[Dua - Selesai]

51 3 0
                                    


Layar komputer di hadapanku menampilkan tab berisi private chat-ku dengan sipayungjamur. Lingkaran kecil yang ada di sebelah namanya berwarna kuning menandakan dia masih online. Namun entah, sepertinya dia sangat pendiam hari ini.

Ijo_lumut : hellowww.... enibadi hom...??

Kataku berusaha memancing kehadirannya.

Sipayungjamur : Aku sedih :-(

Ijo_lumut : heii... ada apa? Kucingmu mati ya?

Sipayungjamur : Aku alergi kucing. Tahu!

Ijo_lumut : Yaaa, aku gak tahu. Hihi. Kamu gak pernah cerita. Kok kamu sedih? Kenapa?

Sipayungjamur : Apa sebaiknya kita tidak usah chatting lagi ya?

Ijo_lumut : Lho? Kenapa? Bokek ya? Kehabisan duit untuk bayar ongkos warnet? Hihi.

Sipayungjamur : Iya sih. Hahaha.

Ijo_lumut : Ya udah, aku juga gak bisa bantu kalau soal itu. Hahahaha.

Sipayungjamur : Bukan.... entahlah... aku kuatir aku menyukaimu.

Ijo_lumut : Ya iyalah. Itu sudah jelas. Tidak mungkin kan kamu betah chatting sama aku setiap hari kalau kamu tidak suka.

Sipayungjamur : Dong ding dong. Kamu jangan pura2 bego dong.

Kali ini aku terdiam. Kurasakan sesuatu yang halus berdesir di rongga dadaku, perlahan desiran itu naik ke kerongkonganku membuatnya serasa tercekat, lalu naik lagi ke lidahku membuatnya terasa kelu. Aku tidak tahu apa yang harus kubilang, tapi aku juga tidak yakin apa yang ingin dia katakan.

Sipayungjamur : Tapi entahlah, aku selalu merasa kita seperti jamur dan lumut, yang hidup bersama tapi tidak mungkin bersatu. Tapi mungkin kamu versi lumut yang lebih sempurna daripada jamur. Sedikit berkebalikan dari kisah yang pernah kuceritakan padamu. Hidupku memiliki banyak kekurangan.

Ah, aku tidak suka kalau dia menjadi terlalu serius begini. Acara chatting ini jadinya terlalu awkwark. Aku terbiasa menikmati kekonyolannya. Batinku.

Ijo_lumut : sejak kapan kamu mulai berpikir soal kehidupan, kelebihan dan kekurangan. Hahaha. Apa gak salah? Itu terlampau dewasa buat kamu. Hihihi.

Kataku berusaha mencairkan suasana yang terlalu awkward ini.

Sipayungjamur : Bisakah... bisakah aku hidup bersamamu? Bukan hanya seperti saat ini? Hanya menebarkan spora yang saling bertaut dan mengait lewat lintasan saluran internet. Aku ingin membersamaimu lebih dari ini.

Aku tertegun. Meneguk ludah yang tiba-tiba muncul di rongga mulutku.

Sipayungjamur : Ah. Sudahlah. Itu hal yang tidak mungkin.

Lanjutnya cepat lalu offline.

Aku masih terdiam. Apa yang harus kulakukan? Persahabatan maya ini telah berubah. Dia telah menancapkan kata-kata di hatiku yang teramat sulit untuk kuhapuskan. Tiba-tiba perkataannya beberapa waktu lalu terngiang di benakku. "Tidak ada persahabatan sejati antara perempuan dan lelaki. Yang ada hanyalah cinta." Awalnya aku menolak hal itu. Namun rupanya kali ini, dia telah membuktikannya.

======

Sejak hari itu, akun sipayungjamur tidak pernah online lagi. Ini sudah satu bulan berlalu. Aku tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya dan apa yang sedang dipikirkannya. Bukankah terakhir dia bilang bahwa dia ingin membersamaiku, tapi kenapa yang dia lakukan justru sebaliknya? Ah, aku tidak mengerti bagaimana sebenarnya jalan pikiran lelaki kurang dewasa ini.

