1) Gundah yang Membelenggu

6K 215 8
                                    

Hari ini, Farhan memulai kegiatan barunya. Yaitu mengantar dan menjemput Halimah, ia pun bersiap-siap. Ia memakai baju muslim koko berwarna putih yang senada dengan celananya dan juga peci berwarna hitam yang senada dengan sepatunya.

Halimah juga telah rapi dengan seragam muslim Hari Jum'at-nya dan jilbab berwarna putih yang menjuntai panjang sampai hampir mencapai lututnya--yang bagian belakang. Lalu kemudian Farhan segera mengantar Halimah ke sekolahnya.

Tidak butuh waktu lama, dalam 7 menit mereka pun sudah sampai di sekolah Halimah. Halimah turun dari motor dan baru akan bergegas ke kelas. Tapi tiba-tiba ...

"Halimah,"

"Eh, iya. Kenapa, Kak?"

"Apa aku boleh ikut ke kelasmu? Semingguan ini sekolahmu nggak ada KBM 'kan?"

"Eum.. iya, boleh. Ayo,"

"Iya. Ayo,"

Lalu mereka berdua pun masuk ke kelas Halimah, kelas 7E. Saat masuk kelas, teman-teman dan kedelapan sahabat Halimah pun kaget saat melihat Halimah dan Farhan masuk ke kelas bersama.

"Fan, Fan, liat tuh!"

Arfan yang sejak sampai di kelas menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur'an, menghentikan aktivitasnya. Ia melihat ke arah yang ditunjuk Briandhika menggunakan dagu lelaki itu.

"Ada apa sih--"

'Deg!'

"Eh?!"

Kedua netra Arfan agak menyipit, guna memperjelas apa yang dilihatnya saat ini. Dan setelah pemandangan kurang mengenakan itu mampu dengan jelas dilihatnya, ia menelan saliva-nya lamat-lamat.

Dalam hati, Arfan tak henti-hentinya merapalkan istighfar. Agar hatinya yang mendadak terasa panas itu bisa normal kembali dan supaya ia tidak merasa cemburu berlebihan.

Hatinya memang terasa sakit dan terlukai, apalagi mengingat bahwa baru selama hitungan hari hubungannya dengan Halimah kembali membaik. Namun, bagaimana lagi?

Sedekat-dekatnya mereka, sesuka-sukanya mereka satu sama lain... mereka masih milik Allah, bukan milik keduanya. Jadi sebenarnya, Arfan tidak berhak cemburu apalagi marah sama sekali.

Karena ia ... masih bukan siapa-siapa bagi Halimah.

"Kalian kenapa? Kenapa ngeliat aku kayak gitu?" tanya Halimah, yang bingung dengan tatapan kaget dari kedelapan sahabatnya.

"Eh, ng--nggak. Gak kenapa-napa kok," jawab Balqis.

Sebenarnya delapan sahabat Halimah itu kaget karena mereka semua tahu tentang dulu Halimah menyukai Farhan, dan juga tahu tentang perasaan suka antara Arfan dan Halimah.

Awalnya mereka memang tidak tahu-menahu mengenai kedatangan Farhan. Namun setelah mengintrogasi Halimah berkali-kali, akhirnya kebenaran mereka dapatkan.

Setelah menaruh tas di bangkunya, Halimah pun duduk di bangku yang ada tepat di depan Arfan. Sedangkan Farhan duduk di samping kanan Halimah, dengan mengambil bangku lain untuk duduk.

"Kamu kenapa sih, Ra? Perasaan dari kemarin kayak gimana.. gitu! Kamu nyembunyiin sesuatu dari kita, ya?" tanya Aisya yang sangat penasaran dengan sikap Halimah sejak kemarin.

"Eh? Ng--nggak kenapa-napa kok Sya," Halimah tersenyum kikuk.

"Jangan bohong deh, Ra! Jujur aja!"

"Eum, aku mau jujur, tapi gak di sini. Nanti di group chat kita aja ya!"

"Eh, iya deh."

Lalu mereka pun membicarakan banyak sekali hal. Dan juga bersenda gurau.

Hari pun semakin sore, murid kelas 7 yang masuk siang pulang ke rumah masing-masing ketika bel pulang menggema ke seluruh area sekolah bernuansa hijau muda dan dihiasi tanaman itu.

[SDRS1] HALWA | V1 | SELESAI✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz