SIX

264 39 3
                                    

♡~Next ya~♡





"Nichkhun terimakasih untuk hari ini" ucap tiffany lalu menutup pintu dengan pelan

Nichkhun memandang tiffany dari dalam mobil dan melambaikan tangannya hingga tiffany masuk ke dalam rumah. Setelah masuk ke dalam rumah nichkhun segera menjalankan mobilnya pulang. Sayangnya baik tiffany maupun nichkhun tak melihat seorang pemuda yang memandang mereka dengan curiga dari dalam mobil hitam seberang jalan. Tiffany merasa hari ini sangat menyenangkan karena sebagian waktunya dia habiskan bersama nichkhun. Hari ini tiffany banyak tertawa dan tersenyum meski lawan bicaranya tak berekspresi sama sekali dan hanya membalas ucapannya hanya gumaman maupun kalimat pendek. Tapi itulah nichkhun yang tiffany kenal. Mau sedingin dan secuek apapun nichkhun dia tetap mengerti perasaan tiffany dan selalu ada untuk menghiburnya. Mungkin karena mereka sudah sejak lama bersama.



Tiffany tengah menata meja makan untuk makan malam ketika dia mendengar suara pintu dibanting cukup keras. Tiffany tahu itu chanyeol, tapi dia tidak berani bertanya apa yang terjadi kepada pemuda berwajah stoic itu. Bukan tiffany tidak peduli dengan pemuda yang sudah menjadi suaminya itu, tapi sejak mereka memutuskan untuk menerima perjodohan konyol ini mereka telah sepakat untuk tidak mencampuri untuk masing-masing. Ini seperti kau hidup dengan orang yang kau anggap suami tapi kenyataannya kau adalah orang asing baginya begitupula sebaliknya. Tiffany hanya bisa menghela napas ketika melihat chanyeol berjalan menuju kamar tanpa menghiraukannya. Kadang tiffany menyesali keputusannya menerima perjodohan ini. Tapi apalagi yang bisa ia lakukan selain menerimanya. Ini demi kedua orang orang tuanya juga. Tiffany percaya apa yang orang tuanya lakukan adalah untuk kebaikannya. Hanya saja terus hidup seperti ini, sama saja hidup sendiri. Sakura mulai memakan makanannya dengan tenang. Karena sepertinya chanyeol tidak akan makan malam bersama dirinya.



Keesokan harinya chanyeol dan tiffany sarapan seperti biasa. Tanpa ada sapaan dan obrolan diantara mereka. Kebiasaan ini terjadi begitu saja, padahal tiffany adalah tipe gadis cerewet dan manja walaupun tak separah sahabatnya- sooyoung.

Chanyeol menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan menatap tiffany. Meski ditatap begitu intens tiffany menghentikan acara makannya dan menatap balik chanyeol. Untuk beberapa saat tidak ada suara yang keluar dari keduanya. Hingga akhirnya suara baritone datar memecah keheningan.

"Aku akan pergi ke london selama 3 bulan untuk menyelesaikan masalah di sana" ucap chanyeol datar

Tiffany tidak menjawab pertanyaan chanyeol yang memang tidak perlu dijawab sama sekali. Sepertinya pemuda itu tidak berniat berbasa-basi, sehingga tiffany hanya menganggukkan kepalanya dan kembali memakan sarapannya. Entah kenapa jika didepan suaminya itu tiffany jadi pendiam. Mungkin tiffany terbawa pembawaan chanyeol yang dingin itu. Setelah mengucapkan kalimat yang panjang (menurut tiffany) tadi chanyeol mengemas barangnya dan pergi. Tidak seperti istri kebanyakan yang akan mengucapkan kalimat perpisahan dan mengantarkan suaminya pergi, tiffany hanya diam dan kembali membersihkan piring kotor diatas meja. Kembali ke rutinitas awal ketika tiffany hidup sendiri, sepertinya sekarang juga begitu. Bahkan, sejak awal tiffany dan chanyeol memang hidup sendiri-sendiri meski didalam rumah yang sama. Mereka hanya bertemu saat sarapan pagi dan ketika chanyeol pulang lebih awal dari kantornya. Selain itu mereka tidak benar-benar bertemu. Chanyeol yang tidur dikamar utama dilantai dua sedangkan tiffany tidur dikamar tamu lantai satu juga membuat intensitas waktu bertemu mereka sangat sedikit. Karena itulah chanyeol maupun tiffany tidak pernah berbicara dengan normal. Bicara seperlunya, itulah yang tiffany tangkap dari chanyeol.

Matchmaking💕(ChanFany)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang