2. Lamaran

5.4K 134 10
                                    

Pagi ini langit Bukittinggi terlihat cerah. Sinar matahari pagi mencari celah kedalam kamar Hanna melalui sela-sela jendela yang tak terbuka. Hanna masih enggan membuka jendelanya karena udara masih terasa dingin. Andai tidak ada yang istimewa dihari ini ingin rasanya Hanna kembali ke balik selimut tebalnya.

Letak geografis kota Bukittinggi diapit oleh dua gunung, Marapi dan Singgalang. Di kaki gunung Marapi inilah kampung halaman Hanna. Sebuah desa yang tanahnya sangat subur. Sebagian besar masyarakat di desa Hanna adalah petani.

Satu-satunya jalan raya didesa ini adalah akses masyarakat menuju pasar. Jalan raya ini yang konon adalah peninggalan Belanda juga merupakan jalur lintas Sumatera. Maka tak heran jika musim liburan sekolah tiba, atau saat hari raya, jalan ini sangat padat dan macet oleh kendaraan pemudik. Apalagi Bukittinggi memiliki banyak tempat wisata. Keindahan Bukittinggi menjadi daya tarik utama para wisatawan.

Ada banyak destinasi wisata yang menjadi primadona para wisatawan. Salah satunya adalah Jam Gadang. Berada di pusat kota, Jam Gadang menjadi objek wisata yang populer di Indonesia.

Di kiri dan kanan jalan terhampar sawah dan ladang penduduk yang tertata apik. Tanah yang subur membuat hasil panen masyarakat melimpah. Desa Hanna juga merupakan daerah sentra tani. Hasil panen mereka adalah berbagai jenis sayuran, cabai, tomat dan lain-lain, dikirim ke berbagai kota di Sumatera.

Tak hanya menyuguhkan keindahan alamnya, Bukittinggi juga terkenal dengan kulinernya yang beragam. Nasi Kapau, yaitu nasi putih yang disiram dengan beberapa macam kuah gulai khas Sumatera Barat ditambah dengan gurihnya daging ayam atau dendeng sapi dan sayuran yang dimasak dengan bumbu kari.

Aroma rempah yang khas tercium ketika memasuki warung nasi Kapau. Keunikannya adalah sendok bertangkai panjang yang digunakan sebagai 'sanduak gulai', yaitu alat untuk mengambil berbagai jenis kuah gulai yang akan disiramkan ke atas nasi.

Ada lagi ampiang dadiah. Ini semacam dessert khas Bukittinggi. Emping beras ketan putih dan dadiah, yaitu semacam yogurt berbahan dasar susu kerbau, disiram dengan gula merah, hmmm.. Rasa yang unik dan tak terlupakan memanjakan lidah.

Jika tidak ingin makan besar, pisang kapik bisa menjadi pilihan. Pisang kapik berbahan dasar pisang kepok, yang dibakar dan dijepit sampai gepeng, lalu ditaburi kelapa dan gula merah.

Tak ada habisnya jika membicarakan kampung halaman Hanna. Sungguh keelokan alam lukisan Tuhan yang Maha Sempurna.
.
.

Pagi ini Nurhayati, Mama Hanna, tidak pergi ke ladangnya. Demikian juga dengan Tuan Sati, Papa Hanna. Mereka tengah bersiap menyambut kedatangan calon besannya. Seluruh karib kerabat pun telah hadir. Hanna memakai gamis berwarna coklat muda dengan kerudung senada. Tidak ada riasan makeup. Hanya sedikit bedak tabur dan polesan lipstik merah muda. Sederhana namun manis sekali. Bibirnya tiada henti berzikir menenangkan gemuruh batinnya. Berbeda dengan Nurhayati dan Tuan Sati yang terlihat bahagia, Hanna galau tidak terkira. Beberapa kali Nurhayati terpaksa menjawabkan pertanyaan dan juga sapaan karib kerabat yang ditujukan pada Hanna.

Sebuah mobil MPV berwarna hitam memasuki halaman rumah Nurhayati. Semua karib kerabat berdiri berduyun-duyun kedepan pintu ingin menyaksikan calon suami Hanna. Rosma, Mak Tuo Hanna turun dari mobil. Diiringi oleh sepasang suami istri, dan seorang lelaki muda.

