MLFD.37.PULANG

4.9K 354 5
                                    

Pagi hari selesai sarapan Dokter masuk ke ruangan dan mengabarkan bahwa pasien  sudah diperbolehkan pulang.
Gadis itu sungguh sangat senang. Dia merindukan flatnya. Kamar rumah sakit ini memang jauh lebih bagus dari kamar flatnya. Tapi semewah apapun rumah sakit tidak ada yang betah berlama-lama di sana.

Sebelum pulang dokter berpesan, "Nessa, hasil pemeriksaan kemarin menunjukan tidak ada luka yang serius. Hanya saja jangan memaksakan diri untuk berjalan." Nessa mengangguk mengerti. Ia tidak akan kemana-mana, hanya akan berdiam diri di flat. Untuk makan ia bisa memesan online. Satu kabar baik lagi adalah Fatih akan mengembalikan ponselnya.  Kebahagiaan terpancar di wajah manisnya.

Fatih melihat pancaran kebahagiaan dari Nessa. Ia senang melihat Nessa yang tersenyum bahagia. Ia menyentuh kening lalu menggeleng tersenyum. Senyum yang tidak  bisa diartikan.

Lagi-lagi Fatih yang mendorong kursi rodanya. Sepanjang koridor rumah sakit, banyak orang yang menyapa. Tidak sedikit wanita yang melirik ke arahnya meminta untuk berfoto.

Pangeran itu menanggapi dengan sikapnya yang ramah dan senyum yang hangat menambah daya tarik tersendiri.

Tidak tahukah kalian? Dibalik sikap ramahnya itu ada jiwa pemarah. Nessa mengerutkan bibir dibalik masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam sudah menunggu. Ali yang berada dibalik kemudi. Pintu bergeser terbuka.

Nessa mencoba bangkit dari kursi rodanya. Tidak disangka seseorang mengangkat tubuhnya dengan hati-hati. Jantungnya berdetak keras sekali menyadari Fatih yang melakukannya. Gadis itu menunduk malu sambil memejamkan mata. Perlakuan Fatih membuat hatinya tak karuan.

Lelaki yang mengenakan kaos panjang itu menurunkan Nessa dengan hati-hati. Kemudian duduk di kursi samping Nessa.

Gadis yang mengenakan gamis biru itu membuka mata pelan. Ia coba mengatur napasnya yang tidak beraturan.

Pintu tertutup, mobil melaju di jalanan kota. Uncle duduk disamping Ali, Amara duduk di bagian penumpang belakang.

Nessa melihat Fatih begitu serius dengan gawai ditangannya. Gadis itu memberanikan diri meminta ponselnya karena tidak ada tanda-tanda lelaki itu akan mengembalikan.

"Boleh aku meminta ponselku?" Nessa menengadahkan tangannya.

Fatih menyandarkan lengan, menghadap ke Nessa lalu berpikir sesaat, "untuk apa?" tanyanya tanpa rasa bersalah.

Nessa mengernyitkan dahi. Bukankah itu pertanyaan aneh?
"untuk apa?! keluargaku pasti akan menghubungi. Mereka akan khawatir kalau tidak ada balasan dariku." Jawaban paling masuk akal pikir Nessa.

"Tidak ada keluargamu yang menghubungi."

Nessa tersentak. Jadi, Fatih terus mengaktifkan gawainya. Keluarganya sedang di rumah Nenek di bandung, selama sepuluh hari. Bisa dipastikan keluarganya tidak akan menghubungi. Di antara bukit sinyal susah didapat. Kalau keadaan terdesak, mereka diharuskan pergi ke jalan besar yang jaraknya sangat jauh.

"Teman-temanku pasti menghubungi?"

"Tidak ada yang penting dari pesan temanmu."

"Tapi---." Nessa memilih tidak melanjutkan kata-katanya karena dilihatnya lelaki itu sudah fokus pada ponsel.

Nessa memalingkan wajah, mengalihkan pandangnya ke jalan. Ia terus menggerutu dalam hati. Gadis itu menyadari sesuatu, lalu menoleh pada Fatih. "Bagaimana dia bisa tahu key lock ponselku?!" Ia mendebas. Terlalu malas untuk menanyakan.

Gadis itu memandang keluar. Melihat gedung-gedung pencakar langit yang menakjubkan, jalanan yang tidak pernah sepi, turis-turis hilir mudik. Semuanya lebih nyaman untuk dipandang.

My Love from Dubai (END) ✔Where stories live. Discover now