Satu bulan pertama aku masih setia menunggui akunnya yang tetap setia menampilkan bulatan berwarna abu-abu. Namun pada bulan berikutnya aku menemukan diriku terlalu lelah untuk menunggunya. Aku berhenti dan tidak pernah mengakses akun Yahoo! Messenger ku lagi

=======

Bulan berganti berganti tahun. Aku tidak pernah berhubungan dengan sipayungjamur itu lagi. Aku bahkan tidak tahu siapa nama aslinya. Namun yang membuatku heran, setiap hujan turun aku selalu mengingatnya. Setiap aku membuka payung, aku selalu mengingat ceritanya tentang payung yang seperti jamur di kala hujan. Bahkan gara-gara dia, aku sampai mencari lagu Tasya Kamila itu, lalu memasukkannya dalam playlist di MP3 Playerku.

Bukan perkara yang mudah mencari lagu yang kurang populer itu. Aku mencarinya di puluhan counter jasa suntik lagu. Aku bahkan heran pada diriku yang melakukan hal yang merepotkan semacam itu demi untuk mendengar lagu favoritnya.

Aku telah melewatkan banyak musim penghujan. Tahun-tahun belakangan ini dunia internet telah menjadi semakin canggih, Yahoo! Massenger sudah mulai sepi ditinggal orang. Banyak yang beralih pada media sosial yang baru, Friendster, My Space, Multiply, dan lainnya. Sepertinya Yahoo! Massenger akan menjadi tempat yang usang, jamuran dan lumutan saking jarangnya diakses.

Ah! Aku menepuk jidatku sendiri. Hari itu aku bergegas ke warnet langgananku. Menaiki angkot, lalu turun buru-buru sambil membuka payung untuk menerobos hujan. Si penjaga warnet sudah berganti. Kali ini orang yang berbeda, sehingga tidak menyapaku seperti penjaga yang sudah mengenalku sebagai salah satu pelanggan setianya beberapa tahun yang lalu.

Aku segera mengaktifkan komputer dan langsung login ke akun Yahoo! Massenger-ku.

Dan ternyata dugaanku benar. Ada puluhan chat yang belum kubuka dari akun sipayungjamur. Tanggalnya menunjukkan chat itu dikirim sekitar satu bulan yang lalu. Aku lalu membacanya satu per satu dengan dada yang bergetar.

Hari ini, sepertinya Yahoo! Massenger telah menjadi tempat yang historis dan sepi, sangat cocok untuk kehidupan jamur dan lumut, ya? Hehe. Atau mungkin kamu pun juga pergi. Hiks :-(

Percayalah, aku tidak pernah meninggalkanmu, aku juga tidak pernah melupakanmu. Aku bahkan mengingatmu hampir setiap hari.

Ada yang tidak pernah kuceritakan padamu, dan kupikir inilah saat yang tepat. Aku adalah seorang yang lumpuh... karena suatu penyakit, dan sebenarnya sedari kecil aku tidak pernah bisa menikmati hujan, apalagi menerobosnya dengan payung.

Entahlah, aku terlalu skeptis bahwa kamu akan menerima keadaanku yang seperti ini. Namun kali ini aku lebih baik.

Aku menjalani terapi selama bertahun-tahun. Itulah yang kulakukan selama aku menghilang. Kamulah yang membuatku termotivasi untuk menjalani terapi yang sangat melelahkan itu. Aku menjalaninya dengan penuh semangat karena perasaanku padamu. Aku ingin menampilkan diriku yang terbaik untukmu. Apakah perasaanku itu adalah cinta? Entahlah.

Jika kamu menerima keadaanku seperti ini, maka kuharap kita bisa bertemu. Jawablah pesan ini. Kumohon.

Aku ingin hidup kita tidak seperti jamur dan lumut yang tidak pernah bisa bersatu.

...................

Di sela-sela chatnya itu, dia melampirkan foto-foto dirinya saat menjalani terapi. Hingga fotonya saat ini yang telah lepas dari kursi roda. Meskipun masih menggunakan tongkat penyangga, namun dia bilang hal itu sudah jauh lebih baik untuknya.

Aku tertegun. Membaca semua chatnya dengan air mata yang meleleh, tak kuasa untuk kubendung. Aku membalas chatnya. Mengetik tuts keyboard komputer dengan tangan yang bergetar. Tak ada kalimat lain yang ingin kutulis, kecuali...

Ijo_lumut : Aku mencintaimu, aku menerimamu apa adanya.


====== Selesai =====

Payung Seperti JamurWhere stories live. Discover now