Chapter 10

1.8K 205 6
                                    

Seul-ie❤

Batal menginap. Maaf:(

Sebagai gantinya ku belikan liptint.

Hm. Aku mengerti.

Sampai jumpa besok.

Irene mengunci layar ponselnya dan memasukannya ke dalam saku. Saat ini, ia didalam mobil Suho dalam suasana hening. Suho berencana membawanya ke suatu tempat. Begitu yang Suho utarakan padanya tadi.

Kembali dalam pikirannya berkecamuk. Irene kehabisan cara untuk membuat Suho menyerah padanya. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Rasa bersalah semakin memenuhinya. Ia tak kuasa saat melihat raut kekecewaan Suho tadi.

Jujur saja, Irene juga merasa nyaman saat berada di dekat pemuda itu. Ia tidak memungkiri bahwa ia juga memiliki perasaan lebih pada Suho. Tapi ia belum siap untuk memulai sebuah hubungan. Ia terlalu pengecut untuk hal itu.

"Suho, mengapa kau tak menyerah saja?"

"Tidak ada alasan untuk itu."

"Kau tahu, aku belum siap untuk hal semacam itu."

"Apa yang kau khawatirkan? Jujurlah."

"Tersakiti. Ditinggalkan. Aku tidak mau merasakan itu... lagi."

"Aku tidak akan seperti itu. Apakah aku terkesan main-main padamu?"

"Entahlah. Aku bingung."

Mobil Suho sudah berhenti. Itu tandanya mereka sudah tiba di tempat tujuan. Irene beranjak keluar dari mobil.

Ternyata pantai yang mereka datangi waktu itu. Deburan ombak dan hembusan angin malam menyejukkan pikiran Irene. Ia merasa tenang.

Suho perlahan meraih jemari kanan Irene. Mengenggamnya.

"Sebenarnya apa yang membuatmu seperti ini?"

"Melihat eommamu bercumbu bersama selingkuhannya sedangkan appamu sekarat hingga meninggal. Apakah hal itu membuatmu percaya akan hal konyol semacam komitmen? Mereka menikah namun tidak ada cinta diantara mereka. Apalagi hanya sekedar berpacaran, hal seperti itu pasti terjadi."

"Irene, jangan berpaku hanya pada realita yang buruk. Lihatlah ada realita yang baik. Contohnya lihat ke arah sana!" Suho menunjuk ke sebelah barat.

"Kakek dan nenek itu saling mencintai hingga usia tua mereka. Lihat senyum tulus kakek itu dan betapa eratnya lengan nenek itu melingkar di lengan pasangannya." sambungnya.

Irene tersadar. Ia selama ini hanya melihat yang didepan matanya saja. Ia tidak tahu bahwa tidak semuanya seburuk yang ia pikirkan.

"Irene, tolong beri aku kesempatan. Aku mencintaimu."

Ini sungguh tidak sehat. Jantung Irene berpacu kencang.

"Kim Suho sialan!" batinnya menjerit. Ia rasa, ia goyah.

"B-baiklah. Akan kucoba."

"Benarkah? Aku tidak akan melakukan hal seburuk itu padamu. Pegang perkataanku." Suho menatap dalam mata Irene. Irenepun hanya bisa tersenyum.

immature ◆ sureneWo Geschichten leben. Entdecke jetzt