8

388 87 2
                                    

🌻🌻🌻

Tak terasa hari berlalu begitu cepat.

Selama beberapa bulan terakhir, Yuna dan Seokmin makin sering menghabiskan waktu bersama. Baik di sekolah, perpustakaan, pelabuhan, atau tempat lain, kecuali di minimarket karena Nyonya Jeon telah melarang Seokmin untuk menemani Yuna.

Mereka menjadi makin mengenal satu sama lain.

Selain baik hati dan ramah, Seokmin juga ingin tahu akan banyak hal. Ia tak sungkan menanyakan apa yang ingin ia ketahui. Yuna sampai kewalahan dibuatnya.

Seokmin juga selalu polos. Ia selalu mengatakan apa yang muncul di pikirannya kala itu. Bagi Yuna, Seokmin bukan blak-blakan tetapi jujur dan apa adanya.

Meski begitu, Seokmin adalah orang yang ceroboh. Ia sering menumpahkan minuman ke buku Yuna. Ia sering menjatuhkan sepeda Yuna. Ia sering lupa membawa catatan Yuna. Ia sering tidak mengerti istilah asing.

Namun, Yuna tetap sabar. Baginya, bersama Seokmin membuatnya belajar mengendalikan emosi dan lebih dewasa dalam bersikap.

Seokmin sendiri menjadi lebih sering memotret Yuna. Ia memotret saat Yuna tidak melihat. Seokmin tahu Yuna tidak suka dipotret, bahkan oleh dirinya sendiri.

Seokmin juga suka membacakan puisi yang ia tulis baru-baru ini di depan Yuna. Yuna tak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar puisi Seokmin.

Salah satu yang paling ia ingat adalah puisi berjudul Choi Yuna.

Saat mataku pertama kali bertemu dengan manik cokelat itu

Aku jatuh cinta

Pada seorang yang bernama Choi Yuna

Salah satu hal yang Seokmin sangat suka lakukan adalah melihat Yuna yang ketiduran saat belajar di perpustakaan atau ketika mereka berbaring di padang rumput.

Seokmin tidak tega membangunkan Yuna. Ia lebih suka melihatnya terlelap dengan angin yang meniup rambutnya pelan. Yuna terlihat sangat damai. Walaupun Seokmin harus berakhir dimarahi Yuna karena tidak membangunkannya.

Semakin sering menghabiskan waktu bersama Seokmin membuat Yuna yakin ia tak bisa hidup tanpa laki-laki itu.

Ia sangat berarti.

🌻🌻🌻

"Hari ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ujar Seokmin.

"Kemana?" tanya Yuna.

"Rahasia," kata Seokmin, lalu menjulurkan lidahnya.

"Baiklah, aku akan menunggu di gerbang sekolah nanti."

Seokmin mengangguk sambil berjalan lurus menuju kelasnya, sementara Yuna berbelok dan masuk ke kelasnya.

Mata Yuna bertemu dengan Jungkook. Namun, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Sampai hari ini mereka masih belum berbicara.

Sebenarnya Yuna sangat ingin berbaikan namun Jungkook terlihat sangat baik-baik saja bersama Eunha. Jadi tak ada gunanya berbaikan dengan Jungkook.

"Selamat pagi."

Guru Son memasuki kelas dengan tumpukan buku tebal di tangannya.

"Selamat pagi, Guru Son."

"Pagi yang sangat indah, bagaimana kabar kalian?"

"Baik, Guru Son."

"Mari kita buka dan baca halaman 97 dari buku cetak Sejaraah"

Smile That Never FadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang