• huit

951 173 19
                                    

[ 3 months and 2 weeks before summer break]

"Hei, kau, kenapa menangis?" Zayn Malik cepat-cepat melempar puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya kemudian berjongkok di sebelah gadis dengan kaca mata besar yang duduk bersila tanpa alas di rumput yang lembab.

Ah, ini dia si Peri Pengabul Permohonan, Amabelle Sanders, batin Zayn.

Gadis itu menoleh kearah Zayn dengan mata besar dan merah yang bengkak. Tapi sempat-sempatnya gadis itu berkata, "Aku tidak apa-apa."

Zayn mendecak pelan, "Kau seperti baru mengenalku saja, Amy." ucapnya kemudian mengambil tempat di sebelah Amabelle. "kau mungkin bisa berpura-pura untuk tidak mengenalku di High School. But what happen on middle school will stay the same forever." sambung Zayn kemudian menarik sekotak rokok keluar dari sakunya.

"Mau?" tawar Zayn, Amabelle menggeleng kecil. Zayn kemudian menyalakan rokoknya dan menghembuskan asapnya dengan ringan. "Kau tau tidak Amy, aku benar-benar berterimakasih atas apa yang kau lakukan waktu itu." kata Zayn tiba-tiba.

Amabelle mulai menghapus sisa air matanya di pipi dan memfokuskan pandanganya pada Zayn. "Yang mana?" tanya gadis itu pelan.

Dan seketika Amabelle ingat saat mereka masih di middle school dulu. Amabelle, Zayn, dan beberapa orang temanya bermain truth or dare. Saat itu Zayn yang takut dibilang pengecut oleh teman-temanya memilih dare. Namun dare yang Zayn dapatkan benar-benar di luar perkiraanya. Teman-teman Zayn menantangnya untuk bermain 7 Minutes in Heaven bersama Amabelle Sanders.

Amabelle dan Zayn hanya bisa berjalan pasrah saat di giring menuju lemari pakaian yang cukup besar untuk ukuran anak seumuran mereka.

Dan saat pintu lemari di kunci dari luar, Zayn hanya bisa menatap Amabelle ragu sebelum mendekatkan kepalanya pada Amabelle dan berbisik di telinga gadis itu sangat pelan. "Amy, boleh tidak aku meminta satu permintaan?"

Amabelle mengangguk tanpa mengeluarkan suara dan mengisyaratkan Zayn untuk melanjutkan. "Boleh tidak kau katakan pada mereka kalau aku menciummu? Soalnya.. kau tau.. aku masih belum siap untuk mencium seseorang." Ambelle menutup mulutnya menahan tawa. Saat itu Amabelle pikir Zayn Malik yang selalu bertingkah sebagai playboy kelas kakap sudah mencium banyak gadis. Tapi pada nyatanya, ia bahkan belum berani mencium satu orang pun.

Amabelle tersenyum maklum dan mengangguk. Zayn kemudian memberikan Amabelle sebuah pelukan hangat sebelum pintu lemari di buka. Dan keesokan paginya di sekolah, Amabelle memberitahu semua orang yang bertanya padanya tentang apa yang terjadi di lemari hari itu. Tentu saja dengan cerita romantis yang di karangnya sendiri. Dan bisa di tebak dengan mudah, bak artis popularitas Zayn melejit naik sejak saat itu.

"Itu bukan masalah besar." ucap Amabelle begitu ia tersadar dari lamunanya.

Zayn tertawa renyah, "Mungkin tidak buatmu tapi ia buatku. Bayangkan jika satu sekolah tau apa yang sebenarnya terjadi? Aku bisa jadi bahan tertawaan." terang Zayn.

Zayn kemudian meraih tangan Amabelle dan menggenggamnya erat, "Jadi Amy, biarkan aku menebus hutangku padamu? Let me be the one to fix you?" suara Zayn benar-benar lembut saat ia mengatakan hal itu. Zayn kemudian tersenyum manis saat samar-samar ia bisa melihat Amabelle Sanders mengangguk.

*

[2 weeks before the summer break]

Gelas di dalam genggaman Amabelle Sanders jatuh pecah berkeping begitu saja saat ia mendapati Zayn Malik yang notabene merupakan kekasihnya, make out dengan gadis lainya di sebuah pub yang tak jauh dari sekolah.

"Nona, kau tak apa?" ucap seorang pelayan yang terlihat kaget menatap Amabelle dan gelasnya yang berserakan.

