Chapter 9

3K 247 34
                                    

Kini Ali dan Prilly telah sampai tujuan mereka yaitu sekolah. Prilly masih terdiam sejak tadi, entah apa yang kini Prilly fikirkan. Ali pun sama terdiamnya dengan Prilly. Sejak Ali melontarkan pertanyaan yang hanya Prilly jawab dalam hati tadi saat di dalam bus tidak ada lagi pembicaraan yang mereka bahas mereka berdua sama-sama terbungkam dengan fikiran masing-masing. Bahkan, hingga kini Ali tidak tahu apa jawaban dari gadis kesayangan nya karena ia tidak mengungkapkan jawaban nya pada Ali. Kini, mereka berdua terdiam dengan fikiran masing-masing. Ali yang berfikir mungkin Prilly akan meninggalkannya karena saat tadi tidak ada jawaban yang Prilly lontarkan. Sedangkan Prilly, justru ia berfikir mengapa Ali bertanya demikian? Mungkinkah Ali sudah mempunyai firasat akan meninggalkannya? Oh, jika itu benar terjadi entah apa yang Prilly lakukan, mungkin dia akan frustasi karena Ali meninggalkannya. Prilly menggeleng-gelengkan kepalanya bahkan sampai memukul-mukul kepalanya untuk menghilangkan fikiran negative yang kini berputar dalam fikirannya. Ali memandang Prilly dengan horor, 'kenapa Prilly mukul-mukul kepalanya sendiri?' mungkin itu yang kini Ali pertanyakan dalam benaknya. Ali yang sudah tidak tahan melihat Prilly tidak berhenti juga memukul-mukul kepalanya langsung saja menangkap tangan mungil nan halus milik gadis kesayangannya.

"iihh Prilly, ngapain sih mukul-mukul kepala gitu? Sakit gak?" ungkap Ali dengam disertai pertanyaan sembari mengelus lembut kening yang Prilly pukul sedari tadi. Prilly mendongak menatap Ali yang sedang fokus pada keningnya, apakah kelak ia akan kehilangan lelaki manjanya? Prilly tidak sanggup membayangkan bagaimana nanti ia hidup tanpa seseorang yang kini sedang memandangnya dengan cemas.

"Prilly? Hey, Prilly gak apa-apa kan?" Tanya Ali sembari mengelus lembut pipi Prilly yang membuat sang empu terlonjak dari lamunannya.

"eh, iya iya. Gak apa-apa kok," jawab Prilly gelagapan. Prilly menangkap tangan Ali dari pipinya. Kini, posisi tangan Ali dan Prilly saling menggenggam satu sama lain.

"udah yuk, kita masuk. Keburu bel entar," saran Prilly. Jujur saja, Prilly sedikit merasa panas karena kini mereka masih berada di tempat dimana mereka turun dari bus yang otomatis mereka belum memasuki kawasan sekolah. Bahkan mereka belum masuk gerbang sekolah. Oh ayolah, kalian pasti tahu alasan mereka masih berada disana.
"Yaudah. Yuk," ucap Ali sembari menarik lembut tangan mungil yang berada di genggamannya tersebut.

****

Ali dan Prilly tengah berjalan melewati lorong-lorong sekolah untuk menuju kelas mereka, banyak siswa ataupun siswi yang berlalu lalang menandakan bahwa jam pelajaran belum dimulai hingga membuat Ali dan Prilly dapat bernafas lega yang itu artinya Ali dan Prilly tidak terlambat datang ke sekolah. Ali mengayunkan tangannya ke depan dan ke belakang dengan tangan Prilly yang masih berada di genggamannya otomatis membuat Prilly juga mau-tidak mau mengayunkan tangannya mengikuti gerakan Ali.

"Hey tayo hey tayo, diiiiaa bis kecil ramah. Melaju melambat tayo selalu senang,"

Oke, itu adalah lagu yang Ali nyanyikan kala ia mengayunkan tangan ke depan dan ke belakang. Bahkan, Ali menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan mengikuti irama lagunya. Prilly yang memang hafal lagunya pun ikut serta bernyanyi bersama Ali. Entah, hanya bernyanyi begini saja dapat membuat Ali maupun Prilly merasakan kebahagiaan yang luar biasa ditambah genggaman tangan mereka yang menandakan bahwa mereka tidak dapat di pisahkan. Prilly pun melanjutkan lagu Ali.

"jalan menanjak, jalan berbelok. Dia selalu berani, meskipun gelap dia tak sendiri. Bersama teman, tak perlu rasa takut,"

Kini Ali dan Prilly bernyanyi bersama.

"hey tayo, hey tayo. Dia bis kecil ramah, dengan teman disisinya semua sungguh ceria,"

Ali menaikkan kedua tangan nya, dan bernyanyi yang menandakan nyanyiannya tersebut selesai.

Kita BedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang