Bab 16

2K 140 38
                                    

Untung itu semua hanya mimpi, mimpi yang benar-benar buruk. Aurel berpesan pada Kesya mulai sekarang dan seterusnya dia harus beribadah lagi, untuk membentengi kekuatan jahat yang akan mengganggunya. Tapi Kesya terlihat bingung untuk mengatakan 'iya atau tidak' dia memilih diam.

"Kamu belum sholat kan? Ayo sekarang sholat." suruh Aurel.

Kesya masih diam ditempat.

"Ayo Kesya. Kamu kenapa?."
"Aku gak bisa Mi." ucapnya.

Aurel tak mengerti maksud Kesya. Ia meminta penjelasan apa maksud dari perkataannya. Kesya pun mengatakan jika Sia tidak suka melihatnya sholat, Sia selalu marah jika ia melakukannya. Dugaan Aurel benar, dia adalah iblis yang akan menyesatkan anaknya. Dia pasti juga yang sudah membuat Ali ketakutan, yang selalu menerornya.

"Jangan dengarkan dia! Gak usah takut sama dia. Kalo dia teman yang baik, pasti dia gak akan marah kalo kamu sholat." Aurel mencoba menjelaskan.

Aurel terus memaksa Kesya, dan Kesya pun menuruti perintah Aurel. Mata Aurel mengawasi sekitar kamar Kesya, memastikan Kesya sholat dengan aman. Tak lupa Kesya mendoakan kakak tercintanya, supaya cepat pulang kerumah. Kesya menangis dalam doanya, ia tak ingin jauh dari orang yang ua sayangi. Cukup Ani saja yang meninggalkannya.

Pukul 19:35

Welda serta keluarganya mengunjungi rumah Rosalia. Rasa rindu pada putranya membuat Welda ingin menemuinya. Tak membutuhkan waktu lama untuk tiba dirumah Rosalia. Setibanya disana, Rosalia mempersilahkan mereka masuk. Mereka berbincang-bincang sejenak, ya sekedar untuk berbasa-basi dengan teman lama yang lama tak bertemu.

Kesibukan membuat mereka lupa akan rasa rindu. Welda terlihat bahagia berbincang dengan Gandhi, mereka dulunya adalah teman satu kelas, tepatnya waktu SMA. Welda meminta Rosalia mempertemukannya dengan Ali. Mereka mengikuti Rosalia melangkah. Tibalah disebuah kamar, Ali sedang duduk malamun diatas kasur, menatap langit-langit.

"Apa kamu yakin dia baik-baik saja?." tanya Welda memastikan.
"Dia baik-baik saja." balas Rosalia yakin.

Mereka masuk menemui Ali. Duduk ditepi kasur. Kesya sangat senang bisa melihat kakaknya lagi. Kesya menyapa Ali, tapi tidak ada respon. Ali seperti orang amnesia, tak ingat pada Welda serta keluarganya yang lain.

"Ros? Kenapa dia melihat kita seperti orang asing?." tanya Welda.
"Semua ini butuh proses panjang, Wel. Dia akan ingat dengan kalian, tapi kalian harus sabar." jelas Rosalia.

Welda mengangguk paham.

"Hei Ali. Kami keluargamu. Ingat?." Welda memancing.

Ali menatapnya dengan pandangan penuh tanya. Benar-benar bukan Ali yang mereka kenal dulu. Kini dia sudah berubah, bahkan Ali yang biasanya memberi senyuman pada Aurel kini tak terlihat sama sekali. Dia bahkan tak mengucap kata 'Mami atau Papi' betapa hancur hati Aurel dilupakan oleh anaknya sendiri.

Aurel memberikan makan malam yang ia bawa dari rumah. Mungkin saja dia akan ingat dengan masakannya. Ali melahap makanannya tanpa berkomentar. Sepertinya sia-sia saja berharap dia akan ingat. Rosalia menepuk-nepuk bahu Aurel, menyuruhnya bersabar.

Aurel bangkit dari duduknya. "Ros, aku mau bicara denganmu. Hanya berdua."

Merekapun turun kebawah dan duduk diruang tamu. Aurel menceritakan mimpinya tadi siang, berharap Rosalia punya jalan keluarnya. Rosalia menelaah cerita Aurel. Untuk sementara, Aurel dan keluarganya harus rajin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Kenapa sementara? Karna dirinya juga tidak yakin 100% cara itu mampu melindungi Aurel dan keluarganya setiap saat.

