Chapter 8

5.4K 631 251
                                    

https://goo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

https://goo.gl/images/LLhsqu

Sekarang adalah tanggal 25 Desember, Mikasa berhasil melalui 24 hari dengan semangat dan rasa tak sabar luar biasa. Hiasan bertema merah menghiasi kota, pun begitu dengan seluruh penjuru ruang tamu apartemennya yang masih dalam proses dekorasi. Ada pohon Natal (yang sengaja Mikasa permak ulang) serta pernak-pernik nyentrik lainnya. Cukup bagus. Mikasa mengulas senyum bangga. Ternyata kalau niat, ia tak kalah terampil dari Historia.

Mikasa lantas mengedarkan pandangannya ke arah Armin, Sasha, Connie, dan—Annie secara bergantian yang tengah sibuk dengan tugas masing-masing. (Seingat Mikasa, ia tidak mengundang Annie juga. Namun Armin bilang kehadirannya akan sangat membantu. Ya, ya, ide bagus. Mikasa tidak terlalu mempermasalahkannya.)

Tak lama, seluruh atensi penghuni ruangan itu tersita kala terdengar suara ketukan pintu. Erwin dan Hanji hadir, disertai sapaan sumringah Hanji sembari memamerkan foto Levi berukuran besar, yang disambut oleh cekikikan puas Sasha dan Connie. Sementara Mikasa, Armin, dan Annie berdeham, berusaha menahan tawa. Ternyata Hanji jenius dalam segala hal.

Mikasa merasa bersyukur Levi lahir di hari Natal. Di mulai tahun ini, ia dan orang-orang terdekatnya memiliki alasan logis untuk menggelar pesta lebih meriah. Terlebih sudah cukup lama mereka tidak berkumpul santai. Terakhir kali, saat pernikahan Eren. Itu pun Mikasa dan Levi malah memisahkan diri (yang di kemudian hari menjadi awal mula skandal hubungan mereka tercium publik).

"Armin~"  Hanji berlari memeluk Armin seraya mengelus rambutnya seperti seekor anak anjing. Entah sejak kapan Hanji memiliki kebiasaan memeluk orang sembarangan. Mungkin karena Armin terlalu menggemaskan?

Hanji lantas menoleh ke arah Annie setelah mendapat radar tatapan ambigu darinya. Annie seperti—tak suka. Ia mendengus lamat-lamat, seraya menghampiri tempat Armin dan Hanji berdiri dengan wajah merona.

Tunggu, tunggu. Mikasa tak mengerti. Apakah ada berita besar yang ia lewatkan? Mikasa perlu menanyai Armin banyak hal lain kali. Sebab sekarang bukan waktu yang tepat untuk bergosip. Mereka harus bersenang-senang, menikmati waktu sembari bersantai.

My Dearest Ackerman
[ Chapter 8 ]

.

.

.

.

Levi akan membunuh Erwin sepulang nanti, ia bersumpah! Commander sialan itu berani-beraninya membiarkan ia menghadiri rapat seorang diri di hari libur begini. Apalagi Hannes, anak buah Pyxis yang sebulan belakangan mengisi 85% tubuhnya dengan alkohol (mungkin ia berniat mati muda), memuntahkan isi perutnya di atas sepatu Levi yang sangat berharga. Engkau tentu paham perasaan Levi, 'kan? Ia nyaris mengamuk, kalau saja Hannes tidak segera bersujud memohon ampun.

My Dearest Ackerman (REVISI)Where stories live. Discover now