin larut. "Ta-tapi, rumah ini bagus sekali, Domie. Tidak ada yang rusak," kata Rose.

"Kalau begitu, rusak saja!" jawab Dominique mudah. Ia meraih jaketnya bersiap pulang.

"Dengan?"

"Ledakkan saja! Minta bantuan Hugo!" Lucy baru saja kembali dari ibunya yang memintanya bersiap untuk pulang.

Rose melihat adiknya, Hugo, masih bermain dengan Lily di depan laptop milik ibunya. "Kekuatan Hugo sudah diredam. Ia tak bisa melakukan ledakan seperti waktu itu. aku juga tak mau Hugo menghancurkan rumah ini seperti rumah lamaku. Bisa-bisa aku tak punya rumah lagi," kata Rose tak yakin dengan pilihan sepupunya itu.

"Anak di sampingnya?" tunjuk Lucy pada sosok kecil berkuncir dua di samping Hugo.

Rose menoleh kembali pada Lucy. "Lily?" dan rencana cerdas nan aneh pun muncul.    

TBC

----------------------------------------

Nah, loh! Mau diapain si Lily? Tunggu chapter terakhirnya, ya! Dan tunggu extra partnya :)

Thanks,

Anne

Home? (Romione - HP Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang