Bab 9 : Lantunan Kalam Cinta

185K 9.7K 280
                                    

Romantis itu bukan saat engkau mengucapkan sebait kata yang menjadi beberapa kalimat puisi ataupun syair. Tapi saat engkau melantunkan kalam cinta Allah yang berkumandang dari bibirmu.
-Nafisa-
🕊🕊🕊


Aku terbangun ketika aku mendengar lantunan ayatullah. Masyaallah suaranya sangat merdu sekali. Aku mengucek mataku kemudian melihat jam dinding ternyata sudah pukul empat pagi.

Saat mataku melihat ke arah samping kanan tempat tidur. Aku melihat Mas Farhan sedang membaca ayat suci Al-Qur'an dengan sangat merdu. Ini bukan pertama kalinya aku mendengar suara Mas Farhan membaca ayat suci Al-Qur'an. Aku pernah mendengarnya saat akad, dia melantunkan surat Ar-Rahman. Tapi ini pertama kalinya aku melihatnya sedang membaca Al-Qur'an karena pada saat akad aku tidak melihatnya hanya mendengarkan saja.

Hatiku tersentuh mendengar ayat-ayat Allah itu. Air mataku menetes seketika. Aku merasa malu dengan umurku sekarang. Aku bisa membaca Al-Qur'an meskipun tidak sebagus Mas Farhan tapi sekarang aku jarang membaca Al-Qur'an lagi. Ya Allah, ampuni aku.

Aku langsung menghapus air mataku saat Mas Farhan telah selesai membaca Al-Qur'an. Kemudian aku langsung duduk di tepian kasur. Dia menghampiriku sambil tersenyum. Oh Allah, Aku sangat bersyukur sekali engkau telah menjadikan dia imamku. Sungguh aku sangat mencintainya.

"Sudah bangun sayang?" tanya Mas Farhan sambil menghampiriku.

"Sudah Mas, emh ... Mas kenapa tidak membangunkanku? A-aku ingin---" aku menggantungkan kalimatku. Kemudian aku langsung menundukan pandanganku karena air mataku mulai menetes kembali.

Mas Farhan mengangkat daguku, kemudian ia langsung menyeka air mataku.

"Kamu kenapa menangis? Kamu ingin apa? Bicara sama saya, insyaallah apapun yang kamu inginkan selama saya sanggup saya akan penuhi keinginanmu." katanya sambil menangkupkan kedua tangannya di wajahku.

"Aku hanya ingin shalat tahajud bersamamu dan ingin belajar mengaji bersamamu. Kenapa kamu tidak membangunkanku?" ucapku sambil menangis.

"Astagfirullah, maafkan saya Nafisa. Sebenarnya saya ingin shalat tahajud bersamamu dan mengaji bersamamu. Akan tetapi saya tidak tega membangunkanmu yang sedang tertidur," katanya.

"Maafkan aku Mas, aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu. Saat Allah menginginkan hambanya untuk berdoa di sepertiga malam aku malah asik-asikan tidur. Aku juga malu Mas sama kamu, bacaan Al-Qur'an ku tidak seindah suaramu bahkan aku tidak mempunyai hafalan. Maafkan aku Mas, aku bukan istri sholehah yang seperti kamu inginkan hiks...hiks..." jelasku sambil terisak menangis.

Mas Farhan langsung memelukku,"Maafkan saya Nafisa. Insyaallah mulai besok saya akan membangunkanmu untuk shalat tahajud bersama dan mengajarimu mengaji. Istri yang sholehah memang dambaan setiap laki-laki. Tapi saya akan jauh lebih bangga sama kamu jika kamu benar-benar ingin memperbaiki dirimu dan berusaha menjadi istri sholehah karena Allah." katanya.

Aku melepas pelukan Mas Farhan dan menatap manik matanya yang hitam.

"Harus kau tahu Mas, aku memang bukan wanita sholehah seperti yang didambakan setiap laki-laki ataupun dirimu. Itulah sebabnya aku memilihmu karena agar hadirmu di dalam hidupku untuk menyempurnakan agamaku, melengkapi kekuranganku dan memperbaiki kesalahanku. Apa kamu setuju Mas?" ucapku.

"Tanpa kamu meminta pun saya setuju Nafisa. Memang itu tujuan saya menikahimu. Jangan menangis lagi, saya tidak suka melihatmu menangis. Kamu jelek kalau lagi nangis!" ucapnya sambil mencubit kedua pipiku.

"Biarin jelek yang penting kamu cinta kan sama aku?" ucapku terkekeh.

Mas Farhan mendekatkan wajahnya hanya ada jarak beberapa centi. Tangannya memeluk pingganggku.

Bring Me To Jannah [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now