Rosma memperkenalkan mereka kepada keluarga besar Hanna. Lelaki itu bertubuh pendek dan sedikit tambun. Irwandi namanya. Ia lulusan salah satu universitas di Yogyakarta. Saat ini ia bekerja disebuah perusahaan besar di Riau. Sepasang suami istri itu adalah kedua orangtuanya. Tidak henti-hentinya Rosma memuji prestasi Irwandi. Nurhayati dan Tuan Sati memanggil Hanna. Hanna mendekat lalu duduk disamping Nurhayati.

Lelaki itu menatap Hanna tajam. Sungguh, Hanna tidak suka tatapan itu. Ingin rasanya ia berteriak dan melarikan diri dari kenyataan.

Setelah dirasa cukup berbasa basi sambil mencicipi aneka kue tradisional, pembicaraan mulai serius. Suasana yang awalnya penuh gelak tawa kini berubah hening. Suami istri itu menyampaikan niat mereka melamar Hanna sebagai menantu.

"Begini Uni, saya sudah mendengar banyak tentang Hanna dari kak Rosma. Kami sekeluarga bermaksud menyambung silaturahmi dengan keluarga disini jika Uni dan Mamak-Mamak Hanna berkenan."
.
.

Dalam adat istiadat di Minangkabau, pernikahan seorang gadis tidak hanya diputuskan oleh ayah dan ibu mereka saja. Tetapi juga mengikuti pilihan saudara lelaki ibu mereka atau disebut Mamak. Mamak bertanggungjawab atas kemenakan mereka. Keputusan-keputusan besar yang akan diambil dalam kehidupan seorang gadis juga tak lepas dari tanggungjawab Mamaknya.

Mak Itam, kakak Nurhayati mewakili sebagai juru bicara keluarga besar Hanna.

"Sebelumnya kami selaku Mamak dari kemenakan kami Hanna Syafira berterimakasih kepada ibu, bapak, dan.."

"Irwan, Pak." Sahut si lelaki.

"...dan nak Irwan, telah berkenan hadir di pondok sederhana kami. Adapun maksud dari kedatangan itu jauh-jauh hari sudah kami maklumi."

Mak Itam menarik nafas panjang. Beliau menatap Hanna.

"Hanna, sebelum kau pulang, kami semua telah lama berunding pasal dirimu. Namun tentu perundingan ini tidak akan diambil tanpa bertanya pada engkau. Bagaimana? Adakah yang ingin kau sampaikan?"

Hanna tertunduk. Jauh dilubuk hatinya ia ingin sekali berkata tidak. Tetapi ia tidak berdaya. Ia tidak ingin membuat malu keluarganya. Apalagi Mak Itam yang sangat ia kenal seperti apa keras pendiriannya. Hanna menggeleng.

"Alhamdulillaah.. sepertinya kita sudah mendapatkan jawabannya. Kami terima lamaran nak Irwan untuk putri kami, Hanna."

Suasana kembali mencair. Gelak tawa kembali terdengar. Hanna pamit kepada Nurhayati. Ia tidak ingin berada disana. Ia kembali ke kamar dan menungkupkan wajahnya di ranjang. Hanna merasa sendirian dan tak berdaya. Tangisnya pecah.
.
.

Diluar ruangan, Irwandi tersenyum penuh arti. Ia sangat bahagia. Hanna Syafira, gadis manis itu kini adalah calon istrinya. Hidangan di depan matanya kini terasa jauh lebih nikmat. Lapek bugih itu ia kunyah perlahan. Seolah itu adalah lapek terenak yang pernah ia makan. Rosma dan adiknya Nurhayati terlihat bercakap-cakap. Sesekali mereka tertawa saling melepas rindu.

Hanna terus saja menangis. Kerudungnya berantakan. Zakia, teman Hanna masuk ke kamarnya. Hanya Zakia yang mengerti perasaan Hanna saat itu. Hanna memeluk Zakia. Tak satu katapun keluar dari mulutnya. Tangisnya semakin menjadi. Tubuhnya menggigil-gigil.

"Hanna, kenapa sedih. Bersabarlah, Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untukmu."

Zakia menghapus air mata Hanna. Senyumnya menyejukkan hati Hanna. Ia mengangguk.

"Kau benar, Zakia.."

Hanna menuju kamar mandinya. Ia mengambil air wudhu. Waktu Zuhur telah masuk. Ia pasrahkan segalanya pada Allah. Air matanya kembali tumpah.

"Rabbi.. Engkau Maha Mengetahui apa yang tidak tampak bagi hamba," lirihnya.

DIJODOHKANWhere stories live. Discover now