[27] Kesialan Gea

39 5 0
                                    

"Kok bisa sih Gea sakit?"

"Gak tau nih kak, mendadak aja. Mungkin karena efek samping suntikan Imunisasi kemarin kali ya," jawab gue dengan suara agak serak.

Kak Yukie mangut-mangut aja, "udah di bawa periksa sama bunda ke dokter?"

Gue menggeleng. "Kenapa?"

"Bunda gak ada bilang apa-apa, tapi mungkin nanti malam."

"Ya udah yang penting sekarang Gea istirahat aja dulu," kata Kak Yukie setelah meletakkan kain kompresan di kening gue.

"Kalo butuh apa-apa panggil aja kakak atau Nico juga boleh."

"Mending aku manggil kakak aja daripada abang. Dia nyebelin," kata gue.

Kak Yukie tertawa renyah denger kalimat terakhir gue, "oke, kalo gitu kakak ke bawah dulu ya."

Gue mengangguk dan setelah Kak Yukie pergi, gue berusaha untuk tidur. Sekitar beberapa menit setelah itu, gue denger suara bel rumah berbunyi tanda ada tamu yang dateng.

Mungkin itu tamunya abang atau Kak Yukie, atau bisa juga tamunya bunda. Kalo gitu mungkin nanti Kak Yukie yang bakal bilangin kalau Bunda lagi pergi. Tapi, baru aja gue pingin lanjut tidur Kak Yukie masuk ke kamar gue.

"Gea, ada temen kamu yang mau jenguk."

Gak perlu di pikir juga gue udah ngerti siapa yang di maksud Kak Yukie dengan 'teman' gue. Gue mengangguk dan setelahnya 3 curut masuk ke kamar gue sambil nyengir.

Ini bakal jadi hari yang sial!

"Kakak ke bawah dulu ya, buat minuman."

"Eh, gak usah kak, takut ngerepotin," kata Leyana lagi-lagi sambil nyengir kuda.

Elah, pencitraan.

"Ah, gak apa kok Ley, sekali-sekali juga," kata Kak Yukie, lalu pergi ke bawah.

Begitu Kak Yukie udah pergi, refleks aja gue ngambil guling dan mukul mereka saking keselnya gue.

"Eh, apa-apan Ge, salah kita apa?" Tanya Nicella.

"I-iya, main pukul-pukul aja," kata Leyana sambil berlagak kesakitan.

"Siapa yang nyuruh kalian ke sini?" Sinis gue.

"Lah, kita sebagai sahabat lo yang baik pastinya bakal jenguk lo yang dalam kesusahan, Ge. Selain itu kita juga bawa membawa sedikit sedekah untuk lo," kata Ranila sambil meletakkan keresek bertuliskan 'Indo*****'.

"Lo kira gue kaum duafa, Ran? Ini namanya buah tangan bege," sebel gue.

Mereka bertiga terdiam sejenak, lalu secara perlahan dan bersamaan mulai mengerutkan kening.

"Gue mulai curiga lo cuma pura-pura sakit aja, Ge. Ngaku aja lo lagi berusaha menghindar dari ulangan Fisika," tuduh Leyana sambil berkacak pinggang.

Gue menggeleng kuat, "kagaklah, sumpah! Gue gak mungkin main tipu-tipu gitu."

"Kalo lo beneran sakit, lo gak mungkin sempat-sempatnya protes sama bawaan kita dan orang sakit mana yang terang-terangan keliatan gak suka sama orang yang jenguk dia?" Kata Nicella.

Bener juga sih.

"Gu... gue kan orang sakit yang anti mainstream."

"Mainstream pala lo?! Bilang aja lo sebenarnya memang lagi sakit. Sakit hati."

Sialan si Leyana.

"Eh, ngomong-ngomong soal sakit hati, tadi Si Calvin--" Ranila seketika menggantung kalimatnya saat Kak Yukie tiba-tiba masuk sambil membawa nampan berisi tiga gelas teh dan segelas susu.

Crazy FanaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang