Permintaan

5.4K 316 9
                                    

Author POV

Kepergian Bagas dan Anggun yang hampir bersamaan menyisakan keterlukaan di hati masing-masing orang.

Dinda dan Adrian sudah kembali ke kamarnya dengan membawa sejuta pikiran yang berkecamuk. Dan tinggallah Tuan dan Ny Sujono yang ada di ruangan tersebut.

"Sekarang bagaimana, Pak? Apa yang harus kita lakukan? Kita ndak bisa tinggal diam dengan nasib Anggun saat ini," kata Ny Sujono yang memiliki nama asli Ratih Purwanti. Tatapan sendu ia layangkan pada suaminya yang berdiri sambil melihat keluar jendela.

"Kita memang tidak akan tinggal diam, Bu. Kita harus berbuat sesuatu." Pak Sujono mengulas pelan. Dia mencoba menguatkan batinnya meski gemuruh di dalam sana sedang mengguncang hebat.

"Tapi Bapak dengar sendiri bukan, kalau Bagas tidak mau menikahi Anggun. Lalu jalan mana lagi yang harus kita pilih?"

Pak Sujono terdiam sesaat. Matanya tampak tenang meski hatinya berkecamuk oleh pikiran yang rumit dan pelik. Dia kemudian menghembuskan nafasnya berat sebelum akhirnya berkata dengan suara serak, "Terpaksa, Rian yang harus berkorban."

Kata-kata itu serasa pukulan keras bagi Ibu Ratih. Dia memandang suaminya dengan tatapan tidak percaya.

"Tidak, Pak! Itu tidak mungkin!" tolaknya seketika. "Sampean tau, Rian tidak akan setuju dengan keputusan ini. Dan kita juga ndak mungkin akan membebankan tanggung jawab yang bukan merupakan perbuatannya."

"Lalu bagaimana, Bu? Kau tau sendiri kalau Bagas tidak mau menikahi Anggun. Dia bahkan memilih keluar dari rumah ini dari pada harus bertanggung jawab," Pak Sujono bersi keras. Dan kediaman istrinya kini justru ia manfaatkan dengan melempar kalimat tajam yang sungguh membuat wanita itu tercengang.

"Apakah kau ingin Anggun menggugurkan bayinya yang itu berarti adalah calon cucu kita?" Ya....kata-kata tersebut menamparnya dengan keras. Sebagai perempuan, hatinya justru tertusuk.

"Enggak, Paaakk! Kita ndak mungkin meminta Anggun melakukan itu," jeritnya pilu.

"Naahh, sekarang pikirlah, Bu. Bukankah hanya itu tadi solusinya. Menyuruh Rian menikahi Anggun."

"Tapi.....tapi....apakah Rian bersedia?"

"Mau tidak mau, dia harus menurut keputusan ini," putus pak Sujono kemudian.
_______________

Di sisi lain.....di kamar Rian....

Sebuah telfon di terima oleh Rian.
"Iya Din." Ternyata yang menelfon adalah Dini, pacarnya. Sejak beberapa waktu yang lalu wanita itu mengirimkan banyak pesan padanya. Namun sekalipun tidak dibalas oleh Rian. Bahkan, entah berapa kali panggilan tak terjawab yang berasal darinya, dan Rian hanya bisa mendiamkannya saja. Baru setelah sampai di kamar, dia bisa menjawab telfon dari kekasihnya tersebut.

"Apa yang terjadi Rian? Kenapa kamu baru mengangkat telfonku? Apakah sudah terjadi sesuatu?" tanya wanita itu bertubi-tubi.

"Maaf. Ada masalah keluarga, jadi aku tidak bisa menghubungimu."

"Jadi....karena itukah Ibu membatalkan pertemuan?"

"Iya," jawab Rian singkat.

"Ehmm....ya sudah. Tidak masalah. Kita bisa membicarakan pertunangan kita lain kali." Percakapan itu terhenti sesaat. "Oh....ya, bagaimana kalau malam ini kita pergi nonton? Atau makan malam di luar?" Wanita itu mencoba mencairkan suasana dalam telfon yang kelihatan tegang. Dia tahu kalau saat ini kekasihnya sedang dalam dilema.

"Dini, maaf....saat ini aku tidak ingin keluar," tolak Rian halus. Dan itu mendapatkan hembusan nafas panjang dari seberang telfon.

"Baiklah, tidak apa-apa juga. Aku hanya bermaksud menghiburmu."

ANGGUN Bidadariku (Selesai) ✔Where stories live. Discover now