Amabelle hanya bisa mengangguk lemah dan melempar pandangan penuh luka pada Zayn Malik yang baru saja sadar akan kehadiran Amabelle.

"Amy," Zayn buru-buru melepaskan diri dari pelukan gadis di hadapanya dan berjalan kearah Amabelle yang malah berlari menjauh. "Amy! Tunggu!" teriaknya sia-sia.

Udara di luar Pub benar-benar dingin dan Zayn merutuki dirinya sendiri kenapa tidak menyambar jaketnya sebelum keluar tadi. Ia kemudian berlari saat pandanganya menangkap sosok Amabelle yang kini bersandar di tembok sebuah bangunan sambil menangis hebat.

"Hey, Amy," ucapnya selembut mungkin sambil berusaha menggenggam tangan Amabelle. Namun gadis itu dengan tegas menepisnya. "Amy, dengar dulu penjelasanku." tambah Zayn yang mulai terdengar tidak sabar. Alkohol memang mempengaruhi pikiranya saat ini.

"Mau mendengar tentang apa? Tentang kamu yang sibuk bermesraan dengan gadis lain sementara aku sibuk mengerjakan tugas-tugasmu!" bentak Amabelle histeris. Air mata bercucuran di pipinya.

Zayn memutar mata, tidak menyangka gadis itu bisa sehisteris ini. "Tidak Amy, dengar dulu. Tadi itu Julia, dia yah.. hanya temanku." Zayn membuka mulutnya tapi ia tidak bisa menciptakan kebohongan yang akan membuat gadis ini mempercayainya. Jadi akhirnya dia hanya diam saja sambil bergerak gelisah.

"I.. I thought you were different." ucap Amabelle dengan suara serak. "aku pikir kau tidak seperti yang lainya." kali ini suara gadis itu naik satu oktaf. "tapi ternyata kau sama saja dengan pria sialan lainya! Aku benci kamu, Zayn!" teriak Amabelle sambil memukul lengan Zayn sekeras yang ia bisa.

Entah karena alkohol mengambil alih diri Zayn atau karena Zayn tidak suka di samakan dengan mantan-mantan gadis itu, Zayn meraih tangan Amabelle kasar dan menahanya. "Stop doing that!" teriak Zayn kasar, membuat Amabelle membeku di tempatnya.

"Jangan sekali-kali kamu menyamakanku dengan mantan-mantanmu yang bodoh itu, Amy!" Zayn menatap Amabelle yang diam tak berkutik kemudian tertawa sinis. "Oh, tapi mungkin kami semua memang sama. Kami semua sama-sama menginginkan sesuatu darimu dan bukanya dirimu!" sambung Zayn lagi dan kali ini Amabelle menganga kaget.

"Ma.. maksudmu?" tanya Amabelle dengan suara serak.

Zayn kembali mengeluarkan tawa yang membuat Amabelle merinding. "Kau pikir untuk apa selama ini semua orang mau pacaran denganmu, Amy?" Amabelle menutup mulutnya tak percaya dengan kedua telapak tangan. "mereka tidak menyayangimu, Amy. Mereka hanya ingin hal-hal yang kau punya." tambah Zayn dengan senyum miring.

"Kau harusnya bersyukur, setidaknya aku menyayangimu sedikit." Zayn kemudian mengangkat jari jempol dan telunjuknya kemudian membuat celah kecil di antarnya. "sedikit sekali, Amy." sambungnya kemudian tertawa lagi.

"You should have realize that you are just a wish-granting-factory for everyone." ucap Zayn kasar. "kau tidak lebih dari investasi bisnis bagi orang-orang yang tau siapa kau sebenarnya." sambung Zayn lagi tanpa memperdulikan Amabelle yang kini menatapnya dengan sorot mata penuh kebencian.

Amabelle kemudian menyadari satu hal. Mungkin semua yang di katakan Zayn memang benar, dan seketika sebersit perasaan aneh muncul di dada Amabelle . Perasaan yang membuatnya ingin melawan pria di hadapanya. Dengan sekuat tenaga ia menendang selangkangan Zayn Malik--yang tentunya langsung berteriak kesakitan-- dan berkata ketus, "Asshole."

Kemudian Amabelle berjalan pergi, tanpa menghiraukan Zayn yang meneriakkan berbagai sumpah serapah padanya.

A/N

hai ini tinggal satu chapter lagi sama epilog hueheh maaf ya kalau ternyata gak se-greget itu-_- soalnya aku mikirnya kayak gini huehe makasi ya yg udh nyempetin baca:3

elsa.

scavenger 囧 znlWhere stories live. Discover now