50 - Uda Waktunya

939 69 40
                                    

Mark's POV


"Ben! Tolong bukain pintu dong, kayaknya ada orang dateng. Gue lagi nanggung nih!" teriak gue kepada Reuben pas ada yang mencet bel rumah.


Gatau juga siapa yang dateng siang bolong gini disaat gue lagi main PS di ruang tengah.


Reuben gak nyahut, tapi dia tetep bukain pintu.


"Eiya, Kak. Masuk aja, kakak ada di dalem lagi main PS."


Gue denger sekilas, kayaknya tamunya nyariin gue deh.


Begitu gue noleh, gue langsung speechless lihat siapa yang dateng.


"Hai, Mark! Gue bawa pizza nih," sapa Meli sambil ngulurin kantongan isi dua box pizza gitu ke gue.


Gue masih agak kaget tapi tetep nerima kreseknya. "Wah, gak salah lihat nih gue? Tumben banget lo ke sini, Mel. Dianterin Kak Chanyeol?" tanya gue yang akhirnya bisa senyum juga.


Duh, hati. Kontrol dikit napa sih!


Meli gelengin kepalanya. "Kak Chan ada kerjaan di luar kota. Gue berangkat naik grab."


Gue langsung melotot. "Lho kenapa berangkat sendiri sih?! 'Kan bisa minta gue buat jemput daripada pergi sendiri. Liat tuh, lo pake celana pendek segala pula! Untung sampai sini masih utuh," kata gue yang sangat khawatir. 


Meli seger banget sih kelihatannya hari ini.


Bagus deh, seneng gue lihat dia uda balik ceria kayak biasanya.


"Apaan sih, Mark. Gue uda biasa kali. Lagipula gue pengen main ke rumah lo aja, uda lama soalnya gak ke sini," katanya sambil duduk santai di sofa gue.


Gue nyusul duduk di sebelah dia. "Ya gapapa ke sini, tapi gue 'kan bisa jemput lo, Mel," kata gue masih kekeuh sama pendapat gue.


"Terserah lo deh. Uda terlanjur sampe sini juga guenya. Bosen banget gue di rumah, suntuk," keluhnya dengan mata terpejam dan kepala bersandar di sofa. 


Ternyata moodnya belum balik sepenuhnya.


Akhirnya gue mengalah, gak memperpanjang soal kendaraan lagi. "Lo masih galau, Mel?" tanya gue spontan. Bego juga gue nanyanya langsung gini. Bego, Mark, bego!


Meli diem, masih merem dan gak jawab pertanyaan gue. 


Apa gue bikin dia kepikiran lagi, ya?


"Gak usah dijawab, Mel. Gue gak mau lo kepikiran lagi," lanjut gue karena tak kunjung mendapatkan jawaban.


Terus dia senyum dan negakkin kepalanya. Dia ngelihat gue sekilas.

"Santai aja kali. Gue uda gak seberapa galau sih. Mungkin aja hati gue mulai bisa ngerti kalo Lucas emang gak akan pernah ngelihat gue sebagai cewek. Jadi ya gitu deh, gue harus move on," katanya terlihat ringan. Padahal gue tau banget kalo kondisi hatinya gak sebaik kelihatannya.

Head Over Heels ; Lucas (Book 1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang