16: Goodbye

3.1K 133 7
                                    

Aku menatap diriku di cermin. Aku mengenakan dress hitam kesukaanku lalu menata rambutku dengan gaya messy bun. Aku memoleskan make upku lalu keluar dari kamarku. Kali ini aku akan pergi dengan Andre.

Namun saat aku keluar dari kamar, aku melihat orang yang kusayangi duduk di kursi dengan keadaan terikat. Dennis dan si psiko ada di sana, mengeksekusi semua orang.

"Aaaarrgghhhh!!"teriakku terbangun.

"Valerie? Kenapa? Mimpi buruk ya?"tanya mama.

Aku memegang dadaku dan merasakan sesak meski sudah memakai selang oksigen di hidungku. "Mah.... Alya... beneran gaada?"tanyaku.

Mama diam lalu mengangguk. Air mata langsung menetes dari mataku dan mama.

"Semua ini salah Valerie, mah... Coba kalo Valerie ga pergi dari rumah Andre, coba Valerie ga bertengkar sama Andre..."ucapku tak melanjutkan kata-kataku dan menangis.

"Sayang, udah... Semua terjadi karena ada alasannya. Buktinya dengan semua itu, orang yang meneror kamu dan mantan kamu ditahan seumur hidup di penjara sehingga gaada lagi korban selanjutnya."ucap mama menenangkanku.

Aku hanya diam dan menangis dipelukannya.

"Ah iya! Mama punya kejutan yang bakal bikin kamu seneng!"ucap mama melepas pelukanku.

"Apa ma?"tanyaku sambil menghapus air mataku.

"Mama dikasih tau dokter Rusli kalo kamu teriak di depan kamar Andre?"tanya mama dan aku mengangguk. "Berkat teriakan kamu yang kayak tarzan itu, Andre bangun dari komanya!"ucap mama senang.

"Mama beneran? Mama gabohong kan sama Valerie?"tanyaku.

"Mana ada si mama bohong? Udah sekarang kamu istirahat, baru bisa jengukin dia besok pagi ya."ucap mama.

Aku mengangguk dan memaksakan diri untuk tidur.

"Bego."ucapku saat sedang berada di kamar Andre.

Ia tertawa kecil lalu mengangkat tangannya hendak mengusap wajahku tapi kesusahan. Aku menangkap tangannya dan meletakkannya di pipiku, "Gue lega lo gapapa, Val."ucapnya.

"Ya gimana sama lo? Baru kemaren lo keluar dari rumah sakit malah masuk lagi!"ucapku kesal.

Ia lagi-lagi tertawa kecil, "Gue kangen celotehan lo."

"Fine! Gue diem."

Ia kembali tertawa, "Gue kangen lo ngambek kek gitu."ucapnya sambil mencubit pipiku

Aku tak marah dan tersenyum, "Gue sayang sama lo, Ndre. Jangan bikin gue mau mati kek kemaren lagi."ucapku.

Ia mengangguk, "Makasih udah bangunin gue pake teriakan lo ya."

"Ish! Nyebelin tau gitu gue tutup mulut biar lo ga kedengeran!"

Hari-hari kulalui dengan menemani Andre yang dalam masa penyembuhan begitu juga denganku. Meski kadang-kadang aku akan merasa sesak dan pingsan tapi Andre menjagaku.

"Amerika?!"teriakku kesal tak percaya.

"Mama ga pengen liat kamu terus-terusan pingsan dan sesak nafas, Valerie. Di Amerika kita sembuhin PTSD kamu ya. Kita terapi, kita jalan-jalan, kita--"

"Gamau! Valerie gamau!"

Mama menjauhiku dan kini bergantian dengan papa yang mendekat.

"Val. Papa sama mama tau hubunganmu dan Andre. Papa bolehin kamu bawa Andre ke Amerika kalo itu mau kamu. Tapi, papa juga berharap kamu pikirin baik-baik. PTSD kamu, terus muncul karena kamu di samping Andre. Apa kamu gamau sembuh dan bisa jalan lagi sama dia?"

Kini aku yang diam. Semua omongan papa ada benarnya.

"Oke Valerie ke Amrik. Tanpa Andre."ucapku lemas.

Papa dan mama terus berterimakasih lalu pulang untuk menyiapkan semuanya. Sedangkan aku berjalan masuk ke kamar Andre lalu menatapnya yang sedang tertidur. Ia merubah posisi tidurnya dan sedikit membuka matanya.

"Astaga!"ucapnya kaget.

"Itu rasanya lo kagetin kemaren-kemaren."balasku.

"Napa belom tidur? Ini tengah malem loh."

"Gue mau tidur sini. Boleh?"

Ia mundur sedikit dan membiarkanku tidur di pelukannya. Ia membelai rambutku sementara aku semakin membenamkan kepalaku di dadanya.

"Lo kenapa?"tanya Andre.

"Mimpi... buruk."

"Tenang. Kalo ada gue mah mimpi buruk lo kabur semua!"

Aku tertawa kecil dan mengeratkan pelukanku. "Kalo misal gue pergi, lo bakal nungguin gue ga?"

"Ngga lah! Gila apa gue?"

"Aish. Fine. Gue diem."

Ia tertawa, "Kenapa? Lo mau pergi?"

"Gue cuma nanya. Seandainya. Gitu."

"Hmm, gue mungkin bakal gila kalo lo pergi karena gue kangen sama lo. Tapi, gue yakin kita bisa vidcall atau chat atau apapun lah mau pake kaleng ma senar juga boleh."

Aku tertawa kecil, "Oke. Kita pake kaleng sama senar ya."

"Udah tidur sana gausah nanya-nanya seandainya."

"Goodnight, Ndre. I love you."ucapku.

"Night. Love you too, Val."


Okay you guys! Pantengin terus nanti sekitar jam 2 atau 3 sore aku bakal upload part terakhir huhuhu. Sad but its okay.

My Lovely BodyguardDonde viven las historias. Descúbrelo ahora