5. Tiga Belas Tahun yang Lalu

33 5 0
                                    

Seorang gadis kecil dengan asyiknya meniup satu persatu lilin yang baru saja ia nyalakan. Ia berada di sebuah gedung megah yang selalu ia dan orangtuanya datangi, Gereja. Matanya berkilau karena sangat mengagumi cahaya lilin yang bergoyang-goyang karena terkena terpaan udara. Kemudian dari kejauhan, seorang wanita dewasa meneriakinya.

"Sayang... Mama sudah bilang, jangan bermain dengan api!"

"Cherly gak main kok, ma!" gadis kecil itu berlari menuju wanita yang baru saja meneriakinya. Dialah seorang yang ia panggil... "Mama!"

"Iya, sayang.." Mama mengelus puncak kepala putrinya yang sangat cantik itu.

"Saat Cherly ulang tahun nanti, Cherly mau tiup api yang besaaaaaar sekaliii!" sambil kedua tangannya ia angkat ke atas.

"Hahahah...." Mama hanya membalas permintaan putrinya yang sangat polos itu.

Gadis itu hanya mengerjapkan matanya. Saat mereka keluar dari gedung gereja, mereka mendapati dua orang laki-laki yang sama-sama ia panggil... "Papa!!" sambil ia berlari menuju salah seorang lelaki dengan jas rapi.

"Sebentar... yang kamu panggil Papa tadi, Papa ini atau Papa itu?" lelaki itu menangkap putrinya dan kemudian menggendongnya.

"Ini... Papa.." menunjuk ke dada seorang yang sedang menggendongnya. "Ini... Papa Felix, Papa pendeta tampan!" kemudian dia berusaha menyentuh dada seorang di depannya.

"Apa?! Siapa yang mengajarimu memanggilnya seperti itu?!!" wajah Papa sangat terkejut.

"Papa Felix yang katakan itu pada Cherly." Jawab gadis itu santai.

"Hahahah... Cherly memang anak yang jujur dan pandai! Papa Felix yang tampan ini sangat bangga!" Gelak seorang yang sangat disegani di kota ini. Dia adalah seorang pendeta yang sangat terkenal di sini. Sikapnya sangat ramah dan bijaksana. Namun sikapnya berubah menjadi sedikit lucu ketika bersama dengan keluarga kecil di hadapannya. Dia bersahabat dengan Papa Cherly sejak mereka duduk di bangku Taman Kanak-kanak.

"Oh! Cherly melupakan sesuatu!" Gadis itu meminta papanya menurunkan dirinya dari tubuh Papa dan berlari menuju dalam gereja kembali. Dia melupakan boneka kesayangannya. Ketiga orang dewasa itu akhirnya menunggunya di luar gedung.

Betapa terkejutnya dirinya yang mendapati api sudah membakar beberapa meja. Api itu berasal dari lilin yang lupa tak ia padamkan. "Bonekaku ada di meja itu!!" Dengan perasaan kalut, dia berusaha meniup api yang mulai membesar berkobar. Namun, api itu bukannya padam, malah semakin menjalar dan melahap meja, kursi, kain korden, dan... gadis kecil itu baru menyadari bahwa tiupannya tak bisa memadamkan api yang sangat besar ini. Ia menangis sambil berlutut dan berteriak memanggil Mama dan Papanya.

"Tuhan... selamatkan aku... aku tidak akan bermain api lagi. Aku akan menuruti semua perkataan Mama.Tolong aku, Tuhan..." dengan tulus ia menyatukan kedua telapak tangannya dan berdoa penuh keyakinan. Api sudah membakar setengan dari gedung megah itu sedang gadis kecil tanpa dosa sedang berada di dalamnya. Tiba-tiba dari kejauhan, ia mendengar suara Mama dan Papa. Gadis itu seketika berdiri dan berusaha melihat mereka dengan jelas di antara kobaran api dan asap yang mengepul di sekelilingnya. Dan akhirnya gadis itu memeluk mereka setelah mereka sampai di titik putrinya berdiri. Saat mereka akan keluar dari kobaran itu, sebuah kayu besar yang terbakar jatuh di atas punggung Papa dan membuat papa harus terjatuh tengkurap di atas lantai...

"PAPAAA!!!" teriak keduanya.

Papa yang terlihat sangat kesakitan itu mengisyaratkan tanganaya agar keduanya segera pergi. Jantung gadis itu berdegup sangat kencang melihat pemandangan yang ada di depannya. Melihat Papanya dengan menahan kesakitan di atas punggungnya. Bahkan dia bisa mendengar jeritan dari mulut Papa di antara suara kobaran api. Dengan tangis yang tersedu, Mama memeluk putrinya sangat erat. Mama terus membawa putrinya dengan sangat susah payah. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti.... Dadanya terasa sangat sesak seakan paru-parunya dipenuhi asap tebal dan menghalang jalan masuk udara. Wanita itu berusaha berlari lagi dan sesekali menghindari api. Namun ia benar-benar tidak bisa bernafas di dalam sini. Ia menurunkan putrinya yang terlihat sangat ketakutan.

"Saya...ng... khuk! Khukk!!! Hhh....hh.... kamu..tau pintu keluarhhh khukk!! Khukk!! Cepat! Lari!!!" teriak mama pada putrinya. Seketika gadis itu terkejut dan berlari menuruti perkataan Mamanya. Dia sudah berjanji pada Tuhan bahwa dia akan menuruti semua yang mamanya katakan. Beberapa meter ia meninggalkan mamanya, seorang dari luar berlari menujunya dan memeluknya erat. "Papa Felix.." gumamnya. Di pelukan pendeta itu, gadis yang ketakutan itu berhasil keluar dari gedung.

"Cherly... bisa dengan Papa?" tanyanya sambil terus membawa gadis itu berlari menuju sebuah mobil ambulan.

"Aku..."

"Ya? Aapa... apa yang kamu rasakan?!" Pendeta sangat ketakutan melihat gadis itu seperti sedang sekarat sambil membantu tenaga medis memasang alat bantu pernafasan kepada gadis itu.

"....salah."

Tak Semulia Fatimah Az-ZahraWhere stories live. Discover now