Sebuah Rencana?

1K 121 27
                                    

Makasih buat pembaca masih ngikutin cerita ini.

Btw, banyak yang bilang Seohyun ngalahin sikap dinginnya Sica ya. hahahha. Dan banyak juga yang bertanya-tanya seputar sosok Tiffany di sini. hehehehehe. 

Kalian harus bersabar, kawan! cekidootttt!


"Bagaimana rasanya?"

"Enak," jawab Kiku melahap sepotong adonan berbahan dasar tepung beras dan disiram saos pedas buatan Savo.

Savo menghela nafas lega. Takut-takut Kiku kurang bisa menerima salah satu makanan khas Korea karena lahir dan tumbuh di Shanghai. Dia sendiri pun kurang cocok makanan Korea awalnya karena mendewasa di negara lain.

Tap tap tap!

"Unnie, sudah pulang?"

Mendengar sapaan Savo, Kiku cepat-cepat membalik badan dan menangkap sesosok wanita yang sudah dianggap kakak sendiri. "Seo Unnie!"

"Hai! Kiku, senang melihatmu di sini."

Namun, wajah Seohyun tak menunjukkan jika dalam keadaan senang. Kiku sedikit aneh melihat sikap Seohyun. Dan ternyata Savo memang besar soal sikap kakaknya. Dingin dan datar. Dulu ketika sama-sama tinggal di Shanghai, mereka sangat dekat bagai saudara. Tidak bertemu beberapa hari saja sama halnya menimbun rindu. Tapi sekarang?

"Unnie, makan lah bersama kami. Aku..."

"Aku masih harus mengurus banyak pekerjaan. Kalian saja. Kiku, semoga kau betah di sini." lontar Seohyun kemudian beranjak meninggalkan dapur.

"Lihat sendiri?"

Kiku duduk lagi dan menyentuh lengan Savo. "Tak apa. Unnie hanya melaksanakan tanggung jawab. Cepat atau lambat dia pasti kembali."

*

Hap! Sebuah pelukan hinggap di tubuh Seohyun dari istri yang baru menyelesaikan jadwal. Namun, tak ada kesenangan atau rasa terkejut sedikit pun melihat wanita futanari ini pulang.

"Mandi dan istirahatlah!"

"Tak ingin memberiku pelukan atau kecupan? Mungkin lelahku bisa hilang seketika." Rajuk Yoona menyandarkan kepala di leher Seohyun.

"Tidak ada teori seperti itu, Yoong."

Yoona mengerucutkan bibir melihat jemari istri sibuk membalas pesan dari rekan kantor. Pekerjaan menguasai keutuhan Seohyun. Dia merasa diselingkuhi.

"Cupphh," kecupan mendarat di leher, salah satu titik sensitif. "Muaacchhh cuupphhh!" Yoona berusaha mendapatkan istrinya. Lagipula, hari terlarut mengurus pekerjaan.

"Ngghhh, pergilah istirahat Yoong!" pinta Seohyun sedikit mendesah tanpa melakukan perlawanan apapun.

"Kau sendiri tidak istirahat. Muuacchhh. Boleh aku memilikimu malam ini?"

"Mpphh, tidak. Besok saja! Aku bekerja setengah hari."

"Janji?" lontar Yoona menekan pundak Seohyun agar menatapnya dan dia mendapat anggukan. "Arraseo. Muach, saranghae."

Yoona mulai melangkah menjauh ingin ke kamar mandi, tapi langkah terhenti ketika melihat secarik pesan dan setangkai mawar di ranjang tak ubah sedikitpun. Masih dalam kondisi seperti saat dia meninggalkannya di sisi Seohyun.

"Tidak disentuh sama sekali?"

Enggan bertanya karena takut berujung cekcok, Yoona memilih beranjak.

Byuurr! Tubuh  terbujur di bathup berisi air hangat. Pikiran penat tak kunjung beristirahat. Terngiang-ngiang sikap Seohyun tiga tahun lalu saat mereka baru sempat bertemu lagi.

Because Of YouWhere stories live. Discover now