Part Two

11.3K 1K 46
                                    

"Vaye! Untung saja saat itu Tuan Tritas sedang terburu-buru sehingga tidak ada waktu untuk mengurusi anak nakal sepertimu. Ya Tuhan Vaye.... Sudah berapa kali kubilang untuk tidak menendang pergi para hidung belang itu? Kau bisa melapor pada penjaga bar jika mereka berani macam-macam. Sekarang lihatlah hasil perbuatanmu, Tuan Tritas kini bisa datang kapanpun untuk menghancurkan bar kita karena kesombonganmu"

Kuping Vaye terasa panas mendengar omelan Jay yang tidak ada habisnya. Pemuda berusia delapan belas tahun itu lebih memilih diam mendengarkan daripada kupingnya ditarik lepas oleh orang yang telah dengan baik mau menampungnya selama ini.

"Lagipula sudah beberapa kali kukatakan, kau tidak pantas bekerja ditempatku malam-malam begitu. Kau ini-"

"Aku Beta, Kak Jay. Berapa kali aku harus mengatakannya sih? Dan lagi, aku ini Beta yang kuat, jika mereka tidak mencari masalah dari pertama denganku di tempat pertama pun aku tidak akan memukul pergi mereka" bantah Vaye tidak terima. Lagi-lagi tarikan kupinglah yang didapat Vaye ketika ia berani memotong perkataan Jay, cukup keras sampai kupingnya yang biasa bewarna susu kini berubah menjadi merah terang.

"Aku tidak ingin mendengar bantahanmu lagi! Sekarang pergilah berbelanja dan ingat, jangan pukul siapapun lagi kecuali kau terpaksa" peringat Jay sambil menyerahkan kartu debitnya untuk Vaye gunakan. Tentu saja mereka tinggal serumah, dan merupakan tugas Vaye lah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari mereka menggunakan uang Jay.

Vaye keluar dari bar tersebut dengan menggunakan jaket hoodie tanpa lengan menampakan tangannya yang seputih susu dengan balutan otot tipis yang membuatnya tampak ramping. Kakinya ditutupi celana pendek, menampakan kaki jenjang putih yang mempesona.

Rambutnya yang sebatas leher diikat atas agar tampak segar, menampakan tindik di kuping kirinya yang berupa anting hitam polos berjejer dua.

Dirinya dengan santai dan sedikit malas mengambil barang-barang yang ditulis Jay dalam selembar kertas begitu dia tiba di supermarket yang menjadi tujuannya. Semua telah ada dalam trolinya, tinggal menuju makanan yang begitu ia suka saja sekarang.

Coklat. Vaye sangat suka coklat dan ia tahu disini sedang ada coklat limited edition yang Vaye incar sedari kemarin.

Matanya berbinar terang melihat coklat yang begitu ia nantikan kini ada didepan matanya. Dia hendak menjangkau coklat tersebut, sebelum suara rendah menghancurkan semua mimpinya.

"Aku beli semua coklat ini"

Mata Vaye mendelik kesal pada lelaki berwajah sombong yang kini tengah membayar pada kasir tanpa tahu tatapan mematikan yang dikeluarkan Vaye. Demi Tuhan coklat itu adalah coklat limited edition, dan lelaki itu membeli semuanya?

Tidak pernahkah dalam kamusnya tersemat kata berbagi?

Coklat itu telah habis dibeberapa swalayan di lingkungan Vaye. Pemuda itu tidak sengaja berbelanja jauh-jauh hanya untuk melihat incarannya dibeli habis oleh pria berwajah sombong yang bahkan tidak sadar akan keberadaannya sama sekali.

"Maaf Tuan, tapi coklat itu adalah coklat limited edition dan bukan hanya Tuan saja yang ingin memakannya. Bisakah Tuan hanya membeli beberapa dan sisakan beberapa untuk kami yang ingin membeli? Saya yakin orang seperti Tuan pun tidak akan sanggup memakan semua coklat ini sekaligus" sarkas Vaye kesal. Pria tersebut melirik sekilas Vaye, melepaskan kacamata yang menutupi mata biru terangnya lalu memandang tajam kearah Vaye.

"Sebuah kebetulan aku bertemu lagi denganmu disini. Sekarang ikut aku untuk mempertanggung jawabkan perbuatanmu!" sungut pria yang ternyata Lussac itu kesal.

"Bayarkan belanjaannya dan bawa mereka ke mobilku" sambung Lussac pada supir yang ikut masuk ke dalam swalayan untuk membawakan belanjaan Lussac. Pria berumur itu mengangguk patuh, membayar lalu berjalan dibelakang Lussac yang menarik tangan Vaye kesal.

[END] I Know You're An Omega!! (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang