A New Old School

1.1K 29 0
                                    

saya sudah mengedit beberapa bagian yang saya anggap penting. tolong komen dan votenya ya. thanks a ton :)


(Cody Spencer di samping)



Seorang remaja berambut kelabu keluar dari sebuah van silver usang yang terparkir di pinggir jalan, tepat di depan sebuah bangunan tua dengan gerbang besi tinggi penuh karat. Wajah tampannya tampak pucat dan sendu, kedua mata kelabunya yang redup menatap kosong, tak ada sedikitpun berkas cahaya kehidupan yang terpancar, semuanya sudah direnggut sejak hari pertama dia melihat cahaya.


Dia mendesah, untuk yang kesekian kalinya, dan kedua mata kosongnya mulai memperhatikan bangunan tinggi yang ada di hadapannya. Sebuah bangunan tinggi berlantai tiga dengan tembok batu yang dipenuhi lumut dan tanaman rambat yang menjalar ke seluruh bagian dindingnya. Jendela-jendela kayu lebar dengan kaca usang yang sudah sangat buram berbaris dengan rapih di setiap lantai. Tampak siluet pemuda dan pemudi berseragam duduk dengan sangat rapih dan tenang di dalam gedung itu.


Halamannya yang tak terlalu luas dipenuhi dedaunan kering yang berserakan. Di sisi utara terdapat sebuah kolam kering dan beberapa pot bunga yang sudah mati. Sebuah pos satpam kecil lusuh dengan jendela-jendela buram berdiri di dekat gerbang besi. Seorang pria berkulit gelap duduk dengan malas sambil mengutak-atik televisi kecilnya. Sementara di sisi selatan terdapat sebuah pohon ek tinggi yang dikelilingi empat bangku kayu panjang. Tempat itu terlalu suram untuk sebuah sekolah.


"Ayo, Cody," ucap sebuah suara dari belakang pemuda itu, seorang pria berumur 40-an berambut pirang keemasan dengan mata hijau cerah menatapnya iba, "Maaf, hanya ini yang bisa kulakukan. Ayo, kita harus segera menemui kepala sekolah untuk mengurus administrasi pendaftaranmu," lanjutnya sambil berjalan lebih dulu.


Tanpa protes Cody mengikuti pria bernama Klein itu, bukan memasuki gerbang sekolah, melainkan gerbang besi lengkung lain yang berada tepat di seberang gerbang sekolah. Kondisi gerbang besi itu sama mengenaskannya dengan gerbang sekolah, dengan pos satpam kecil yang sama lusuhnya tepat di sisi selatan gerbang, yang didiami oleh seorang pria setengan baya berambut cokelat yang sedang membaca koran dengan sangat serius sampai tak sadar ada dua orang yang baru saja melewati posnya.


Begitu melewati gerbang, terdapat sebuah jalan batu lebar dengan jejeran pohon pinus kurus yang menjulang di sisi kanan dan kirinya, sebagian pohon pinus itu sudah mati, kering dan tak berdaun lagi. Tepat di belakang jejeran pohon pinus itu terdapat bangunan panjang berlantai tiga dengan dinding batu yang sudah dimakan usia yang masing-masing terasnya saling menghadap ke arah yang berlawanan, jadi Cody hanya bisa melihat barisan rapih jendela-jendela kayu usang yang tertutup rapat.


Di ujung jalan batu yang sedang mereka tapaki terdapat sebuah bangunan putih berlantai dua yang tampak sedikit berpendar terkena sorotan matahari yang redup. Bangunan itu tampak sangat mencolok, seperti baru selesai dibangun minggu lalu, sangat berbeda dengan bangunan-bangunan tua lusuh yang lainnya. Bahkan atapnya yang gelap agak berkilau.

Di dinding balkonnya tertempel huruf-huruf emas besar bertuliskan 'KEPALA SEKOLAH'.


Cody hampir saja menabrak Mr. Klein saat tiba-tiba pria itu berhenti, tepat di depan sepasang pintu kayu tinggi berwarna putih mengkilap. Cody takkan menyadari keberadaan pintu itu jika bukan karena  kedua gagang pintu emasnya dan sebuah pengetuk pintu berbentuk kelelawar yang tergantung terbalik dengan kedua sayapnya yang terentang.

The Bloody High SchoolWhere stories live. Discover now