Sembilan Belas

6.6K 454 51
                                    

Mata Gat teras perih saat ia membukanya, telapak tangan besar milik Arai menopang tubuh Gat. Ia bisa merasakan dada Arai naik turun.

"Apa berat? "suara Gat serak.

Spontan mata Arai terbuka, hampir ia tertidur karna terlalu nyaman. Bukannya melangkah ke kasur, Arai malah melangkah mencari kursi terdekat dan hanya menemukan kursi belajar Gat tadi, dengan Gat masih dipeluk erat, ia duduk.

" Kakak susah menggendong Gat hampir setengah jam, tangan kakak agak pegal" jawab Arai diselingi tawa kecil.

"Artinya berat badanku naik "ucap Gat lagi.

" Itu bagus kan?" ucap Arai.

Gat mengangguk, 'kalau anda berani menanyakannya langsung', ucapan ibu pembantu kembali di ingat Gat. Perasaan yang Gat tidak paham itu muncul lagi. Pertanyaan sudah ada di ujung tenggorokan Gat dan siap keluar.

" Apa Gat merasa ada yang aneh? "tanya Arai lebih dulu dan mengubur niat Gat untuk bertanya.

Beberapa saat Gat berpikir hal aneh apa yang Arai maksud, ada sesuatu yang mengganjal dan terus mendesak di selangkangan," Kakak, eh mau buang air kecil? ".

Gat mendorong mencoba melepaskan pelukan Arai dan turun dari kursi namun Arai menahannya.

" Tidak "jawab Arai.

Dan kondisi menjadi sangat canggung, Gat tidak bisa lepas menatap bibir Arai dan kedua tangan Gat di dada Arai sedangkan Arai sendiri malah menikmati ekspresi canggung Gat (lagi).

" Apa ini yang kakak selalu lakukan pada gadis-gadis itu? ".

Arai terlihat kaget.

Arai tidak mengira akan membahas ini sekarang. Ia memang sudah mengira Gat akan menanyakan ini entah kapan waktunya.

Gat tidak memperjelas pertanyaan nya, karna ia tahu Arai paham gadis mana yang Gat maksud.

" Mungkin "jawab Arai, kali ini Arai tidak yakin jawaban nya sesuai dengan yang Gat harap.

Bibir Arai perlahan mendekat ke bibir Gat dan akhirnya bersentuhan. Arai seperti siap melompat kegirangan karna Gat tidak ketakutan.

" Kenapa Gat perlu tahu? " nafas Arai tersengal dan terasa panas di wajah Gat.

Gat tidak menjawab, hanya terus menatap bibir Arai. Rasa penasaran benar-benar menguasai Gat, kenapa Arai bisa sangat terobsesi dengan bercinta.

" Mau dicoba? "seringai nakal tersungging di bibir Arai.

Kembali Gat tidak menjawab apapun.

Tanpa embel apapun lagi, bibir Arai kembali menyentuh bibir Gat dan kali ini sepenuhnya melumat bibir lembut Gat, lebih dari cukup untuk memicu birahi Arai sampai ke ubun-ubun.

Namun Gat tetap tidak bereaksi berbanding terbalik Arai yang mencium leher Gat membabi-buta.

"Apa aku harus ikut mendesah seperti gadis itu? "tanya Gat tiba-tiba yang membuat semua suasana buyar.

Arai berhenti menciumi leher Gat," apa Gat menikmati nya? "tanya Arai.

" Tidak "jawab Gat dengan wajah datar.

Nafsu Arai pupus seperti nyala lilin dilempar ke dalam kolam ikan, langsung hilang.

Di benak Arai, ia juga bingung karna belum pernah melakukan nyaa dengan laki-laki, dia harus belajar akan hal ini.

" Apa sudah? "tanya Gat, lalu memundurkan tubuhnya seperti undur-undur sedangkan tangan Arai tidak sepenuhnya menahan Gat, alhasil Gat jatuh terjengkang ke lantai.

Far Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang