tiga

12.7K 1.4K 347
                                    

Haechan tidak mengerti dengan kehidupan Jaehyun. Mereka bukan teman dekat sepertinya dengan Jaemin. Mereka dipertemukan hanya untuk saling mengenal, kemudian melangsungkan pernikahan sebulan setelahnya. Haechan bukan orang yang murahan sekalipun dia seorang sebatang kara di Kota Seoul yang kejam. Haechan juga bukan penjilat harta Jaehyun yang tidak akan habis sampai tujuh turunan itu. Haechan hanya menuruti mendiang nenek Jaehyun yang senantiasa membuatnya bertahan dalam kejamnya dunia.

Haechan tidak mengerti Jaehyun.

Jaehyun juga tidak mengerti dirinya.

Mereka satu atap, tapi terasa ada dinding yang membatasi mereka. Jaehyun yang selalu berkutat dengan kertas membingungkan, Haechan yang berusaha untuk mengerti segala kesibukan sosok suaminya. Keduanya berharap dapat saling mengerti.

Haechan juga selalu meyakinkan diri sendiri kalau Jaehyun mencintainya. Terlihat dari perlakuan Jaehyun yang sangat peduli padanya. Jaehyun yang akan marah ketika dirinya saling bertukar pesan dengan para teman lamanya. Haechan percaya Jaehyun, walaupun Haechan selalu berkata kalau ia membencinya. Itu semua bohong!

Saat ini kaki kecilnya berlari tak karuan arah menjauhi gedung laknat saksi betapa bajingan sosok suaminya. Haechan berlari, terus berlari walau kadang tersandung kakinya sendiri. Haechan benar-benar ingin menjauhi Jaehyun.

"Hah.. hah.. hah.." nafasnya tak beraturan dikarenakan larinya yang sudah cukup jauh.

Haechan menyeka kasar airmata yang tiba-tiba menetesi pipinya. Haechan bukan orang yang lemah, ia dapat berdiri kokoh ketika di belakangnya tidak ada yang membantunya. Haechan dapat bertahan dari kerasnya hidup seorang diri tanpa orang tua. Tapi.. entah kenapa Haechan selalu lemah jika menyangkut sosok yang dinikahinya setahun yang lalu.

"Brengsek!" Haechan mendudukan dirinya disebuah halte yang sepi sekali. Ini hampir menginjak tengah malam. Kalau tau akhirnya akan seperti ini Haechan tidak akan sudi bertemu dengan para kolega Jaehyun pada pesta laknat itu.

Haechan mendudukan dirinya pada sebuah bangku. Dingin malam menusuk tulang, airmata menjadi saksi bagaimana bajingan kelakuan Jaehyun. Dalam hati terus merutuki Jaehyun yang keterlaluan terhadapnya.

"Woy! Haechan-ah! Kenapa ada disitu?!" teriak keras sosok yang berada di depan halte dengan motor yang berhenti.

Haechan terkejut bukan main. Hatinya sudah ketakutan mendengar teriakan dari motor berwarna merah itu. Namun, ketika matanya melihat sosok pria tampan yang sedang menatapnya dibalik helm fullface itu Haechan lega seketika. Itu sosok yang dikenalnya.

"Mark hyung? Sedang apa disini?"

Sosok pria tampan bernama Mark itu melepas helm yang ada dikepalanya, kemudian melambai pada Haechan yang masih betah duduk di halte dengan menatapnya heran. "Kesini! Justru aku yang seharusnya bertanya, sedang apa kau disini?"

Haechan mendengus mendengar ucapan Mark, tapi kakinya masih berjalan mendekati sosok mantan kekasihnya dulu ini. "Aku sedang ada masalah, hyung." Ujarnya.

Mark mengernyit, "Iya, aku tau. Kenapa dengan kakimu? Apa kau keseleo?" tanya Mark. Mark hanya khawatir melihat Haechan yang berjalan tertatih kearahnya.

Haechan menggeleng, airmata kembali menggenang melihat sosok hyung kesayangannya ini. Rasa bersalah menyelimuti Haechan karena tidak pernah lagi datang pada acara reuni yang diadakan temannya. Haechan juga merasa bersalah pada Mark tidak bisa datang menonton teaternya.

"Hyung, kau tau aku sudah menikah?" tanya Haechan tak jelas. Sorot matanya berubah sendu menatap Mark.

Mark menelan ludahnya gugup mendengar pertanyaan Haechan. "Iya, aku tau. Maaf aku tidak datang diacara pernikahanmu, Haechan-ah." Kata Mark penuh penyesalan pada Haechan. Jujur saja waktu itu Mark masih terlalu terkejut Haechan menikah secepat itu.

Ineffable [Privated]Where stories live. Discover now