》WHO'S THAT

60 10 1
                                    

Sibuk. Mungkin satu kata ini yang paling tepat untuk menggambarkan keadaan Rumah Sakit yang sudah menjadi naungan karir seorang wanita berparas cantik itu.

Bisa dilihat dari orang-orang yang  berlalu lalang disana.
Sepertinya waktu memang sedang tidak berbaik hati kepada mereka para pegawai untuk diberi istirahat barang satu menit.

"Astaga! Akhirnya semua kesibukan ini selesai!" Hyerin merentangkan kedua tangannya. Ia masih berada di ruang instalasi Farmasinya bersama beberapa pegawai lainnya.

"Bersyukurlah karena kau besok tidak ada shift pagi. Sialnya aku harus bangun pagi untuk kembali keruangan ini" terlihat seorang wanita bersurai pendek yang menghampiri Hyerin dari sisi belakang.

"Kalau begitu aku hanya bisa memberimu dukungan semangat dari rumah" Hyerin sedikit tertawa geli melihat ekspresi rekan kerjanya itu.

"Semangatlah Apoteker Min, aku tahu kau yang terbaik" kedua jempolnya mengacung kepada orang yang disebut.

"Terimakasih. Apa kau akan langsung pulang?"Tanya wanita bermarga Min itu.

"Em.. ya!, aku harus segera pulang. Ayahku pasti sudah menunggu"

"Kalau begitu hati-hatilah dijalan"

Hyerin berjalan keluar dari Rumah sakit. Ia berhenti sejenak di halaman rumah sakit itu dan menghirup udara malam yang terasa membekukan rongga hidungnya.
Helaan nafas terdengar jelas keluar dari bibir mungilnya.

"Apa Ayah sudah makan? Apa aku harus membelikannya sesuatu?" Ucapnya lirih menyuarakan pikirannya.

Hyerin kembali melangkahkan kakinya menuju halte. Ia memang menaiki bus.
Hyerin tidak pernah mengendarai transportasi beroda empat yang bernama mobil lagi. Terkadang ia menggunakan jasa taxi jika ada keperluan mendadak atau hal yang membuatnya harus menggunakan jasa itu. Selebihnya, ia selalu naik bus kemanapun ia pergi.

Alasannya? Hyerin bukanlah seperti Hyerin yang dulu. Yang berlimpah harta dan kemewahan. Hyerin sekarang adalah Hyerin yang hidup dalam medan kecukupan, bahkan jika ditelisik lebih dalam lagi, mungkin keluarganya hampir mendekati kekurangan.

Ayahnya sudah lama mengidap penyakit jantung sejak sekitar ia lulus Senior High. Dan itulah yang membuat perusahaan Ayahnya gulung tikar untuk berobat yang membutuhkan dana besar, dan itu tidak hanya sekali, hingga keluarganya menjadi seperti sekarang. Beruntung ia masih bisa melanjutkan pendidikan dengan bantuan yang ia terima dari beasiswa. Mungkin memang benar adanya, jika karma itu ada. Terkadang ia memikirkan masa lalunya bersama Irene yang membuatnya merasa bodoh akan keputusannya dulu.

Hyerin orang yang cukup cerdas, menjadikannya sebagai wanita dengan kesibukannya sebagai seorang Apoteker.

Meski upah yang ia dapat selama menjadi Apoteker di rumah sakit terbilang cukup besar, tentu saja itu tidak cukup bagi Hyerin.

"Aku pulang!" Hyerin mengganti sepatunya dengan sandal rumahannya. Tangannya menenteng paper bag berisi makanan yang sebelumnya ia beli di perjalanan pulang.

"Haerim-ah, dimana Ayah?" Ucap Hyerin pada adiknya yang tengah mengerjakan tugas sekolahnya di ruang tamu mereka.

Rumah mereka memang minimalis. Terlihat dari dapur, meja makan dan ruang tamu yang menjadi satu.

Hyerin meletakkan paper bag yang ia bawa di meja dapur mereka dan melangkah menuju adiknya yang belum bersuara.

"Ayah sedang tidur" Tak mengalihkan pandangannya, Haerim tetap sibuk pada buku-buku didepannya.

"Apa dia sudah makan sebelum tidur?" Tanya Hyerin mendudukan dirinya di sebuah sofa tunggal.

"Tidak tahu" Hyerin menghembuskan nafasnya kasar, ia tahu betul sifat adiknya itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ROUND 》Theres a time round ♥chanrene♥Where stories live. Discover now