one

94.5K 2.3K 47
                                    

Ghina melangkahkan kakinya yang jenjang keluar dari ruangannya. Sekertarisnya yang cantik dan modis langsung berdiri dan berjalan kearahnya.

"Ghina, kau akan kemana?" tanya Jessy, sekertaris merangkap teman dekatnya Ghina.

"Lunch, wanna go with me?"

"Setengah jam lagi ada meeting, kau tidak ingin telat dalam rapat nanti kan?"

"Ku pastikan aku tidak telat," jawab Ghina sambil melirik jam yang melingkar ditangannya. "Aku hanya akan makan di cafe sebelah. Kau yakin tidak mau ikut?"

Jessy menghela nafas dan memasang tampang meminta maaf. "Bukannya aku menolak, tapi Ted akan datang mengantarkan makan siangku."

"Oh ya, oke. Senang sekali ya punya tunangan," ucap Ghina dengan bibir tersenyum, tapi dimatanya terlihat raut kesedihan.

Jessy paham betul temannya yang satu ini, satu-satunya wanita yang belum pernah pacaran sekalipun. Jessy sampai tidak percaya ketika Ghina menggeleng saat ditanyain sudah pernah pacaran atau belum.

Menurut Jessy, dari segi pandangnya sebagai wanita, Ghina bukanlah cewek yang tidak menarik. Tapi kharismatik Ghina hanya akan tampak jika seseorang itu mendalami sifatnya dan sudah dekat dengannya. Tentu saja kebanyakan pria lebih baik undur diri jika melihat Ghina yang tidak cantik, tidak suka dandan, tidak bisa mix-match busana. Untuk ukuran orang kaya sepertinya, Ghina sungguh terlihat kaku.

Jessy mencoba menghibur Ghina, ditepuknya pundak Ghina pelan. "Suatu hari nanti Ghin, suatu hari nanti."

Ghina mengangguk lalu permisi dan akhirnya berlenggang pergi dari kantornya.

Ghina bertubuh lumayan berisi dan tidak terlalu tinggi. Kacamata hitam selalu bertengger di batang hidungnya. Hidungnya mancung, kulitnya kuning langsat seperti wanita Indonesia umumnya.

Hanya satu kekurangan Ghina, wanita itu terlalu pintar. Dirinya tidak pernah bergeser sedikitpun dari peringkat atas di sekolahnya. Bahkan, dia juga merebut predikat terbaik di kampusnya selama tiga kali wisudanya, saat s1,s2, dan terakhir s3nya.

Ghina dulu bukanlah orang kaya, hidupnya biasa-biasa saja. Tapi karena prestasinya dalam belajar itulah yang membuatnya kaya raya seperti sekarang ini. Ghina berhasil merintis karirnya semula menjadi karyawan disebuah perusahaan kecil. Setelah dua tahun Ghina berhasil membuat perusahan kecil sendirian, hingga perusahaan itu besar dan akhirnya dia bisa mempekerjakan sejumlah karyawan yang cukup banyak. Bahkan dia bisa merasakan hasil kekayaannya ini saat dia masih berumur 27 tahun.

Memang itu umur terbilang muda untuk perintis perusahaan, tapi tidak bagi seorang wanita. Umur 27,seharusnya Ghina sudah memiliki suami bahkan dua orang anak. Tapi kenyataannya sekarang, punya pacar saja dia tidak. Ghina juga tidak punya mantan-mantan ataupun teman pria. Yang dia tau hanya rekan bisnis saja.

***

Ghina baru saja menyudahi mengecek semua berkas diatas mejanya. Diulurkannya tangan kedepan dan meregangkan otot-ototnya. Lelah.

Ghina melirik jam biru muda dimejanya. Ternyata jarum kecil itu sudah menunjukkan pukul 10. Hari sudah larut. Dan dia harus pulang ke apartemennya.

Ghina menutup laptopnya dan merapikan mejanya sekilas. Setelah itu Ghina melangkah keluar dari ruangannya.

Ya benar saja, ternyata hanya dia yang tinggal dikantor ini. Karyawannya sudah pulang dari tadi. Tentu saja mereka pasti ditunggu oleh keluarganya dirumah, suami, anak, atau pacar. Yang jelas, Ghina tidak ditunggu siapa-siapa di apartemennya. Sendiri, seorang diri.

all of meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang