Sederhana

11.8K 1.4K 170
                                    


Silakan dipahami maksud cerita ini~~

×disarankan dengan bgm Hug Me - Jung Joonil× (lagu tertera di atas, silakan diplay)

Happy reading~

.
.

Kegiatan makan kami tidak ada yang berbeda. Makan bersama, dengan beberapa cuap-cuap para hyung. Di mana Jin hyung akan melontarkan dad jokesnya, Yoongi hyung yang akan membalas dengan tawa kecil; seperti meledek, Jimin hyung yang akan tertawa terbahak-bahak sambil menepuk-nepuk paha Jin hyung.

Begitu pun dengan Hoseok hyung yang bertingkah konyol, dan Namjoon hyung yang malah membahas beberapa soal kami; para anggota grup.

Taehyungie hyung...

Dia duduk di sebelahku, tak bersuara apa pun selain tertawa menanggapi celotehan para anggota. Aku menyadari lirikan matanya beberapa kali.

Aku tahu Namjoon hyung menyadarinya. Tapi ia lebih memilih untuk mengawasi kami secara diam, tanpa membiarkan hyung lain tahu.

Mungkin setelah selesai makan, aku harus permisi lebih dulu dengan alasan lelah, ingin istirahat?

Dua jari itu meraih tanganku.

"Mau lanjut dibicarakan?" tanya Taehyungie hyung berbisik padaku.

Tapi aku menyingkir dari jarinya. Membalasnya dengan senyum singkat. "Aku ingin istirahat, mungkin tidak sekarang," jawabku.

Aku dapat mendengar helaan napas gusarnya. Ya, dia berhak marah dengan sifat kekanakanku; di mana aku lebih suka lari dan tidak mau menyampaikannya, lebih senang memendamnya sendiri.

Seperti menangis di tengah malam, tanpa satu hyung pun menyadari. Melihat mereka tertidur dengan wajah damai, membuatku berkali-kali menangis bahagia mengetahui para hyung lainnya bahagia.

Aku menyukai hal-hal sederhana.

Berpamitan dengan para hyung untuk meninggalkan meja makan.

Jungkook pov end

Kakinya melangkah hati-hati menuju kamarnya---yang juga merupakan kamar Taehyung.

Menanggalkan pakaiannya satu persatu dan menggantinya dengan pakaian santai.

Ia malas memakai piyamanya, dikarenakan ukuran piyama miliknya yang rata-rata kebesaran.

Merebahkan tubuhnya di kasur, menarik selimut sampai sedada. Mungkin ia istirahat secara fisik tetapi tidak dengan pikirannya yang terus berputar, dengan permasalahan yang sama, tanpa petunjuk atau pun kunci jawaban.

Ia butuh keluar dari satu titik itu, lelah. Memejamkan mata pun terasa tak ada gunanya. Bahkan saat semua gelap, pikiran itu semakin mencecarnya.

"Hyungie.. apa kita akan terus berada di titik ini?"

Sunyi, tak ada jawaban. Ya tentu saja.

Bergerak-gerak tak menemukan posisi yang nyaman. Ia butuh pelukan, sandaran, dan usapan.

Entah apa jadinya dia tanpa Taehyungnya.

Pintu terbuka pelan. Menampakkan seseorang yang sejak tadi berlari di pikiran Jungkook. Menatap punggung itu kembali, ia tahu Jungkooknya memang belum ingin melihatnya dan masih menghindarinya.

Mungkin akan terus seperti itu sampai ia memperbaiki jawabannya---atau lebih tepat, menemukan jawabannya.

Setelah mengganti pakaiannya, pemuda dengan penyandang marga Kim itu pun melangkah menuju kasur. Duduk hati-hati di atasnya, agar tidak menimbulkan gerakan yang mungkin akan membangunkan sang kekasih---yang ia pikir sudah tidur.

Badannya menghadap punggung itu. Sedikit menghapus jarak, hanya untuk mengusap kecil kepalanya.

Kala jari-jari itu bernari di kepalanya, air matanya tak tertahankan. Sentuhan yang begitu hangat, terlalu hangat sampai menyentuh hatinya yang rapuh.

