17. It's Over (1)

3.8K 523 53
                                    

Sejak kejadian hari itu, Jisung hilang entah kemana. Aku terus menghubunginya dan mengirim permintaan maaf padanya, tapi ia tak pernah mengangkat telfon ku atau sekedar membalas pesan ku, ini benar-benar membuatku gila.




"Makan dong, jangan diliatin aja. Nanti mencair lagi," ujar kak Jaehyun membuyarkan lamunanku.

"Iya kak," jawabku seraya memasukkan sesendok es krim ke mulutku.

"Jisung kemana? Kok nggak pernah kesini lagi?" tanya kak Jaehyun.

"Sibuk ㅡmungkin," jawabku tanpa menoleh.

"Sabar ya, emang susah punya pacar artis."

"Hm."





Tok tok tok







Suara ketukan pintu menginterupsi percakapanku dengan kak Jaehyun, dengan segera aku menuju pintu dan membukanya.


Betapa terkejutnya aku saat melihat sosok yang sangat kurindukan selama ini ㅡya, siapa lagi kalau bukan Jisung.


Tapi kali ini ada yang berbeda darinya, warna rambutnya menjadi gelap dan ia sama sekali tidak tersenyum padaku. Apa dia masih marah padaku?


Aku hanya menunduk tak berani menatap matanya, seketika tubuhku membeku dan otakku tak dapat berkerja dengan baik. Aku tidak tau harus berbuat apa, kecanggungan ini sudah melewati batasnya.




"Eh, baru diomongin, tau-tau udah dateng," ujar kak Jaehyun yang tiba-tiba datang.

"Aku mau ngajak Saejin keluar sebentar boleh kak?" tanya Jisung.

"Boleh lah, tapi jangan pulang terlalu malem ya," jawab kak Jaehyun.

"Oke kak. Kalo gitu, kita pamit dulu ya," ucap Jisung lalu menggandeng tanganku menuju sepedanya.



Tanpa basa-basi, ia langsung naik ke sepedanya sementara aku masih mematung di tempatku.



"Ngapain masih disana? Ayo naik," suruhnya datar.

Dengan ragu, aku pun naik ke sepedanya. Entah kenapa, tubuhku bergetar karena ketakutan, seperti baru bertemu dengannya untuk pertama kalinya.

Ia mulai mengayuh sepeda, lalu angin segar mulai menerbangkan rambut panjangku yang terurai bebas.


Aku memejamkan mata, mencoba untuk meyakinkan diri bahwa yang ada di dekatku saat ini adalah Jisung, bukan orang lain. Tiba-tiba sepedanya berhenti, saat aku membuka mata aku sudah berada di depan gedung kosong.


Ia menyuruhku turun lalu menggandeng tanganku masuk ke bangunan tersebut. Itu hanya gedung tua yang terbengkalai dan juga sepi, hanya ada kami disini.


Setelah menaiki puluhan anak tangga, akhirnya kami sampai di atap gedung. Ia mengajakku duduk di atas tumpukan kayu, melihat pemandangan langit yang berwarna kemerahan.

Aku tak tau darimana Jisung mengetahui tempat-tempat seperti ini, tapi tempat ini adalah spot yang sangat bagus untuk melihat sunset.




Aku tak tau darimana Jisung mengetahui tempat-tempat seperti ini, tapi tempat ini adalah spot yang sangat bagus untuk melihat sunset

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tender LoveWhere stories live. Discover now