PROLOG

13.5K 726 36
                                    

Atas waktu yang sudah kalian luangkan juga atas kesempatan yang sudah mau kalian berikan, terimakasih sudah memutuskan mampir di sudut ruangan platform ini.

~ sapi

***

"DIH NGGAK MAU!" Ava berteriak menolak. Ruang kelas itu mendadak dipenuhi seruan tidak terima. Di depan sana Romeo—ketua kelas mereka sekaligus pemandu jalannya permainan ini terlihat kebingungan untuk meraih atensi anak kelas kembali. "MASA HARUS PACARAN SAMA SI DONAT SIH?! YANG LAIN GANTI!"

Ava merengut, Ajeng disebelahnya malah sudah tertawa keras sekali. Tidak mencerminkan darah biru keratonnya sama sekali. Ava merlirik gadis itu sinis lantas melemparkan tatapan penolakan keras pada Romeo.

"Dih curang!"

"Harus mau dong."

"Nggak apa kali Va, kan si Donat tetep manusia."

"Hehehe Ava pacaran sama Donat."

"Best couple of the year sih kalau kata gue."

"Yuk bisa yuk Va. Tinggal tembak Dor! Hatinya pasti kacau." Romeo berkata yang menimbulkan tawa anak kelas lagi. Ava semakin mengerutkan wajah, bibirnya sudah mencebik kesal.

"Nggak apa Va, lumayan kalau dapet Darren, bisa dapet donat tiap hari hehehe." Ajeng menambahi, Ava rasanya ingin memukul cewek itu sekarang juga.

"Yuk Va gue anter deh. Apa lo lebih milih rahasia lo gue bongkar? Kalau kata gue sih mending pacaran sama si Donat."

"Waduh teh apa nih?"

"Tumpahin dong bosqu."

"Asiiik ngeteh."

"YA MASA SAMA SI DONAT SIH DARE NYA?!" Ava masih tetap memprotes.

"Ya masa sama bapak gue." Romeo membalas dengan menyebalkan. "Kasihan emak gue nantinya, tersisihkan."

"Yuk Ava bisa yuk!"

"Tarik Sist!"

"Gratata!"

"Salah sambung!"

"Eheheh."

Romeo kemudian berjalan mendekati meja Ava. Menarik tangan cewek itu dengan sedikit keras agar dia mau mengikuti langkahnya. Anak kelas mereka juga mengikuti keduanya, tentu saja diiringi dengan sorak-sorakan yang membuat Ava malu. Nih cowok anceman nggak ngotak banget. Gara-gara dia tidak sengaja menemukan coretan gabut di buku harian Ava yang mengatakan kalau dia naksir sama Gema, Ketua kelas 6-B dia jadi menggunakannya untuk mengacam Ava.

Bapak gue salah nih masukin gue ke sekolah ini.

Kelas 6-B adalah tujuan mereka. Lebih tepatnya sih bertemu sama yang namanya Darren. Anak cowok bertubuh gempal yang hobi banget makan donat. Dia mengenakan kacamata kotak cupu, tidak punya teman dan rumor paling wow lagi katanya dia wibu.

Semua penderitaan ini bermula dari ide Romeo yang ingin memainkan permainan Truth or Dare bersama di kelas untuk mengisi jam kosong karena guru-guru sedang melakukan rapat dengan pihak yayasan. Awalnya semua berjalan menyenangkan bagi Ava, sebelum pada akhirnya dia mendapat giliran.

Ava pikir jika dia memilih Truth akan membahayakan kerahasian kalau dia suka Gema, dia akhirnya nekat ambil Dare. Ava tidak tahu Romeo dapat ilham darimana sampai bisa-bisanya memberi tantangan untuk mengajak Darren berpacaran.

"Eh halo." Ava rasanya ingin menghilang saja saat akhirnya mereka memasuki ruang kelas 6-B. Kelas ini emang lebih teratur daripada kelas mereka yang bar-barnya bukan main.

"Kenapa nih bos?" Gema bertanya penuh kebingungan saat melihat migrasi anak 6-A ke kelasnya. Romeo yang masih memegang tangan Ava menunjukan seringai setannya.