Terisak kecil, tak ingin didengar. Padahal bahunya pun sudah bergetar.

Tangan itu kini beralih pada pinggangnya. Beribu sial, pelukan yang benar-benar memabukan. Bahkan dagu yang seperti dipahat itu sudah menumpu di bahunya.

Tapi ia tak bersuara, hanya terdengar helaan napas yang berulang-ulang.

Padahal, Jungkook sangat ingin mendengarkan suara berat itu---yang selalu mengisi kehampaannya.

Isakannya semakin kencang. Sekarang ia hanya ingin menangis. Terasa begitu lega. Tak bisa dijelaskan bagaimana perasaannya kini. Yang jelas, air matanya sudah menjadi gambaran, betapa sulitnya masa yang sedang ia jalani.

"Menangislah," ujar Taehyung.

Satu kata yang berhasil membuat air mata Jungkook semakin deras, membiarkan pagar pertahanannya runtuh.

Tangannya ikut menggenggam jemari Taehyung di perutnya.

Detik-detik terus berjalan. Sudah terlalu nyaman dengan posisi seperti ini, isakannya pun perlahan mengecil. Menyisakan bekas air matanya yang mulai mengering.

"Hyung," suara serak dan bergetar. Jungkook pun menetralkannya dengan berdehem.

"Hm?"

Diam sebentar, apa ia harus bertanya hal bodoh semacam ini?

"Katakan," ucap Taehyung singkat.

"Apa suatu saat.. ah tidak. Lupakan saja." Berusaha melepaskan pelukan di pinggangnya.

"Jungkook." Tapi tetap menuruti kemauan lelaki manis itu, kembali membuat jarak membiarkan kekasihnya memiliki ruang sendiri.

Tak ada sahutan.

Baiklah, mungkin Jungkook butuh istirahat.

"Aku mencintaimu," ujarnya. Kebiasaan sederhana yang tak pernah ia lupakan. Setidaknya, mereka masih bisa menyampaikan perasaan cinta itu satu sama lain.

Lagi-lagi, dengan hal sederhana, Jungkook tersenyum.

10 menit berlalu.

Keduanya sama-sama belum bisa memejamkan mata. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Dengan Jungkook yang masih enggan membalikkan badan hanya untuk berpapas wajah dengan Taehyung yang menghadap punggungnya dengan sedikit jarak.

"Hyung, apa suatu saat hubungan kita akan berakhir?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya, lagi. Pertanyaan bodoh kedua yang masih berkaitan dengan pertanyaan kemarin malam.

Kekehan adalah reaksi utama Taehyung mendengar pertanyaan itu. "Entahlah. Kalau nantinya kau yang meminta, aku akan memberi. Ikhlas tidak ikhlas."

Lagi-lagi Jungkook tersenyum lirih. Untuk kedua kalinya, bukan jawaban Taehyung yang seperti itu yang ingin ia dengar.

"Kalau publik tau soal hubungan kita, mereka pasti menentang bukan, hyung? Bagaimana kalau seiring waktu memang semua memaksa kita untuk mengakhiri ini, tanpa aku yang meminta? Apa kau akan mengganti jawabanmu?"

Entah apa yang harus ia katakan. Taehyung sendiri pun bingung.

"Keadaan. Sesuai keadaan. Apa pun itu ke depannya, tidak bisakah kita jalani dulu yang sekarang ini?"

Jungkook menyela, "Apa pada akhirnya kita akan menikahi gadis lain, dan menjadikan 2 tahun ini sebagai kenangan saja?" ia kembali menangis. Sungguh pertanyaan yang ia lontarkan barusan begitu berat untuknya.

Karena cintanya terlalu besar, tak rela apabila jalan cerita berganti seiring waktu.

.
.

To be continue?

Dilanjut atau selesai di sini aja ya sesi curhatku?
Sudah kutegaskan ini cerita singkat dan tidak jelas..
Silakan dimengerti maksud ceritanya,
Kalo tidak mengerti ya sudah,
Jangan diambil pusing:'3

Maafkan tulisanku yang mungkin membingungkan/?
Kusudah berusaha.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang