Chapter 7

5.8K 669 98
                                    

"Kau bertemu dengan Annie?"

Armin mengulas senyum kecut melihat reaksi datar Mikasa. Sudah tahu, sejak dahulu, kedua gadis itu tak pernah bisa akrab. Annie jungkir balik di tengah keramaian, mabuk di siang bolong, atau bahkan sengaja mengencingi halaman istana, Mikasa tak peduli. Masa bodoh. Apalagi mendengar kabar bahwa sekarang Annie sudah bebas dari hukumannya. Ya, ya, Armin juga bodoh. Untuk apa ia tetap bercerita jika sudah tahu jawabannya?

Mungkin semata-mata hanya kalimat basa-basi yang tak sengaja Armin lontarkan? Sebab merasa canggung di hari pertama bekerja di Recon Corps, setelah cuti selama tiga puluh hari penuh. Lekas ia mengalihkan pembicaraan, "Yang lebih penting, bagaimana kondisimu sekarang?" Mereka sudah cukup lama tidak bertemu. Ketika suatu hal buruk menimpa Mikasa, Armin tidak berada disampingnya. Mikasa sibuk sekali belakangan ini. Dan, baiklah, Armin paham alasan kesibukannya.

Namun, Mikasa malah bertanya balik, "Apakah aku terlihat tidak sehat? Kau sendiri bagaimana? Apa waktu satu bulan cukup untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiranmu?"

Armin mengerti arah pembicaraan Mikasa. Mereka saling mengenal sejak kecil. Mikasa adalah salah satu orang terdekat Armin. Tentu ia mengetahui penyebab Armin acap kali kehilangan fokus dalam bekerja. Ada hal lain, selain karena tubuhnya lemah. "Kau tidak perlu khawatir. Aku baik—"

Ucapan Armin terpotong. Atensi kedua orang itu diambil alih tatkala ketukan pintu di ruang penyimpanan dokumen (yang sebenarnya tidak tertutup) menyeruak indra pendengaran mereka. Lekas Mikasa dan Armin menoleh ke arah yang sama dan menjumpai Levi berdiri di ambang pintu.

"Maaf jika aku mengganggu, tapi Armin, bisakah aku pinjam Mikasa?" Levi bertanya. Pagi ini, Levi tak sempat menjemput Mikasa dikarenakan ia dan Erwin harus menghadiri rapat penting di kerajaan. Sementara ada beberapa hal yang ingin Levi bicarakan. (Levi tahu betul ada teknologi yang disebut ponsel. Engkau tentu paham maksud Levi, 'kan? Ia hanya ingin menatap wajah Mikasa secara langsung.)

"Silakan, Levi Heichou!" Armin berseru.

Setelah berpamitan pada Armin, Mikasa menghampiri tempat Levi berdiri sambil menggerutu. Ia, 'kan, bukan barang. Mengapa Levi berkata ingin meminjamnya?

Status mereka memang telah berubah, tetapi perilaku dua orang bermarga Ackerman itu masih sama. Berdebat karena hal kecil? Yang benar saja! Entahlah, hanya, Armin tak tahan untuk tidak menarik senyum simpul.

Lantas, kala kehadiran mereka lenyap, Armin termenung, teringat sesuatu.

"Kau baik-baik saja? Eren telah menikah dengan Historia."

"Aku baik-baik saja Annie. Mereka teman-temanku yang berharga."

Mengapa Armin selalu berkata baik-baik saja?

My Dearest Ackerman
[ Chapter 7 ]

Bgm by BGM Maker

.

.

.

.

Desember adalah bulan favorit Mikasa. Natal akan segera tiba, pun begitu pula dengan hari ulang tahun Levi. Untuk beberapa alasan tak masuk akal, Mikasa kini berada di toko sepatu. Ia berniat membelinya untuk Levi sebagai hadiah ulang tahun—padahal masih tersisa 24 hari lagi. Mikasa terlalu bersemangat. Sepertinya, Levi membutuhkan sepatu baru yang bisa membuat ia terlihat lima centi lebih tinggi? Pikir Mikasa sembari mengulas senyum geli di balik masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. (Mikasa tak lagi melupakan kenyataan bahwa ia dikenal orang banyak.)

My Dearest Ackerman (REVISI)Where stories live. Discover now