"Ini temen gue mau confess sama anak kelas sini." Romeo berkata sambil menatap Ava bahagia. "Udah gue anter nih, cepet sana."

Ava menelan ludahnya dengan susah payah. Semua mata memandang kearahnya penuh keingin tahuan. Apalagi gengnya si Bella yang sudah siap menyebarkan gosip ke seluruh sekolah. Dia ingin kabur juga tidak bisa, teman kelasnya berkumpul di depan pintu masuk.

"Eheheh tenang Va, tarik napas tahan keluarin." Ava hanya menatap Romeo dengan sinis. Duh dia benar-benar tidak kuat.

Oke ayo main cepet aja.

Tatapannya kemudian beralih ke arah anak cowok gendut berkacamata yang duduk di bangku paling pojok. Dia juga menatap Ava penuh rasa ingin tahu, yang kebetulan hal itu ternotis oleh teman sekelasnya yang sekarang semakin bersorak-sorak tidak jelas.

"Darren gue suka sama lo, pacaran yuk!"

Pecah parah!

Teman sekelas Ava semakin berteriak kencang. Sementara penghuni kelas 6-B melongo tidak percaya. Walau beberapa saat kemudian mereka berubah ribut, tertawa.

Aduh please, lo diam aja. Jangan ngomong apa-apa.

"EH TENANG DULU! DARREN MAU JAWAB NIH." Romeo lo pas lahir nggak di-adzanin tapi didangdutin ya?! Akhlaknya terbang melayang-layang.

Beberapa saat kemudian kondisi ruangan menjadi lebih kondusif. Ava tidak berani melemparkan pandangannya kemanapun. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya, menatap lantai yang sudah sama seperti harga dirinya, terinjak-injak.

"Gimana Ren?" Romeo bertanya sambil tersenyum lebar. Seperti baru mengangkat jutaan beban hidup di pundaknya.

Ava memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Menatap Darren, memberikan petunjuk untuk berkata tidak. Tapi hal yang dia temukan justru Darren dengan wajah merah padam. Anak cowok itu juga sedikit berkeringat, Ava merasakan hidupnya akan segera berakhir.

"Oke, ayo pacaran."

Selamat tinggal dunia!!!

"YA ALLAH KAPAL KITA BERLAYAR GAES!"

"Berlayarlah sampai jauh!!!"

"Ayo kalian bersama sebrangi laut jawa untuk ke Kalimantan."

"Ayo naik kapal Darren dan Ava, tut tut tut."

Romeo tertawa dengan sangat keras. Dia bahkan sampai terduduk ke lantai saking senangnya. Ava masih diam dengan muka merah padam. Kehidupan kelas enamnya berakhir sampai sini, dia tidak mungkin lagi mendapat kedamaian yang selama ini dia impikan. Terkutuklah Romeo dan teman sekelasnya.

Dia kemudian menatap Darren, anak cowok itu tersenyum tipis dengan wajah yang masih merah. Rasa-rasanya Ava ingin menangis saja. Meski sepulang sekolah kemudian dia berkata kalau ajakan ini hanya main-main, ternyata Darren benar-benar menganggap bahwa ajakan itu betulan. Ava jelas tidak peduli, tapi selama setahun saat dia duduk di kelas 6, label sebagai Ceweknya si Donat akrab sekali dengan dirinya.

Semenjak kenal Romeo, gue jadi yakin kalau manusia itu lebih jahat daripada dakjal. Alias, Romeo lo titisan jin ifrit! Benci banget gue sama lo!!!!

***

Halo, it's been a while:))
Maaf ya suddenly aku unpublish tanpa warning. Aku bener-bener ngerasa nggak cocok sama plot yang lama, alhasil aku memilih untuk merevisi cerita ini.

Aslinya udah dari kemarin-kemarin aku pengen publish cerita ini, tapi ternyata aku belum damai sama diriku sendiri. Jadi rasanya aku belum siap kalau memilih buat publish HIM dimana aku aja nggak tahu mau aku bawa kemana cerita ini.

Makasih ya, udah mau nunggu. Maaf juga udah buat kalian nunggu. Hive a nice day ya, stay safe and healthy.

August 21th 2021

HIM (Love Up)Where stories live. Discover now