Kekuatan makhluk itu sangat kuat, Rosalia akan berkunjung ke rumahnya besok. Apapun yang akan dilakukan Rosalia ia percaya Rosalia punya jalan keluar sendiri.

Malam semakin larut, Welda dan keluarganya pamit pulang. Kesya sudah lelah hingga tertidur dalam dekapan Aurel. Setibanya dirumah, ketika membuka pintu, pemandangan yang sangat buruk mereka saksikan. Seisi rumah sangat berantakan, seperti kapal pecah. Welda dengan amarah yang menyulut mengutuk siapa saja yang tadi membuat ulah dirumahnya.

"Siapa yang berani mengobrak-abrik rumahku?!!." tanya Welda mengepal tangannya.

Siapa yang tidak shock melihat rumah yang tadinya rapi saat mereka tinggal, kini tiba-tiba semua barang berserakan dilantai saat mereka kembali. Welda menduga ada maling yang masuk, dengan membawa pemukul baseball dia mencari maling itu. Setiap ruang ia jelajahi, oke dilantai bawah tidak ada. Lalu dilantai atas pasti ada, pikirnya.

Welda mengendap-endap ke lantai atas, menyuruh Aurel dan Kesya tetap dibawah. Jika terjadi sesuatu segera telpon polisi. Aurel memeluk erat Kesya, tapi anehnya pintu dan semua jendela masih terkunci rapat, tak ada yang rusak/ bekas dicongkel. Semua masih sama. Welda tak menemukan apapun diatas, Welda menggeram kesal. Vas bunga, guci, lampu hias semua pecah berkeping-keping. Welda rugi banyak atas kerusakan dirumahnya. Aurel segera menidurkan Kesya dikamar, Kesya masih setengah sadar.

Setelah Kesya terlelap, Aurel masuk kamarnya. Melihat Welda masih marah gara-gara kejadian tadi, Aurel mengajaknya mengaji agar suasana hatinya tenang. Setelah mengambil air wudhu, Aurel mengenakan mukena dan Welda mengenakan peci dan sarung. Mereka melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan lancar dan khusyuk, dengan duduk dilantai.

Suara berisik diluar kamar terdengar jelas, jeritan disertai rontaan samar-samar membuat jantung keduanya berdeguk kencang, mereka mengabaikannya dan terus membaca Al-Quran. Mereka yakin, mereka aman didalam dan dilindungi oleh Allah.

Belum selesai membaca, seseorang menggedor pintu kamar. Membuat keduanya semakin keras melantunkannya. Gedoran itu makin keras.

"Mamiiiiii. Papiiiiiii. Buka pintunya." seru suara itu.

Aurel membuka pintunya, ternyata ia salah sangka, itu bukan makhluk jahat itu tapi anak gadisnya. Aurel mengajak Kesya masuk kamar.

"Kok kamu bangun lagi?."

Kesya mengucek matanya.

"Aku gak bisa tidur, dia kesakitan Mi." kata Kesya.
"Dia siapa?." tanya Aurel.
"Si--."

Aurel menutup mulut Kesya dengan tangannya.

"Sudah. Jangan dilanjutkan." cegah Aurel.

Welda menyuruh Kesya menghampirinya.

"Iya Pi." Kesya duduk melantai disamping Welda.
"Ayo kita baca Al-Quran sama-sama. Udah lama Papi gak liat kamu baca Al-Quran." ajak Welda.
"Tapi..."

Welda menatap wajah Kesya yang terlihat sedih.

"Tapi apa?."

Kesya diam.

Aurel menghampiri Kesya dan membelai rambutnya. "Ayo sayang. Kamu mau kan mendoakan kak Ali?."

Kesya mengangguk.

Aurel menuntun Kesya mengambil air wudhu lalu memakaikan mukena pada Kesya. Untung mukena Kesya ada beberapa di kamarnya, jadi ia tak perlu kekamar Kesya. Karna jujur ia takut keluar kamar setelah mendengar suara itu. Mereka bertiga melanjutkan membaca Al-Quran. Namun, suara itu muncul lagi, sepertinya setan itu murka. Semakin keras suaranya, membuat bulu kuduk Aurel berdiri. Aurel menyuruh Kesya untuk mengabaikan jeritan serta rontaan itu.

~0~0~0~

Tbc :))

Gk kerasa udh dapet segini ceritanya😂😂

Masih smngt puasanya kan?

Jangan lupa kasih vomment ya guys😋😊

AnastasiaWhere stories live. Discover now