[05 : Grey Eyes That Can See]

309 60 16
                                    

"Kau tidak bisa menyalahkan takdir atas semua yang terjadi padamu, aku, kita dan semua nya. Jika kita tidak bisa di pertemukan kembali, maka kau harus menerimanya. Kau harus percaya padaku. Tolong jangan mengambil pilihan yang salah. Kumohon jangan terus menyalahkan dirimu dan berhenti mencariku. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu"

Ia menggenggam tangan pasangannya, sang demon yang menjadi tempat lelaki manis ini berlabuh lalu tersenyum sangat manis. Sorot matanya mengatakan seolah semuanya akan baik-baik saja. Bahkan dapat dilihat oleh seorang dihadapannya bahwa tidak ada beban sama sekali di sorot matanya. Sangat ringan dan sang demon ikut bahagia akan itu hingga tak sadar air mata nya yang menupuk mulai terjatuh satu persatu dari mata tajamnya itu.

"Jangan menangisi semuanya..."

Jari-jari manis itu membasuh lembut butir air mata yang keluar dari orang yang sangat dicintainya itu. Jangan lupakan senyuman yang sangat teduh terus terukir di bibirnya.

"...bahkan jika aku hilang dari pandanganmu, aku akan selalu di sini..." ia menunjuk dada bidang orang itu.

"...jangan mempertaruhkan semuanya hanya untukku... kumohon...Daniel" ia perlahan menghilang dari hadapan Daniel masih dengan wajah tanpa bebannya serta elusan lembut di wajah nya yang terasa begitu menyerukan ketenangan.

Ti-tidak! Kumohon padamu, jangan seperti ini Daniel mengeratkan pegangannya pada jari-jari yang menyentuh wajahnya itu,

Kau yang seharusnya tidak seperti ini, Niel. I know you better and please be happy. Also find your happiness. Dont be sad lelaki manis ini menyucapkan kata terakhirnya sangat lirih sebelum benar-benar menghilang, menciptakan rasa sakit dalam hati sang demon yang masih belum menerima kenyataan pahit ini. Menerima takdir memang sesuatu yang sulit apalagi itu menyakitkan, namun tetap siap atau tidaknya kita, terima atau tidaknya kita, takdirlah yang menentukan semuanya. Dan bagi demon ini semua terlalu cepat baginya untuk menerima.

Tidak! Tidak!

"TIDAKKKK!!" Daniel terbangun dengan napas yang memburu seolah ia berlari puluhan kilometer jauhnya dengan sangat kencang tanpa hentinya.

"Tidak! Hosh.. Hosh.. hiks.."

Brak

"Daniel! Apa yang terjadi?" teriak panik Daehwi menyadarkan sang demon.

Daniel memfokuskan arah matanya pada orang di depannya. Tanpa sadar tangannya menarik tubuh yang lebih mungil itu, ia peluk tubuh itu dengan sangat erat. Matanya yang semula tajam menjadi lemah dan butir-butir air mata terus berjatuhan. Daehwi yang awalnya terkejut kembali menetralkan rasa terkejutnya mengingat suasana hati Daniel yang tidak bisa dikatakan baik.

"Tenanglah.. ada apa denganmu?" Daehwi mengelus lembut belakang punggung Daniel, berusaha memberi ketenangan bagi demon tersebut. Dapat diyakinkan bahwa Daniel baru saja bermimpi buruk. Mungkin sangat buruk sampai demon itu ketakutan seperti ini. beberapa menit, tak ada jawaban dari sang demon yang sepertinya enggan untuk berbicara. Bahkan Daehwi membiarkan kepala Daniel bersandar di bahu kecilnya, ia juga merasa pelukan ini semakin erat hampir membuatnya merasa sesak, walau tidak terlalu.

"Semuanya akan baik-baik saja, jangan menangisinya. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja, Daniel"

Daniel adalah seorang demon, dia tidak pernah merasa selemah ini, kecuali jika menyangkut orang yang dicintainya. Tangisan Daniel semakin melirih setelah apa yang half-angel itu katakan. Juga pelukan Daniel seperti benar-benar membutuhkan Daehwi hingga rasanya tak ingin melepaskan orang yang berada di dekapannya.

Lain sisi, Daehwi juga tengah dalam kebimbangan dan situasi yang rumit. Akhir-akhir ini, ia selalu dihantui oleh bayang-bayang seseorang dalam mimpinya. Sangat samar dan aneh. Walau Daehwi tidak terlalu jelas melihat wajahnya, tapi anehnya hatinya seolah mengatakan bahwa ia mengenali siapa orang tersebut. Berbagai pertanyaan muncul dalam pemikiran Daehwi tentang siapa sosok itu dan mengapa ia kerap sekali datang dalam mimpinya.

The Hidden Secret [Tahap Revisi](Discontinue)Where stories live. Discover now